SOLOPOS.COM - Ilustrasi Ketoprak (JIBI/Harian Jogja)

Ilustrasi Ketoprak (JIBI/Harian Jogja)

JOGJA—Kelompok seni Gerakan Seni Taruna Mataram (Ganatama) menggelar Festival Ketoprak Antarpelajar SMA dan sederajat di  Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Jalan Sriwedani mulai 22 Mei hingga 24 Mei mendatang. Festival ketoprak ini diharapkan bisa merangsang generasi muda untuk lebih mengenal budaya Jawa yang kian hari kian terkikis seiring makin dinamisnya kota Jogja.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

“Sebagai kota pelajar dan kota budaya, Jogja kini terus berkembang menjadi kota yang beragam, baik agama maupun kultur budayanya. Keberagaman inilah yang menjadi salah satu penyebab menipisnya jati diri generasi muda yang tinggal di Jogja. Mereka seharusnya tetap mengenal budaya Jawa, bangga akan budaya Jawa,” kata Ari Purnomo, penyelenggara festival ketoprak yang juga menjabat sebagai Sekjen Genitama kepada wartawan saat  jumpa pers, Rabu (8/5/2013).

Dipilihnya festival ketoprak sebagai upaya untuk memperkenalkan budaya Jawa, kata Ari, lantaran ketoprak merupakan salah satu kekayaan budaya Jawa yang hingga saat ini masih tumbuh di Jogja dan wilayah Jawa Tengah. Selain itu, kata dia, selain sebagai media hiburan ketoprak sangat efektif menjadi media pendidikan moral ataupun pendidikan sejarah.

“Materi dalam pertunjukan ketoprak pun dapat disesuaikan dengan kondisi aktual dan faktual bagi penikmatnya sehingga dapat menjadi pertunjukkan  yang menarik termasuk generasi muda,” katanya.

Dalam festival ketoprak antarpelajar SMA dan sederajat ini, ada lima sekolah yang akan tampil sebagai peserta yakni SMAN 3 Jogja, SMKN 1 Jogja, SMKN 2 Wonosari, SMKN 1 Sleman dan SMKI Bantul.

Menurut Ari, dipilihnya lima sekolah tersebut  setelah melalui seleksi ketat dengan memperhatikan latar belakang mereka utamanya dalam mementaskan seni pertunjukkan. “Lima kelompok yang kami pilih sudah tidak asing dengan teater dan ketoprak,” ujarnya.

Saat tampil, lima peserta itu diminta untuk memilih dua naskah berjudul Bebendu Gembiraloka dan Mangir. Dua naskah tersebut karya Bondan Nusantara, seniman ketoprak kawakan Jogja dan Ari Purnomo sendiri.  Uniknya, naskah yang dimainkan itu juga memiliki pesan tinggi untuk menghargai  perbedaan. “Naskah ini sesuai dengan situasi sosial yang terjadi saat ini, sehingga diharapkan mereka juga bisa mengambil pesan itu dan menerapkannya dalam kehidupan sehari hari,” ujar Ari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya