SOLOPOS.COM - Bupati Madiun, Ahmad Dawami, saat melihat peraga busana memperlihatkan pakaian adat Madiun, Selasa (30/5/2023). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Solopos.com, MADIUN — Pemerintah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menggandeng pegiat budaya dan sejarah sedang menggali potensi pakaian adat serta pakaian khas daerah. Upaya ini untuk mencari pakem pakaian adat yang original dan menjaga kearifan lokal.

Pakaian adat merupakan seperangkat pakaian yang mengekspresikan identitas yang biasanya dikaitkan dengan wilayah geografis atau periode waktu dalam sejarah. Pakaian adat ini dapat menunjukkan status sosial, perkawinan, atau agama. Bukan hanya itu, pakaian adat berlaku dalam waktu tak terbatas.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sedangkan pakaian khas bersifat pendek dalam artian keberadaannya serta keberlangsungannya sesuai dengan kebutuhan promosi serta pengenalan wilayah. Hal ini karena ada kepentingan city branding dengan detail pendukung yang disesuaikan potensi di wilayah tersebut.

Bupati Madiun, Ahmad Dawami, mengatakan penggalian potensi pakaian adat dan pakaian khas Madiun ini untuk menjaga local wisdom atau kearifan lokal dari sisi budaya berpakaian. Penggalian sejarah ini untuk mengethui bagaimana cara berpakaian, model pakaian, dan bahan pakaian yang digunakan pada masa dahulu.

“Jadi ini merepresentasikan macam-macam, ada representasi strata sosial, representasi dari perkawinan, representasi dari asalnya dari mana. Kita menggali itu semua. Untuk mencari yang benar-benar original Madiun,” kata dia seusai FGD di Pendapa Muda Graha, Selasa (30/5/2023).

Bupati menyampaikan proses penggalian ini membutuhkan waktu yang panjang. Terlebih ini mengumpulkan arsip-arsip sejarah dengan periodesasi yang cukup lama.

“Sejarahnya dulu Belanda kan pernah di Madiun. Tentu ini terjadi pencampuran budaya, akulturasi budaya. Sebelumnya, kita bicara Mataram, tentu akan memperngaruhi pakaian kita,” ujar dia.

Kajian-kajian yang dilakukan ini untuk menemukan pakaian yang menjadi ciri khas Madiun. Sehingga pakaian ini bisa menjadi identitas kebanggaan masyarakat Madiun.

Bupati menjelaskan penggalian ini bertujuan untuk mencari pakaian adat dan khas yang pakem dan asli seperti apa. Setelah mendapatkan pakaian adat yang original, baru nanti akan dikembangkan yang sesuai fashion terkini dan milenial style.

“Itu bagian dari kreativitas masyarakat,” kata dia.

Lebih lanjut, Bupati yang akrab disapa Kaji Mbing itu menjelaskan proses penggalian sejarah membutuhkan waktu yang cukup panjang. Karena ada arsip-arsip sejarah yang harus menjadi rujukan. Seperti dokumen-dokumen pada tahun 1800-an juga harus dibedah untuk mengetahui pakaian yang dikenakan waktu itu.

Setelah nanti ditemukan pakaian adat dan pakaian khas, Kaji Mbing menjelaskan tentu akan ada upaya untuk melestarikan dan membuat pakemnya. Bukan itu saja, bisa saja nanti pakaian adat ini akan digunakan pada acara-acara tertentu hingga menjadi pakaian dinas pegawai.

“Ini juga bisa menjadi potensi yang dikembangkan oleh pelaku UMKM. Nanti bagaimana para pelaku UMKM bisa mengembangkannya jadi produk fashion yang menarik,” jelasnya.

Koordinator tim penggali pakaian adat Madiun, Ajar Putra Dewanto, mengatakan penggalian pakaian adat Madiun ini menggunakan sumber-sumber dari buku sejarah, arsip-arsip keraton, hingga arsip-arsip Belanda.

“Kami menemukan dokumen foto terkait pakaian yang digunakan para bupati Madiun pada masa itu. Pakaiannya memang berbeda-beda, itu yang akan kami gali untuk dijadikan pakaian adat maupun pakaian khas,” jelas dia.

Dari dokumen-dokumen yang dikumpulkan ada beberapa bagian kesamaan pakaian yang dikenakan oleh para bupati Madiun kala itu. Dalam kajian ini, tim akan melakukan konstruksi pakaian adat.

Ajar menjelaskan untuk pakaian adat pria akan diberi nama beskap pangeranan Madiun. Pakaian adat ini terdiri dari beskap sikep yang merupakan gabungan dua bagian, yaitu baju putih yang berada di dalam dengan kerah tegak dan memiliki kancing hingga leher. Sedangkan luarnya menggunakan baju hitam yang ditelangkupkan tanpa dikancingkan.

Beskap sikep luar dengan kancing baju berjumlah enam melambangkan rukun iman dan lima kancing di lengan sebagai rukun Islam.

Untuk busana khas Madiun diberi nama Surjan Kasatriyan Madiunan. Pakaian khas ini memiliki filosofi, enam kancing di leher bermakna rukun iman, lima kancing di badan bermakna rukun Islam.

Sedangkan pakaian adat ibu bupati atau perempuan yaitu menggunakan kebaya kurung dengan kain bludru. Panjang kain 7 cm di bawah lutut. Dengan hiasan bordir ukiran yang berasal dai ukiran mimbar khutbah Masjid Banjarsari wetan.

Sedangkan baju khas ibu Bupati yakni menggunakan pakaian motif umpak di rumah arca Caruban, panjang pakaian 7 cm di bawha lutut, bordiran emas, dan warna biru indigofera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya