SOLOPOS.COM - Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka dan F.X. Hadi Rudyatmo. (Istimewa/Dok Humas Polresta Solo)

Solopos.com, SOLO — Gaya komunikasi Gibran Rakabuming Raka dengan masyarakat selama hampir setahun menjadi Wali Kota Solo dinilai belum cukup baik. Hal itu terbukti dengan adanya penolakan warga atas sejumlah proyek Pemkot Solo yang akan dilaksanakan tahun ini.

Kritik tajam atas gaya komunikasi putra sulung Presiden Jokowi itu salah satunya disampaikan Wakil Ketua DPRD Solo, Sugeng Riyanto. Menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut, gaya komunikasi Gibran Rakabuming setahun terakhir belum cukup baik sehingga menyebabkan meletupnya sejumlah penolakan terhadap program Pemkot Solo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu yang sempat meruncing yaitu penolakan pembangunan Sentra IKM di Pasar Mebel Gilingan oleh para pedagang. Menanggapi hal itu, Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo, menyebut kritikan Sugeng Riyanto sebagai masukan yang membangun.

Baca Juga: Diidolakan Gibran, Kurniawan Dwi Yulianto: Saya Kaget!

Menurut Rudy, seorang pemimpin harus selalu memegang teguh prinsip tiga (3) Nga, yaitu Ngayomi, Ngayemi, serta Ngayani. Artinya melindungi, membuat suasana tenteram, dan memperkaya yang maksudnya tidak harus materi, tapi bisa ilmu, silaturahmi, komunikasi.

“Kalau ada kritik seperi itu ya bagian dari introspeksi Mas Wali untuk bisa menjawab kritikan dari pimpinan DPRD Solo,” tuturnya saat diwawancarai wartawan di kediamannya, Pucangsawit, Jebres, Rabu (16/2/2022).

Namun, Rudy mengingatkan semua pihak bahwa Gibran yang merupakan kader PDIP Solo belum genap setahun menjadi Wali Kota Solo. Sehingga menurutnya tak tepat membandingkan gaya komunikasi Gibran dengan dirinya atau tokoh lain yang sudah berpengalaman menjadi pemimpin. “Ya jangan dibandingkan dengan saya yang sudah 15 tahun,” sambung Rudy.

Baca Juga: Makjleb, Politikus PKS Solo Sebut Pola Komunikasi Gibran Kurang Baik

Prinsip Komunikasi hingga Evaluasi

Disinggung polemik pembangunan Sentra IKM di Pasar Mebel Gilingan, Banjarsari, dan Koridor Gatot Subroto (Gatsu) yang menuai penolakan, laki-laki yang baru saja merayakan ulang tahun ke-62 itu mengakui memang karena kurangnya komunikasi dan koordinasi.

“Ya karena, mohon maaf, belum ada komunikasi, koordinasi, dan seterusnya,” katanya sembari menjelaskan prinsip tujuh (7) -si. Prinsip tersebut, menurut Rudy, selalu dipegang teguh selama menjadi Wawali Solo dan Wali Kota Solo.

Tujuh -si yang dimaksud Rudy yakni komunikasi, koordinasi, solusi, sosialisasi, realisasi, koreksi, dan evaluasi. Ia meyakini bila Gibran memahami dan menerapkan prinsip itu dengan sungguh-sungguh pasti tidak akan mendapatkan kendala berarti di lapangan.

Baca Juga: Ada Sekolah dan Ortu Siswa yang Enggan PTM di Solo, Gibran: Mung Sithik

“Yang namanya tujuh -si itu bisa menyelesaikan persoalan dari yang kecil sampai yang besar. Pertama, komunikasi. Komunikasi boleh lewat udara atau darat. Setelah itu koordinasi, pasti menemukan solusi. Setelah ada solusi ya disosialisasikan dulu. Kalau rakyat sudah yes, baru direalisasikan. Dua -si terakhir koreksi dan evaluasi kebijakan,” katanya.

Rudy lantas bercerita usaha kerasnya saat mendampingi Jokowi ketika menjadi Wali Kota Solo. “Saya, mohon maaf, menyelesaikan PKL Banjarsari itu 90 hari 90 malam. Jumlahnya 989 pedagang. Telepon-teleponan sik, nanti ketemu di mana, ngobrol, ngombe wedang jahe. Bar kui meh lunga ditinggali nggo tuku wedang jahe. Sehingga dengan 7 -si itu warga merasa terayomi,” urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya