SOLOPOS.COM - Tundjung W Sutirto Kepala Kantor Humas dan Kerja Sama Universitas Sebelas Maret. (FOTO/Istimewa)

Tundjung W Sutirto
Kepala Kantor Humas
dan Kerja Sama
Universitas Sebelas Maret. (FOTO/Istimewa)

Hari ini (Senin, 11/3/2013), Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo memperingati Dies Natalis ke-37. Dalam usianya yang sudah tidak muda lagi UNS Solo memiliki potensi sumber daya manusia dan infrastruktur yang besar. Kapasitas dan relevansi kelembagaan sebagai pusat pendidikan tinggi mulai mendapat predikat reputasi internasional.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Akselerasi menuju internasionalisasi melalui pemberdayaan keunggulan UNS sudah semestinya sejalan dengan kebutuhan masyarakat mulai dari tingkat lokal hingga masyarakat global. Oleh karena itu dalam rangka Dies Natalis ke-37 ini UNS telah golong-gilig bertekad mendukung gerakan global yaitu apa yang dinamakan dengan Go Green.

Momentum untuk menunjukkan tekad itu adalah dengan dicanangkannya Gerakan UNS Green Campus (GC) oleh Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya, pada 6 Maret 2013,  dengan penanaman pohon secara simbolis di halaman depan kampus UNS.

Gerakan GC di UNS dinyatakan oleh Menteri Lingkungan Hidup sebagai model atau proyek percontohan bagi kampus-kampus di Indonesia. Seberapa besar gerakan GC tersebut berdampak terhadap penghentian atau pengurangan global warming (pemanasan global)? Sedahsyat apa gerakan GC berpengaruh pada perilaku manusia agar ramah lingkungan?

Terdapat adagium yang berbunyi bahwa musuh bumi tidak lain adalah manusia sendiri. Sejalan dengan adagium itu maka musuh bumi kampus tidak lain adalah civitas academica sendiri. Bila dihitung tekanan populasi di kampus, khususnya kampus UNS Solo, terhadap lingkungan fisik dan nonfisik sebenarnya terbilang amat besar. Sampai dengan 2013 ada 35.000 lebih mahasiswa yang kuliah di UNS.

Bila ditambah dengan jumlah dosen di atas 1.600 orang dan tenaga kependidikan di atas 1.400 orang, kegiatan akademis di UNS dalam kondisi aktif melibatkan 40.000 orang yang beraktivitas. Sungguh sebuah populasi yang besar bila dibandingkan dengan kecilnya kapasitas ruang (space) untuk mewadahi aktivitas utamanya.

Kampus utama di kawasan Kentingan, Jebres, Solo menggunakan lahan 60 hektare. Dalam lahan seluas itu dengan tekanan populasi dan aktivitas pendidikan modern yang memerlukan dukungan infrastruktur maka upaya untuk tetap menjadikan kampus yang suistanable dan berwawasan ekosistem menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Upaya itu tentu diawali dari sebuah komitmen bersama.

Dari komitmen bersama telah dirumuskan dalam tindakan nyata. Misalnya, telah menjadi kewajiban bagi setiap guru besar UNS yang dikukuhkan untuk menanam pohon. Jenis pohon tentu dipilih yang punya fungsi dan nilai ekosistem bagi lingkungan kampus UNS.

Gerakan GC di UNS juga punya dampak dahsyat dalam konteks global. Yang pasti kampus adalah ”kawah candradimuka” bagi lahirnya pemimpin-pemimpin masa depan. Melalui gerakan GC telah diajarkan agar para mahasiswa mulai sadar untuk visi lingkungan yang ramah dan visi lingkungan yang berkelanjutan.

Mahasiswa UNS melalui GC dituntut punya mainset visi lingkungan yang baik. Coba saja dihitung berapa kebutuhan belanja fotokopi para mahasiswa dalam satu semester? Bila setiap mata kuliah mewajibkan tugas penyusunan makalah dan harus menggandakan dengan fotokopi maka betapa besar kebutuhan kertas yang harus disediakan oleh industri kertas.

Bila perilaku dalam soal fotokopi masih belum berubah, yaitu hanya menggunakan satu muka kertas, melalui gerakan GC mengharuskan mahasiswa UNS menggunakan dua muka atau bolak-balik dalam setiap fotokopi makalah atau referensi. Artinya, dengan perilaku dalam fotokopi itu berdampak  besar pada penghematan sumber daya bahan baku untuk industri kertas.

Dalam aktivitas yang lain, misalnya dalam soal memanfaatkan air untuk toilet dan sanitasi, melalui gerakan GC dapat dilakukan penghematan yang amat besar karena setiap keran air telah dibuat dengan sistem otomatis sesuai dengan kebutuhan. Jadi, jika lupa menutup keran maka air akan berhenti sendiri.

Dapat dibayangkan kalau seandainya 50% saja dari civitas academica (atau hampir 20.000 orang) di UNS memanfaatkan air untuk keperluan sanitasi setiap hari, dengan cara keran otomatis itu akan besar dampaknya pada sumber daya air yang harus dijaga keberlanjutannya.

Kemudian, untuk memfungsikan peran kepada lingkungan eksternal UNS telah membuat danau yang berfungsi sebagai area resapan sekaligus menampung air limbah domestik kampus nonaktivitas laboratorium. UNS juga telah menghibahkan satu hektare lahan kampus kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Solo untuk difungsikan sebagai hutan kota.

 

Efisiensi

UNS juga telah membangun kawasan khusus pedestrian yang nyaman. Para pejalan kaki nyaman menyusuri kampus. UNS bersama lima perguruan tinggi ternama di Indonesia juga telah melakukan riset mobil listrik dan mobil ber-biofuel sebagai bentuk komitmen kampus melawan global warming tersebut.

Potensi besar  gerakan GC di UNS akan semakin nyata hasilnya karena kebutuhan penerangan ruang kuliah dan ruang perkantoran sudah memakai lampu jenis light emitting diode (LED). Lampu LED mempunyai berdampak positif bagi lingkungan karena tidak mempunyai kandungan merkuri dan tidak menambah pemanasan global serta efisiensi energi sehingga hanya membutuhkan konsumsi energi yang rendah.

Di satu fakultas saja setidaknya ada 50 ruang. Jika ada sembilan fakultas di lingkungan UNS berarti ada hampir 500 ruang yang menggunakan penerangan lampu. Apabila setiap ruang ada 2-4 lampu, betapa besar dampak positif dari GC di UNS. Dengan menggunakan prinsip dasar 3R, yaitu reduce, reuse dan recycle maka gerakan GC di UNS punya andil besar bagi kepentingan global.

Penghematan sumber daya, pemanfaatan kembali energi dan daur ulang limbah dalam konteks aktivitas UNS secara keseluruhan telah nyata punya dampak besar dalam skala pemuliaan lingkungan. Setelah komitmen diwujudkan, tinggal konsistensinya. Jika semua warga kampus UNS yang jumlahnya  hampir 40.000 orang semuanya berpikiran dan berperilaku green, betapa besar jasa UNS bagi dunia.

Rencana strategis (renstra) UNS untuk sampai pada world class university ditarget tercapai pada 2030. Hasil mendunia yang segera dapat dilakukan dari gerakan GC tidak perlu menunggu 2030. Ini relatif lebih cepat dicapai karena berpikir dan berperilaku green campus bisa dilakukan secepatnya, hanya butuh komitmen dan konsistensi.

Didukung budaya kerja UNS yang semakin mantap, yaitu UNS Active, gerakan GC akan menjadikan UNS sebagai universitas yang disegani di pergaulan perguruan tinggi dunia. Mungkin gerakan GC di UNS adalah bersifat lokal tetapi berdampak global. Keberhasilan GC di UNS akan diukur dari seberapa besar efisiensi yang dapat diciptakan dari tahun ke tahun.

Prinsip efisiensi harus ada di setiap pikiran dan tindakan semua populasi yang berada di bawah intitusi UNS. Dengan optimisme yang tinggi, UNS diusianya yang ke-37 tahun ini perlu mendapat apresiasi dari semua pihak terutama potensinya yang luar biasa bagi kepentingan global. Semoga UNS menjadi nomor satu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya