SOLOPOS.COM - Game terbaru Assasin (kotaku.com)

Game terbaru Assasin’s Creed Syndicate membawa pemain ke era Victorian pada 1868 lalu.

Solopos.com, SOLO – Gamers dunia kembali dimanjakan dengan game teranyar rilisan Ubisoft, Assasin’s Creed Syndicate, Jumat (23/10/2015). Pengembang asal Prancis itu sudah jauh-jauh hari memperkenalkan versi alpha permainan tersebut di ajang Popcon Asia 2015 di Jakarta. Bila di seri sebelumnya gamers diajak untuk bertualang di kota Prancis pada periode 1789 di masa Revolusi Perancis. Maka Assassin’s Creed Syndicate berada pada periode waktu yang lebih maju, yakni 1868 dengan latar belakang Kota London era Victoria.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati menjanjikan permainan yang lebih menantang, reviewers games rupanya enggak begitu terpukau dengan rilisan baru tersebut. Seperti dikutip dari Metro UK, Minggu (25/10/2015), David Jenkins mengaku tak terpanggil memainkan Assasin’s Creed Syndicate. “London is not calling. Kami berusaha mengabaikan fakta bahwa games ini terasa seperti makanan di restoran cepat saji. Tapi begitulah adanya,” tulis David untuk metro.co.uk.

Ekspedisi Mudik 2024

“Terdengar kasar, tapi memang jauh dari kata memuaskan, menyerupai aksi interaktif antar sepasang sepatu. Permainan ini membosankan, aman, tidak menantang, dan edgy seperti sebuah bola billiard,” tambahnya.

Menurutnya, hal tersebut disayangkan lantaran Assasin’s adalah games yang selalu menjadi yang terlaris sepanjang tahun. Meskipun begitu, David menyebut game ini setidaknya seperti harapan, hanya memiliki sedikit bug dibanding edisi sebelumnya.

Plot kali ini tak ubahnya seri sebelumnya. Seri panjang waralaba game historical action-adventure tersebut dua karakter Assassin, yaitu Jacob dan Evie Frye. Mereka kali ini berjuang membebaskan masyarakat dari tirani kaum templar yang ingin menguasai London.

Gaya bertarung tangan kosong, pertarungan antar geng, dan memanjat dengan grappling hook. Jangan lewatkan adegan tawuran antar geng dan kejar-kejaran menggunakan kereta kuda.

Meski mengecewakan, David menyebut kehadiran cameo seperti Alexander Graham Bell dan Charles Dickens menjadi sensasi tersendiri. “Kehadiran mereka patut dipertimbangkan sebagai hal yang berbeda, tapi dialog antar keduanya pada masa itu seperti dipaksakan dan gagal. Tentu saja karena penulis skenario adalah orang Amerika,” ungkapnya, sambil menyebut kegagalan paling utama Assasin’s Creed Syndicate adalah mechanical level. Gerakan parkour yang selalu menjadi andalan tak ubahnya seperti kantong kentang hilang kendali.

Review berbeda disampaikan di situs Kotaku. Salah satu reviewer, Luke Plunkett memuji konsep Victorian yang sangat kental di game tersebut. “Fernando Acosta adalah seorang seniman yang telah melakukan menggarap grafis untuk WB Games, Square Enix, dan Hasbro. Hasil kerjanya dapat dilihat di game Assasin’s Creed Syndicate,” tulisnya, Minggu. Postingan tersebut langsung ditanggapi akun bernama warmhotself yang menyebut nama-nama tempat di game itu tak akurat.

Di sisi lain, di seri ini gamers dapat memainkan dua karakter antara Jacob atau Evie Frye. Pada era modern (dari seri sebelumnya), dua bersaudara itu memakai gaya busana lebih modern.

Tapi, mereka tetap didandani dengan penutup kepala capuchon dan sebuah hidden blade di lengan kiri. Ihwal rating, Entertainment Software Rating Board (ESRB) resmi memasukkannya ke dalam kategori dewasa (M) karena terlalu banyak mengumbar adegan kekerasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya