SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Doni Monardo, akan memaksimalkan peran para pakar maupun kalangan akademisi dalam mitigasi kebencanaan di Tanah Air. Mantan Danjen Kopassus itu bahkan siap membentuk sebuah tim yang beranggotakan para pakar maupun pengamat kebencanaan di bawah komando BNPB.

“Suka enggak suka kita itu hidup di atas cincin api. Itu sudah takdir. Peristiwa alam yang terjadi adalah siklus. Berkaca dari apa yang terjadi saya akan mengambil semua pakar yang ada. Saya akan satukan dalam satu lembaga dengan istilah tim intelijen kebencanaan,” ujar Doni dalam sambutannya pada acara Rapat Koordinasi Kebencanaan di Gedung Gubernur Jateng, Kota Semarang, Rabu (13/2/2019).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Doni menambahkan selama ini pendapat pakar seringkali diabaikan dan dianggap memberikan perasaan tidak aman kepada masyarakat. Padahal, analisis pakar terkait potensi bencana itu banyak yang tepat.

Doni lantas mencontohkan satu kasus yang terjadi pada era 1980-an. Saat itu, ahli geologi, Prof. John Ario Katili, menyampaikan pendapatnya jika Palu tidak layak menjadi ibu kota Sulawesi Selatan karena berpotensi gempa, tsunami dan likuifaksi.

“Namun, pendapat Prof. Katili itu tak didengar dan bahkan dianggap memberikan perasaan takut kepada masyarakat. Kini, setelah 10 tahun Prof. Katili meninggal analisisnya itu benar terjadi,” ujar Doni.

Doni berharap keberadaan para pakar ini nantinya akan memberikan informasi yang tepat kepada pemerintah dalam penanggulangan bencana. Masyarakat juga diminta mengikuti arahan agar siap dalam menghadapi bencana.

“Nanti biar para pakar ini seperti Mosad-nya Israel. Mereka juga harus menyampaikan pendapatnya kepada publik. Enggak perlu ada yang disembunyikan,” imbuh jenderal TNI bintang tiga itu.

Selain memaksimalkan peran pakar, Doni juga meminta pemerintah untuk terus mengedukasi masyarakat tentang kebencanaan. Masyarakat bisa diberikan pelatihan tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk lebih peduli terhadap lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan melakukan penghijauan, terutama di daerah rawan tsunami.

“Solusinya apa? Salah satunya yakni vegetasi. Tanam kembali pohon-pohon. Seperti di Thailand, adanya tsunami ternyata 88,8% bisa dihambat dengan pohon cemara udang. Maka itu kita harus jaga alam. Kita jaga alam, alam akan jaga kita,” tutur Doni.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya