SOLOPOS.COM - Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari saat membuka Nota Kesepahaman di UMY pada Jumat (3/2/2023).(Istimewa)

Solopos.com, JOGJA — Disrupsi yang makin terjadi, baik karena ekonomi, politik, teknologi, maupun kesehatan akibat pandemi mengubah banyak hal.

Di Singapura, tren umur perusahaan semakin pendek, dari semula 40 tahun jadi 10 tahun. Warganya berganti pekerjaan rata-rata tiap lima tahun.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Sementara, dunia kerja Indonesia dihadapkan pada ketimpangan antara output dunia pendidikan dengan permintaan dunia industri.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, hanya 10 persen angkatan kerja Indonesia yang pernah ikut pelatihan di luar pendidikan formal. Hal inilah yang membuat pemerintah berinvestasi besar dalam peningkatan kompetensi angkatan kerja, baik skilling, reskilling maupun upskilling, melalui Program Kartu Prakerja.

Ekspedisi Mudik 2024

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari menyampaikan hal itu seusai Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Pelaksanaan Pengembangan dan Penilaian Konten Pelatihan Keterampilan Kerja dan Kewirausahaan pada Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Jumat (3/2/2023). Di hari yang sama ia juga menandatangani Nota Kesepahaman serupa di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.

“Belajar harus menjadi semangat dan gerakan baru bagi angkatan kerja kita. Di sinilah Program Kartu Prakerja menciptakan kultur baru. Bahwa kita harus terus belajar, dari lahir sampai liang lahat. Yang tidak belajar, tidak keren,” kata Denni.

Denni menekankan, banyaknya pihak penyedia pelatihan di ekosistem Prakerja memungkinkan adanya persaingan sehat. Sebelum masuk ekosistem, mereka diseleksi ketat. Puluhan indikator asesmen harus dilalui, sebelum bergabung ke ekosistem Kartu Prakerja. Begitu berhasil, mereka pun belum tentu laku karena peserta bebas memilih yang cocok untuk kebutuhan mereka.

“Untuk melakukan proses asesmen ini, kami dibantu asesor pelatihan dari lembaga-lembaga pendidikan terbaik di Indonesia yang bersifat independen, termasuk UII dan UMY ini,” ungkap Denni.

Kerja sama Manajemen Pelaksana dengan UMY dan UII melengkapi jaringan kemitraan yang sebelumnya telah dilaksanakan dengan perguruan tinggi, yakni Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Atma Jaya, dan Indonesia Mengajar.

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Gunawan Budiyanto mengapresiasi kerja sama Prakerja dan UMY.

“Selain skill akademis, soft atau social skill sangat mempengaruhi karir seseorang. Di sinilah pentingnya kita untuk terus berlatih mengasah diri. Kami berterima kasih karena Prakerja sudah menengok UMY, kampus yang familiar, khususnya di sektor perekonomian. Banyak mahasiswa UMY turut andil sebagai penggerak perekonomian,” kata Gunawan Budiyanto.

Dukungan serupa disampaikan Rektor Universitas Islam Indonesia Fathul Wahid. Menurutnya, adaptabilitas menjadi kata kunci agar lulusan perguruan tinggi bisa terserap dengan baik di pasar kerja.

“Misi pendidikan memang berbeda dengan pelatihan. Semoga lewat kerja sama ini, kedua hal itu bisa dipertemukan,” tegas Fathul.

Kuliah Umum

Penandatanganan Nota Kesepahaman di dua kampus di Yogyakarta dibarengi dengan kuliah umum bertema Tantangan Generasi Muda Menghadapi Tsunami di Era Digital oleh Direktur Teknologi Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Samsu Sempena.

Samsu mengatakan agar peluang karir terbuka tanpa hambatan, generasi muda harus terus mengembangkan diri dengan meningkatkan kreativitas, independensi dan kedisiplinan tinggi.

“Banyak sekali alternatif meningkatkan pendapatan untuk para Millennial dan Gen-Z di era dunia digital, khususnya yang disebut gig economy ini,” kata Samsu.

Sayangnya, meski melek teknologi, generasi muda memiliki problem akut, antara lain sikap mudah menyerah, mentalitas instan, serta kesehatan mental yang kerap terganggu.

“Pilihannya ada dua: mau tenggelam atau berenang. Untuk itu, generasi muda harus bisa memilah-milah informasi karena waktu terbatas, menggunakan teknologi dengan bijak di era dunia digital, mengembangkan diri dengan skill-skill yang dibutuhkan, serta mulai bekerja atau membangun usaha sesuai keterampilan dan passion,” urai Samsu.

Acara ini juga dihadiri tiga pimpinan lembaga pelatihan yang memberikan voucher pelatihan gratis kepada kedua kampus, yakni Direktur Utama GETI Inkubator Amalia S. Prabowo, Direktur Utama Yec.co.id M. Animna Husna, serta Direktur Utama Bebas Jam Kerja Andi Pranata.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya