SOLOPOS.COM - enjual cilok alias ojek penyet, Togar, 44, saat ngulek cabai di warung Ojek Penyet Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Jumat (15/1/2021). Di tengah harga cabai rawit tinggi, sejumlah pembeli ojek penyet memilih membawa cabai sendiri dari rumah. Hal itu dilakukan agar rasa ojek penyetnya tetap pedas (Solopos/Ponco Suseno).

Solopos.com, KLATEN - Pembeli cilok ramai-ramai membawa cabai rawit sendiri dari rumahnya saat membeli cilok di warung Ojek Penyet Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Jumat (15/1/2021). Hal itu dilakukan di tengah harga cabai rawit melambung tinggi di pasaran.

Seorang pembeli cilok di Ojek Penyet Desa Karanganom, yakni Laila, 17, membawa cabai sendiri yang dibungkus dalam plastik berwarna transparan saat tiba di warung ojek penyet milik Togar, 44. Sehari-harinya, Laila mengaku sebagai pencinta cilok dengan rasa super pedas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Merapi Luncurkan Awan Panas Sejauh 1 Kilometer ke Kali Krasak

Di tengah harga cabai yang tinggi saat ini, Laila menyadari pedagang cilok tak berani memberikan cabai secara jor-joran. Berbekal membawa cabai sendiri tersebut, Laila memperoleh cilok penyet sesuai cita rasanya. Sedangkan, penjual cilok tetap dapat meraup keuntungan di tengah tingginya harga cabai.

"Harga cabai memang tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Saya ini pencinta makanan pedas, termasuk cilok penyet dengan rasa pedas. Agar rasanya tetap pedas, saya bawa sendiri cabai dari rumah. Kalau cabainya njagakke dari pedagang, rasanya kurang pedas," kata Laila.

Hal senada dijelaskan penjual cilok penyet di Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Togar, 44. Harga cabai di pasaran di daerahnya sudah menembus angka di atas Rp100.000 per kilogram. Sebagai pedagang kecil, dirinya tak berani menyetok cabai dalam jumlah banyak setiap harinya.

"Harga cabai sudah tinggi sekali. Saat melayani pembeli, paling saya kasih tiga cabai di dalam cilok penyetnya. Itu berbeda saat harga cabai normal. Saat normal, mau minta berapa cabai, saya ladeni," katanya.

Dikenal Super Pedas

Togar mengatakan sudah membuka usaha ojek penyet di desanya sejak lima tahun terakhir. Sejauh ini, ojek penyetnya dikenal memiliki rasa super pedas.

"Ojek penyet itu harus pedas. Persoalannya, harga cabai saat ini sedang mahal. Saya sudah jelaskan ke pembeli. Akhirnya, beberapa pelanggan saya itu sering membawa cabai sendiri-sendiri saat datang ke sini. Dalam sehari, pasti ada minimal tiga orang yang bawa cabai sendiri dari rumah. Yang tadinya saya berani nyetok cabai, saat ini paling-paling hanya seperempat kilogram per harinya," katanya.

Gibran Sebut Vaksinasi Adalah Game Changer di Tengah Pandemi

Selain mengurangi bahan utama cabai, lanjut Togar, pengurangan bahan baku daging juga dilakukan. Hal itu terkait dengan munculnya pandemi Covid-19 di Kabupaten Bersinar.

"Dalam sehari saat norma, saya bisa menggiling dua kilogran daging saat normal. Tapi sekarang ini, paling-paling 1,5 kilogram. Harga ojek penyet saya lumayan terjangkau oleh seluruh kalangan. Pembeli itu biasanya membeli senilai Rp5.000 per bungkus," tutur Togar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya