SOLOPOS.COM - Foto standing solo karya Fajar Windarto (istimewa)

Gaya fotografi standing solo akhir-akhir ini banyak dijumpai di Instagram. Seperti apakah itu?

Foto dengan hashtag #standingsolo menampilkan seseorang berdiri di antara panorama alam. Ya, foto tersebut telah menjadi tren kekinian yang digandrungi para remaja. Standing solo sebenarnya bukanlah tren baru. Sejak beberapa tahun lalu sejumlah orang mulai mengunggah foto dengan format tersebut kendati tak seramai sekarang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Foto ala standing solo merembet ke media sosial setelah akun-akun mainstream seperti @livefolk dan @folkmagazine kerap mengunggah foto jenis itu. Mereka juga sering me-repost foto orang lain berformat sama ke akun Instagram resminya. Otomatis, para pengguna Instagram ramai-ramai berfoto standing solo.
Menurut penghobi fotografi asal Kota Solo, Tri Kurniawan, foto standing solo tak hanya unik namun bisa menjadi bentuk perbandingan antara pemandangan dan manusia. Fotonya sederhana, penuh makna, dan enak dilihat. “Biasanya diambil dari jarak yang agak jauh sehingga lanskap-nya kelihatan. Angle-nya bisa bermacam-macam. High angle, low angle, atau eye level memiliki sensasi yang berbeda. Tergantung kita pengin menghasilkan foto yang seperti apa,” kata dia, saat berbincang dengan The Young, Selasa (30/6/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Pemilik akun Instagram @three_kurniawan itu mengaku foto standing solo kreasinya mayoritas menggunakan tripod. Penggunaan tripod sangat disarankan agar hasil foto lebih maksimal.

Tak Ribet

Pendapat berbeda disampaikan penghobi fotografi lain, Kurnia Wahyu Permadi. Ia menyukai foto standing solo atau standing alone karena mudah didapat. “Orang hanya perlu berdiri di sebuah tempat yang sudah ditentukan untuk dijadikan objek. Enggak ribet, enggak perlu banyak aktivitas. Hanya perlu berdiri,” ungkap dia. Wahyu mengurai untuk menghasilkan foto standing solo terbaik, sebaiknya objek manusia berada di tengah-tengah lanskap.

“Objek standing solo sebaiknya di tempat yang terang tanpa melawan cahaya. Kecuali jika kita ingin menghasilkan foto siluet. Objek tersebut tentu enggak boleh menghalangi pemandangan yang dikombinasikan bersama objek,” tutur Wahyu. Pengambilan foto, sambungnya, tak melulu menggunakan kamera canggih atau DSLR. Ponsel berkamera dapat dimanfaatkan asal metode pemotretannya benar.

Pemilik akun Instagram @dwblyu itu mengaku foto standing solo-nya tak berhenti seusai pemotretan. Ia biasanya menggunakan aplikasi editing foto di ponsel agar fotonya makin dramatis. “Saya menggunakan mextures, vscocam, afterlight, dan snapseed. Saya biasanya memainkan brightness, contrast, tone, temperature, saturation, dan highlight. Selebihnya tergantung selera saja,” papar Wahyu.

Sedangkan, Fajar Windarto yang juga penghobi foto menyampaikan ada kekuatan tersendiri yang didapat dari foto standing solo. “Kekuatan standing solo adalah pada point of interest. Ketika orang menatap foto standing solo, tentu saja yang dilihat adalah objek utamanya. Selain itu saya juga lebih suka memotret low angle dan menghasilkan foto siluet,” ungkap pemilik aku Instagram @fajar__w itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya