SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pekanbaru–Puluhan gajah liar di Riau kembali memasuki pemukiman penduduk di di Kabupaten Bengkalis. Bila kawanan binatang bongsor ini dibiarkan begitu saja, maka akan menimbulkan konflik dengan masyarakat.

Kawanan gajah ini menghantui masyarakat Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau. Dalam sebulan terakhir ini, belasan gajah liar silih berganti mengitari perkampungan penduduk. Beberapa rumah warga sudah ada yang menjadi korban pengerusakan gajah liar tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami tahu kalau gajah itu binatang yang dilindungi. Tapi kalau terus menerus gajah memasuki kampung dan mengancam jiwa kami, jangan salahkan kami kalau bertindak demi penyelamatan masyarakat,” kata Hermansyah, warga Desa Petani, Kamis (24/06).

Ekspedisi Mudik 2024

Menurutnya, masalah ancaman gajah liar ini sudah disampaikan ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Namun pihak instansi yang paling berwenang penanganan satwa liar ini, belum juga memberikan solusi terbaik dalam konflik tersebut.

“Kita sudah mengadukan masalah ini ke DPRD Bengkalis. Desa kami sudah bertahun-tahun menjadi bulan-bulanan penyerangan gajah liar. Sudah banyak korban jiwa di desa kami ini,” keluh Sunarto, warga lainnnya.

Anggota DPRD Bengkalis, Khusaini kepada wartawan mengakui, bahwa masalah gajah liar ini sudah masuk dalam agenda pihak Dewan. DPRD setempat juga sudah berkoordinasi dengan instansi terkait dalam penanganan gajah liar tersebut.

“Kita akan mengajak sejumlah perusahaan besar yang beroperasi di Bengkalis, untuk bersama-sama menangani masalah gajah liar tersebut,” kata Khusaini.

Sementara itu Direktur LSM Lingkungan, Tropika, Harijal Jalil menyebut, konflik gajah dengan manusia di daerah tersebut  diakibatkan rusaknya kawasan hutan Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja yang tak jauh dari desa mereka.

Kondisinya SM Balai Raja saat ini, sekitar 80 persen sudah beralih fungsi menjadi perladangan dan perkebunan sawit milik masyarakat dan pengusaha lokal. Padahal kawasan itu selama dikenal sebagai kantong gajah di Riau. Alih fungsi lahan inilah yang menyebabkan gajah liar memasuki pemukiman penduduk.

“Pemerintah harus introspeksi diri, mengapa hutan berstatus Suaka Margasatwa bisa menjadi perladangan dan perkebunan sawit. Ini menunjukkan pemerintah apakah daerah dan pusat tidak dapat menjaga kawasan hutan tersebut. Gajah tidak akan keluar dari habitatnya, kalau dia tidak terusik,” kata Harijal.

dtc/ tiw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya