SOLOPOS.COM - Letkol Pnb Sri Raharjo saat bersiap di Kokpit Pesawat KT-01 Woong Bee untuk melakukan penerbangan dalam melatih siswa Sekbang TNI AU beberapa waktu lalu. (Harian Jogja/Sunartono)

Gangguan penerbangan dialami pilot Lanud Adisutjipto akibat teror sinar laser

Harianjogja.com, SLEMAN– Duel udara dengan pesawat musuh mungkin bukan sesuatu yang menakutkan bagi penerbang TNI AU. Tetapi, sinar laser justru menjelma sebagai momok bagi penerbang seperti yang dirasakan Letkol Pnb Sri Raharjo.

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Pria bersandi burung Martin ini sehari-hari menjabat sebagai Komandan Skadik 102 Wingdikterbang Lanud Adisutjipto. Tugasnya mencetak calon pilot TNI baik tempur, heli maupun angkut dalam tahap bina terbang.

Ekspedisi Mudik 2024

Mantan penerbang tempur di Skuadron Udara 15 Lanud Iswahjudi ini merasakan dua kali sorotan laser pada Jumat (11/3/2016) pekan lalu. Malam itu dirinya menemani calon fighter di kokpit KT-01 selama dua sorti penerbangan.

Pada sorti kedua ketika malam mulai larut, Sri Raharjo kembali airborne menemani anak didiknya. Meski tak separah di penerbangan awal, namun ia kembali merasakan sorotan sinar laser dari darat. Setiap kali ada sorotan ia selalu menginformasikan kepada petugas aviation traffic controller (ATC) Adisutjipto.

Sayangnya, menurut informasi petugas tak berhasil mendapatkan pelakunya. “Kebetulan hari Jumat [malam] itu saya terbang dua kali kena terus. Menyorot saya, makanya saya tahu persis,” tegasnya.

Tatkala tersorot sinar laser, ia bersama anak didiknya tak ingin segera terpancing untuk melihat. Oleh sebab itu hal yang harus dilakukan ketika dibidik laser, yaitu tetap menjaga konsentrasi terhadap instrumen yang ada dalam kokpit pesawat dan menghindari untuk melihat langsung sinar laser.

Karena ia sadar jika sinar itu mengenai kornea mata akan membutakan sementara. Penerbang dalam posisi downwind mengalami demikian maka akan sangat berbahaya. “Yang di darat terkena laser saja bisa dirasakan bagaimana dampaknya, apalagi di udara,” kata pria tiga anak ini.

Kepala Dinas Operasi Lanud Adisutjipto Kolonel Pnb Bonang Bayu Aji mengakui, dari laporan petugas ATC, tidak hanya pesawat militer saja, melainkan sejumlah maskapai pernah melaporkan adanya sorotan laser ketika akan mendarat di Adisutjipto.

Saat penerbangan malam hari, cahaya dalam kokpit pesawat telah disetting sedemikian rupa dengan diredupkan. Tujuannya, agar pilot dengan mudah mendapat akses lokasi ke bawah terutama untuk melihat landasan. Lampu sorot pasar malam, juga menjadi gangguan pada penerbangan malam hari.

Memang banyak instrumen yang harus diperhatikan dan dipahami masyarakat berada di wilayah kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP). Tak terkecuali lampu di pinggir jalan raya wajib disorotkan ke bawah dengan diberi tutup atasnya. Karena jika lampu jalan raya tidak diberi tutup atasnya, maka bisa saja pilot akan menduga itu sebagai lampu runway.

“Saat akan mendarat, pilot wajib bisa melihat landasan secara manual, kalau tidak bisa harus naik lagi,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya