SOLOPOS.COM - White Shoes and The Couples Company

Solopos.com, SOLO — Masih ingat White Shoes and The Couples Company (WSATCC)? Band ini kembali tampil di Solo dengan mengolah kembali lagu-lagu daerah.

Pandangan politik Presiden Soekarno yang anti-barat pada era 1950-an turut merembet ke segala lini kehidupan berbangsa. Dampak baiknya, lagu daerah Nusantara menjadi musik populer kala itu. Ketika pergantian rezim terjadi, kreativitas para musikus pun meletup hingga meminggirkan lagu daerah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di saat lagu daerah mulai langka diperdengarkan, White Shoes And The Couples Company (WSATCC) tergerak menggarap sejumlah lagu daerah dengan aransemen baru pada 2013 lalu di Lokananta. Setahun berlalu, band spesialis musik jadul ini menyambangi studio rekaman Lokananta untuk menggelar konser sekaligus peluncuran piringan hitam terbatasnya bertajuk  White Shoes & The Couples Company Menyanyikan Lagu2 Daerah, Rabu (30/4/2014) malam.

Ekspedisi Mudik 2024

Kehadiran band yang digawangi Aprilia Apsari (vokal), Rio Farabi (gitar akustik), Saleh Husein (gitar elektrik), Ricky Surya Virgana (bas), Aprimela Prawidiyanti (organ), dan John Navid (drum), di studio legendaris tersebut, disambut riuh tepuk tangan ratusan penonton konser berlatar ruang rekaman tersebut.

Sorot lampu merah yang berkedip-kedip mengiringi alunan debur suara ombak pantai yang berbaur bersama rekaman lagu dolanan khas Bali berjudul Jangi Janger. Penonton yang duduk menyimak konser yang dibuat tak berjarak ini pun dibuat bertanya-tanya dengan kejutan yang bakal dihadirkan band favoritnya.

WSATCC kemudian menggeber lagu Sunda berjudul Tjangkurileung yang dibuat kental dengan nuansa rock and roll. Sari sang vokalis yang mendendangkan lagu tersebut turut bergoyang perlahan mengikuti alunan musik bertempo cepat tersebut.

Lagu daerah lain yang dibawakan WSATCC selanjutnya berjudul Te O Rendang O. Musikalitas lagu daerah Ambon ini tampil jauh berbeda dari versi aslinya. Kolaborasi petikan dua gitar melodi dari Rio Farabi dan Saleh Husein, membuat penonton yang duduk lesehan tak sungkan untuk sedikit berjoget.

Meskipun tak banyak penonton yang mengakrabi lagu daerah yang dibawakan band yang berdiri 2002 lalu ini, namun kreativitas musik racikan WSATCC membuat penonton tak segan mengumbar tepuk tangan.

Setelah tampil membawakan 10 lagu termasuk Aksi Kucing yang cukup fenomenal dan empat lagu daerah yang terdapat dalam pelat piringan hitam yang hari itu resmi dirilis, WSATCC undur diri dari panggung. Penonton yang sudah disuguhi 14 lagu nyatanya masih meminta encore (nomor tambahan). “Lagi! Lagi! Lagi!” seru penonton kompak.

Mendengar teriakan penonton, enam personel White Shoes yang sudah meninggalkan panggung kembali lagi. Lampu studio rekaman dan amplifier yang sebelumnya sudah dimatikan, kembali dinyalakan. Band ini menghadiahi penonton yang hadir ke konsernya dengan lagu penutup Windu dan Devina.

“Kami membawakan lagu daerah bukan untuk tujuan pelestarian atau cita-cita yang muluk. Kami cuma senang mendengarkan, kemudian kepikiran untuk membawakan lagu-lagu itu aja,” kata Ricky, basis WSATCC, saat ditemui selepas konser.

Salah seorang penonton, Maulinda Putri, 22, mengatakan penampilan band yang tampil dengan gaya retro ini selalu layak ditunggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya