SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Rahmatullah)

Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Rahmatullah)

JAKARTA – Garuda Indonesia tercatat sebagai maskapai paling tepat waktu sepanjang 2012. On time performance maskapai BUMN ini tertinggi dibandingkan dengan enam maskapai lainnya, yakni 84,96% sepanjang 2012. Kementerian Perhubungan mencatat dari enam maskapai penerbangan berjadwal dengan market share (pangsa pasar) domestik di atas 3%, Garuda Indonesia meraih angka on time performance (OTP) atau ketepatan waktu tertinggi.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Sepanjang tahun lalu Garuda mencatat OTP 84,96%, dengan posisi tertinggi pada Januari yang mencapai 90,57%,” kata Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmodjo, Rabu (6/2/2013). Dia menjelaskan setelah Garuda, OTP tertinggi kedua diraih Wings Air (anak usaha Lion Air), Sriwijaya Air, Lion Air, Batavia Air (setop operasi karena dipailitkan sejak 31 Januari 2013), dan Merpati Nusantara.

Garuda Indonesia mampu mempertahankan OTP nya di level tertinggi meski rute yang diterbanginya terus bertambah. Pangsa pasarnya juga tercatat tertinggi kedua di Tanah Air, yakni 22,76%. Kompetitior utamanya dari sisi pangsa pasar yakni Lion Air, yakni sebesar 41,48%, hanya mampu menempati urutan keempat dari sisi tingkat ketepatan waktu terbang.

Djoko mengatakan anak usaha Lion Air, yakn Wings Air, baru masuk dalam kategori pangsa pasar dalam negeri di atas 3% pada tahun lalu, dan langsung mencatat OTP tertinggi kedua setelah Garuda, mengalahkan induk usahanya. Pangsa pasar Wings Air tercatat 3,32% sepanjang 2012. Djoko menyebutkan sebagian besar keterlambatan penerbangan, sehingga angka OTP rendah, disebabkan oleh faktor lain-lain yakni 39%. Faktor tertinggi kedua yakni faktor non teknis operasional sebesar 32,44% misalnya keterlambatan awak kabin karena transportasi, over booking, connecting flight crew, menunggu pembuatan dokumen penerbangan.

Penyebab keterlambatan ketiga yakni faktr teknis operasional sebesar 22,82% diantaranya antrian pesawat lepas landas (take off), mendarat, atau alokasi waktu keberangkatan di bandara. Sekjen Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Tengku Burhanuddin mengatakan maskapai Garuda Indonesia memang menunjukkan performa yang terus membaik setiap tahunnya sehingga tetap bisa menjaga ketepatan waktu terbangnya.

“Kalau Garuda Indonesia itu, di dalam tiket tercantum himbauan batas check in tiket ½ jam sebelum keberangkatan. Lewat dari itu, pemegang tiket tak bisa diterbangkan, dan ternyata himbauan itu tampaknya efektif untuk menjaga ketepatan waktu terbangnya agar tidak terlambat,” kata Tengku. Menurutnya, tidak bisa dikatakan semakin banyak rute yang diterbangi satu maskapai akan mengurangi tingkat OTP. Sebelum maskapai itu menerbangi rute dan frekuensi satu destinasi, maskapai harus mengajukan ke regulator, yakni Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub.

“Jadi, tidak bisa disalahkan sepenuhnya kalau OTP rendah karena rutenya kebanyakan. Sebelum mereka terbang, kan sudah diberi persetujuan dari regulator, artinya maskapai itu mampu menerbangi rute dan frekuensi yang banyak, berarti alat produksinya mencukupi,” kata Tengku.

Maskapai Lion Air sebelumnya pernah mendapat peringatan dari Kemenhub karena OTP di bawah 70% yakni masuk kategori merah. Untuk memperbaikinya, maskapai ini diminta untuk mengurangi produksi agar terjadi keseimbangan antara rute dan frekuensi yang dilayani dengan jumlah pesawat dan kru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya