SOLOPOS.COM - Warga mengecek buku tabungan seusai dibagikannya dana ganti rugi bersifat hibah kepada penghuni bantaran sungai, secara simbolis di Sampangan, Semanggi, Solo, Jumat (14/12/2012). (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Warga mengecek buku tabungan seusai dibagikannya dana ganti rugi bersifat hibah kepada penghuni bantaran sungai, secara simbolis di Sampangan, Semanggi, Solo, Jumat (14/12/2012). (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Siti Zaenab, 40, bahagia setelah menerima buku tabungan Bank Jateng yang diserahkan langsung oleh Walikota Solo,
FX Hadi Rudyatmo, di Semanggi RT 001/RW 004, Jumat (14/12/2012). Dia membuka perlahan buku tabungan yang dipegangnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Semburat kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Siti bergegas duduk di kursi yang telah tersedia. Dia mengamati secara cermat nominal angka dalam buku tabungan yang tertulis Rp17.410.000. Ya, nominal angka itu merupakan dana bantuan ganti rugi atas tanah dan rumah besertifikat hak milik (HM) seluas 18 meter persegi yang selama puluhan tahun dihuni bersama keluarga. Dibalik keceriaan itu, rupanya Siti bingung saat ditanya penggunaan uang tersebut.

“Ya mau gimana lagi, kalau memang aturan dari pemerintah yang menginginkan warga di bantaran sungai harus pindah, ya warga harus manut. Tapi saya bingung, uang dengan nilai seperti ini mau digunakan untuk apa? Untuk beli rumah juga tidak cukup,” terang Siti saat berbincang dengan Solopos.com, di lokasi, Jumat.

Siti mengaku menempati rumah itu sejak kecil. Rumah itu hasil jerih payah keluarganya dengan penghasilan pas-pasan. Dalam hatinya, Siti sebenarnya tak rela meninggalkan kampung halamannya yang berjarak beberapa meter dari bibir Sungai Bengawan Solo.

“Walau pun rumah kami sempit, keluarga sudah betah. Kami berat meninggalkan tempat kelahiran ini. Di kampung inilah, saya dibesarkan dan sampai sekarang memiliki empat anak,” ujar Siti dengan mata berkaca-kaca.

Pemberian waktu dua bulan untuk segera pindah bagi Siti cukup berat. Dia belum berpikir akan pindah dan menempati kepastian tempat hunian.

“Entahlah Mas, saya bingung mau cari tempat tinggal di mana,” paparnya dengan nada pasrah.

Warga lain penerima bantuan hibah, Prapti, 50, mengatakan senada. Dia belum berpikir untuk membeli tempat tinggal.

“Rumah yang berada di bantaran Sungai Bengawan Solo selama ini dihuni oleh Ibu. Namun saya belum berpikir mau membeli rumah tersebut,” jelasnya.

Menurut sumber Solopos.com yang enggan disebutkan namanya, sejak adanya rencana relokasi rumah di area bantaran Sungai Bengawan Solo, tidak sedikit terjadi kecekcokan dalam rumah tangga. “Gimana enggak cekcok Mas, semisal istri bersikukuh tinggal di sini, sementara suami menginginkan uang ganti rugi. Itulah yang terjadi di sini, namun jarang orang mengakuinya,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya