SOLOPOS.COM - Sejumlah kaum muda Irak mengunjungi pusat perbelanjaan di Kazimiyah, Irak, Minggu (2/9/2012). Irak mulai menghadapi ancaman pergeseran buaday dalam tata cara berpakaian.

Sejumlah kaum muda Irak mengunjungi pusat perbelanjaan di Kazimiyah, Irak, Minggu (2/9/2012). Irak mulai menghadapi ancaman pergeseran budaya dalam tata cara berpakaian. (news.yahoo.com)

BAGHDAD — Bagi sebagian besar kaum muda Irak, riasan mencolok nan sportif, ditambah tatanan rambut ala salon dan celana jeans ketat adalah bagian dari mimpi remaja mereka. Sebuah budaya baru telah muncul di Irak.

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Para perempuan muda telah banyak mengganti model pakaian mereka, dari yang menutup rapat seluruh tubuh mereka menjadi rok di atas mata kaki plus blus ketat. Sedangkan para pemudanya banyak yang beralih ke celana panjang dan potongan rambut spike.

Pergeseran budaya dalam hal mode ini, yang bagi kalangan tradisional dianggap terlalu minim, telah mendorong pembentukan “polisi fesyen” dengan alasan melindungi nilai-nilai agama. “Saya melihat cara mereka (polisi) melihatku, mereka tidak menyukainya,” kata Mayada Hamid, 32, yang mengenakan jilbab merah muda bercorak macan dipadukan celana jeans, blus biru serta eyeliner gemerlapan, saat berbelanja di pasar emas terkenal di Baghdad, Kazimiyah, Minggu (3/9/2012).

“Ini hanya penindasan,” imbuhnya seperti dilansir yahoonews. Namun sejauh ini tidak ada laporan tentang tindakan yang diambil para “polisi fesyen” terhadap para “pelanggar” budaya tersebut.

Apa yang terjadi di Irak tersebut tampaknya secara umum mulai berkembang di dunia Arab. Masyarakat Islam konservatif di kawasan itu kini harus bergulat dengan berbagai pengaruh Barat, terutama yang paling jelas adalah bagaimana para muda mereka memilih cara berpakaian.

Bagaimana pun, pelanggaran terhadap norma-norma yang telah lama berlaku di Irak ini dianggap telah tumbuh dengan sangat mengerikan, ujar para pejabat agama setempat. Banyak upaya dilakukan untuk memperbaiki kondisi itu.

Termasuk pemasangan poster-poster dan spanduk di sepanjang jalan-jalan di Kazimiyah, mengenai peringatan tegas agar para perempuan mengenakan abaya, sebuah pakaian jubah hitam panjang dan longgar yang menutupi tubuh dari bahu hingga kaki. Peringatan

yang sama terjadi di Diwaniyah, sebuah kota Syiah selatan Baghdad.

“Kami mendukung kebebasan pribadi, tetapi ada tempat-tempat yang memiliki status khusus,” kata Sheik Mazin Saadi, seorang ulama Syiah dari Kazimiyah.

Atas maraknya poster peringatan terkait gaya berpakaian para perempuan Irak, pemerintah di Baghdad menyatakan tidak mengeluarkan larangan itu dan bahkan

memerintahkan pencopotan beberapa poster.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya