SOLOPOS.COM - Ilustrasi tenaga kesehatan yang menjadi salah satu klaster Covid-19 di Boyolali (Reuters)

Solopos.com, JAKARTA — Tenaga kesehatan untuk perawatan pasien Covid-19 di Indonesia semakin menipis seiring semakin gencarnya serangan virus corona jenis baru. Ditambah lagi angka kematian tenaga kesehatan atau nakes Indonesia semakin tinggi. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun tak tinggal diam dengan krisis itu.

Sejak Maret hingga Desember 2020, sebanyak 523 tenaga kesehatan gugur akibat wabah Covid-19. Bahkan 111 di antara mereka gugur hanya pada kurun waktu Desember 2020. Jumlah kematian nakes pada Desember menjadi yang tertinggi atau naik lebih dari dua kali lipat dari bulan sebelumnya.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Pada Mei jumlah nakes meninggal ada 12 orang, Juni 35, Juli 52, Agustus 51, September 62, Oktober 49, dan November 50 orang.

5 Simbol Ini Kata Fengsui Bawa Rezeki Rumah

Menurut BMJ Global Health 2020, persentase kematian tenaga kesehatan di Indonesia dibandingkan total korban jiwa karena Covid-19 mencapai 2,3%. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Eropa yang hanya 1,4% dan rata-rata Asia Tenggara yang hanya 0,2%.

Beban nakes bakal semakin berat melihat angka kasus konfirmasi Covid-19 per Kamis (7/1/2021) mencapai yang tertinggi, sebanyak 9.321 kasus per hari.

Terkait tenaga kesehatan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berpendapat bahwa komitmen menambah kapasitas tempat tidur rumah sakit saja tak akan cukup tanpa ada SDM. “Kami sudah bicara dengan Pak Menkes, dengan Menteri Pendidikan, ini musti ada cross program, ada dua cara,” kata Ganjar pada konferensi pers, Kamis (7/1/2021).

5 Benda Ini Kata Fengsui Bawa Energi Buruk

Usulan pertama, Ganjar Pranowo mengusulkan pengambilan nakes dari sumber sekolah. Hal itu, kata Ganjar, tak masalah jika kemampuannya masih kurang. Bisa diberikan pelatihan.

Lalu kedua, dengan membaca peta nasional, lihat daerah di luar Jawa yang tidak terjadi peningkatan kasus yang tinggi sehingga bisa dipinjam tenaganya. “Jadi konteks NKRI dan saling bantunya jalan. Ini proposal saya, saya tidak terlalu pintar sih soal ini, tapi logika saya mengatakan ketika kita kesulitan menyediakan nakes, apakah kita akan diam? Kan tidak,” ungkap Ganjar.

Dengan merekrut relawan dari kalangan pelajar atau mahasiswa, kata Ganjar, mereka bisa bekerja seperti sebagai tenaga surveilans. Sementara yang menangani kesehatan tetap menggunakan tenaga kesehatan.

Ini Zodiak Beruntung dan Sukses di 2021

“Jadi nakes kita protect supaya mereka bekerja itu cukup. Cukup waktu, cukup tenang, tidak tertekan, lebih banyak. Masyarakat juga diedukasi dan kita ingatkan, ini kita siapkan dan tambah, tapi kalau tidak disiplin, mereka juga tidak akan mampu,” tegasnya.

Ganjar menilai cross program bisa menjadi alternatif. Dia mengungkapkan, sampai hari ini pihaknya masih terus menghitung untuk tenaga tambahan yang bisa dihimpun di Jawa Tengah, mana saja yang bisa cross program.

“Untuk itu IDI juga kita ajak, nanti misalnya mahasiswa akhir bisa enggak kita pakai mereka jadi tenaga yang fresh, kita tinggal asses[ment] aja,” ungkapnya.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya