SOLOPOS.COM - Ahmad Djauhar (foto; dokumen Solopos)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Senin (5/2/2018). Esai ini karya Ahmad Djauhar Ketua Dewan Redaksi Harian Solopos  dan Wakil Ketua Dewan Pers. Alamat e-mail penulis adalah eljeha@gmail.com.

Solopos.com, SOLO–Anda merasa kesal ketika sedang enak-enak menikmati alunan lagu kesukaan tiba-tiba disuruh mematikan alat pemutar musik itu oleh pramugari yang memberi tahu bahwa pesawat siap take off atau landing?

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Anda kesal karena belum sempat memberitahukan waktu mendarat sehingga penjemput dipastikan siap di bandara pada saat kedatangan Anda? Sungguh sesuatu yang terasa menyebalkan, karena Anda merasa seolah-olah terisolasi dengan dunia luar.

Saat ini, meminjam istilah anak gaul, sudah ”zaman now”, tidak selayaknya lagi Anda terputus hubungan dengan dunia sekitar. Hal seperti itu masih jamak terjadi di berbagai maskapai penerbangan kita hingga hari-hari ini.

Penumpang pesawat terbang di Eropa kini lebih beruntung karena tidak diganggu urusan-urusan perceriwisan seperti itu ketika mau terbang.

Berbagai maskapai seperti Jetstar maupun Aeroflot, setidaknya hingga menjelang pengujung 2017, terlihat membiarkan penumpang tetap sibuk menelpon ke sana kemari meskipun pesawat sedang take off atau landing

Di pesawat khusus—mengangku sejumlah pejabat tinggi negeri ini—yang saya pernah tumpangi juga begitu. Pramugari pada cuek ketika sebagian penumpang masih berhalo-halo ria, padahal saat itu sedang lepas landas.

Pokoknya terus menelepon sampai terputus dengan sendirinya karena pancaran daya antarsinyal dari base transceiver station (BTS) terdekat tidak mampu menjangkau ketinggian pesawat.

Banyak operator maskapai penerbangan internasional, misalnya Emirates dan British Airways, yang telah menguji teknologinya, mendapat persetujuan dari regulator dan mulai menawarkan layanan suara dan data seluler di beberapa rute.

Selanjutnya adalah: Termasuk di antraranya mbolehin penumpang tetap asyik…

Penumpang asyik

Dalam hal ini termasuk di antaranya mbolehin penumpang tetap asyik menggunakan telepon seluler saat tinggal landas. Teknologi navigasi terkini memungkinkan membuat panggilan masuk yang ditagih oleh operator telepon seluler mereka sebagai jelajah internasional.

Biayanya berkisar sekitar US$2 per menit. Menurut OnAir, salah satu penyedia global konektivitas seluler utama, mengingat pilihannya, penumpang di pesawat cenderung memilih layanan seluler ke wireless fidelity (wifi). OnAir menawarkan kedua layanan tersebut.

Untuk kasus telepon-menelepon di pesawat ini, otoritas penerbangan Amerika Serikat malah tampak bersikap kolot, yakni tetap tidak memperbolehkan. Sejak September 2014, Otoritas Keamanan Penerbangan Eropa berani menghapus larangan penggunaan telepon seluler selama penerbangan.

Larangan menggunakan peranti elektronik menjelang lepas landas itu memang aneh dan tidak beralasan karena di dalam pesawat itu sendiri penuh dengan peranti elekronik, salah satunya tentu saja sarana hiburan di setiap kursi pesawat.

Selain itu, alasan bahwa sinyal telepon seluler yang diaktifkan akan mengganggu gelombang radio sistem navigasi pesawat juga gugon tuhon, tak ada alasannya. Hasil riset menunjukkan pita frekuensi peranti navigasi sangat berbeda dengan sistem konunikasi seluler. Joko sembung naik ojek alias gak nyambung, Jack.

Pada pertengahan Januari kemarin, Otoritas Pengaturan Telekomunikasi India (TRAI) mengizinkan penggunaan telepon seluler dan akses Internet melalui wifi on-board untuk semua penerbangan yang beroperasi di wilayah udara India. Penumpang hanya diizinkan untuk melakukan panggilan telepon seluler saat pesawat berada pada ketinggian lebih dari 3.000 meter.

Selanjutnya adalah: Pembatasan ketinggian untuk memastikan kompatibilitas….

Kompatibilitas

TRAI menyatakan pembatasan ketinggian adalah untuk memastikan “kompatibilitas dengan jaringan bergerak terestrial”. Beberapa maskapai penerbangan Amerika Serikat telah mengumumkan rencana memasang teknologi baru pada pesawat terbang yang memungkinkan telepon seluler tetap dapat digunakan di pesawat terbang.

Mereka masih menunggu persetujuan dari otoritas komunikasi Federal Communications Commision (FCC) dan otoritas penerbangan Federal Aviation Administration (FAA). Metode ini mirip dengan yang digunakan pada kebanyakan mobil di kereta es Jerman.

Pesawat akan membawa perangkat yang dikenal sebagai picocell. Sebuah picocell bertindak sebagai stasiun pangkalan miniatur (seperti menara telepon seluler) yang berkomunikasi dengan telepon seluler di dalam pesawat terbang dan menyampaikan sinyal ke satelit atau sistem berbasis terestrial.

Picocell dirancang dan dipelihara untuk kompatibilitas penuh dengan avionik pesawat terbang. Komunikasi antara picocell dan jaringan telepon lainnya berada pada frekuensi terpisah yang tidak mengganggu sistem seluler atau avionik pesawat terbang.

Ini sama halnya dengan sistem telepon berpemilik on-board yang ada di dalam pesawat komersial. Antena picocell di dalam pesawat terbang sangat dekat dengan penumpang dan di dalam cangkang logam pesawat terbang.



Selanjutnya adalah: Dikurangi ke tingkat yang sangat rendah…

Sangat rendah

Daya keluaran picocell dan telepon seluler bisa dikurangi ke tingkat yang sangat rendah yang mengurangi risiko gangguan. Sistem seperti itu telah diuji pada beberapa penerbangan di Amerika Serikat di bawah pengabaian dari FCC.

Sementara itu, ARINC dan Telenor membentuk perusahaan patungan untuk menawarkan layanan seperti itu pada pesawat komersial. Panggilan telepon seluler dialihkan melalui satelit ke jaringan darat dan sistem penyaringan EMI on-board mencegah telepon seluler mencoba menghubungi jaringan berbasis darat.

Sistem ini relatif mudah diterapkan bagi pelanggan di sebagian besar dunia ketika telepon seluler GSM beroperasi di salah satu dari hanya dua band. Banyaknya sistem telepon seluler yang tidak kompatibel di Amerika Serikat dan beberapa negara lain membuat situasi menjadi lebih sulit (tidak jelas), apakah repeater onboard kompatibel dengan semua protokol telepon seluler yang berbeda (TDMA, GSM, CDMA, iDen) dan penyedia masing-masing.

Beberapa maskapai penerbangan memasang teknologi yang memungkinkan ponsel terhubung di dalam pesawat saat terbang. Sistem seperti itu diuji pada penerbangan terjadwal sejak 2006 dan pada  2008 beberapa maskapai penerbangan mulai mengizinkan penggunaan telepon seluler secara in-flight.

Jadi, sebenarnya, tidak haram menelepon saat pesawat sedang lepas landas ataupun mendarat karena di belahan bumi sana sudah dihalalkan. Kenapa di sini dan sejumlah wilayah seolah-olah menjadi momok menakutkan ya? Kok jadi dogmatis begitu…

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya