SOLOPOS.COM - Kantor PDAM Tirtonegoro Sragen. (Google maps)

Solopos.com, SRAGEN — Keberadaan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dan penyediaan air minum (PAM) swadaya berdampak pada jumlah pelanggan PDAM Tirtonegoro Sragen. Sepanjang 2019-2022, setidaknya ada 3.824  pelanggan PDAM Tirtonegoro Sragen yang memutuskan sambungan alias tak lagi jadi pelanggan.

Kondisi tersebut dikarenakan Pamsimas dan PAM swadaya itu berdiri di daerah pelayanan PDAM Sragen. Banyaknya pelanggan yang putus pelayanan tersebut berdampak pada pendapatan PDAM. Jumlah pelanggan PDAM Sragen hingga Desember 2022 mencapai 70.710 sambungan rumah (SR). Pada Februari 2023, jumlh pelanggan PDAM semakin  turun menjadi 70.419 SR.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Data-data tersebut diungkapkan Kasubbag Hubungan Masyarakat Pelanggan PDAM Tirtonegoro Sragen, Sigit Pramono, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (29/3/2023). Banyaknya pelanggan PDAM yang putus pelayanan itu mengakibatkan hilangnya pendapatan PDAM. Namun, Sigit belum bisa menyajikan data potensi kerugian PDAM akibat banyaknya sambungan rumah yang putus pelayanan itu karena harus dihitung terlebih dulu.

Sigit menyebut jumlah pelanggan yang putus pelayanan selama 2019 sebanyak 243 SR. Angka tersebut naik di 2020 sebanyak 836 SR, kemudian naik lagi menjadi 1.721 SR di 2021, dan di 2022 sebanyak 1.024 SR.

“Banyaknya pelanggan PDAM yang putus pelayanan menjadi kendala bagi PDAM. Seperti di wilayah Sidoharjo itu selama 2022 ada 27 pelanggan yang putus pelayanan dan berpindah ke Pamsimas atau PAM swadaya. Yang sulit dikendalikan itu PAM Swadaya karena warga membuat sumur dalam sendiri tanpa izin,“ ujarnya.

Untuk mengantisipasi kerugian akibat banyaknya pelanggan yang putus pelayanan, Sigit menyampaikan PDAM melakukan pengembangan jangkauan pelayanan, seperti di Masaran, Ngrampal, Sambungmacan, dan Mondokan. Pengembangan jangkauan wilayah di Masaran mengarah ke Desa Karangmalang, Desa Sidodadi, dan Desa Pringanom.

Pelayanan yang sudah ada (existing) berada di Krebet, Sepat, Jirapan, Gerbang, Dawungan, Masaran, Jati,  Kliwonan,  Pilang, dan Krikilan.

Sigit melanjutkan di wilayah Ngrampal pengembangan di wilayah Desa Gabus. Pelayanan yang ada adalah di Pilangsari, Ngarum, Bener, Kebonromo, dan Bandung. Sementara yang belum terjangkau pelayanan (non-existing) adalah wilayah Karangudi dan Klandungan.

“Kemudian untuk wilayah Sambungmacan yang non-existing ada di Bedoro dan Cemeng. Sedangkan di Mondokan yang non exiting ada di Sono, Jekani, Pare, kemudian pengembangannya di wilayah Jambangan dan Sumberejo,“ katanya.

Direktur Utama PDAM Tirtonegoro Sragen, Hanindyo Heru Prayitno, menyampaikan banyak Pamsimas yang berdiri dan masuk daerah pelayanan PDAM. Persoalan itu sudah ia sampaikan kepada Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Sragen dan Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Sragen.

“Bahwa wilayah pelayanan Pamsimas itu masuk wali ayah pelayanan kami. Kami mengusulkan kembali ke aturan bahwa Pamsimas harus di luar pelayanan PDAM. Aturan itu sudah ada Perdanya,“ katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya