SOLOPOS.COM - Mudhofir Abdullah mudhofir1527@gmail. Wakil Rektor Bidang Akademik Institut Agama Islam Negeri Surakarta

 Mudhofir Abdullah  mudhofir1527@gmail.  Wakil Rektor Bidang Akademik Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Mudhofir Abdullah
mudhofir1527@gmail.
Wakil Rektor Bidang Akademik Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam dua kasus suap sengketa pemilihan kepala daerah (pilkada) dengan nilai suap sekitar Rp3 miliar, Kamis (2/10), sungguh sangat memalukan. Ini merupakan bencana nasional, bencana bagi penegakan hukum, dan mencederai nilai-nilai keadaban bangsa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kasus yang kini menjadi berita nasional dan internasional ini menegaskan fakta bahwa perjuangan memberantas korupsi di Indonesia masih sangat panjang. Saya kira, kasus Ketua MK ini sangat luar biasa bila dilihat dari sudut posisi dan caranya. Dia tertangkap tangan di rumah dinas dengan bukti uang suap senilai Rp3 miliar dalam dua tas.

Dalam penggeledahan oleh KPK di ruang kerjanya juga ditemukan barang haram yang diduga narkoba. Fakta-fakta ini sangat mengejutkan dan membuat pikiran sehat sulit percaya. Kasus ini tidak pantas terjadi pada pejabat sekelas Ketua MK. Ketua MK adalah jabatan setara Ketua DPR, Ketua MA, dan Jaksa Agung.

Kasus ini sungguh sangat primitif, tidak berkelas, dan mencerminkan kenekatan pelakunya. Hanya orang-orang nekat yang mau melakukannya. Kasus Akil Mochtar ini mengagetkan semua orang. Setelah Refly Harun mengangkat ke ruang publik isu suap di MK tiga tahun lalu berita-berita tentang MK cenderung positif.

Mahfud MD saat menjabat ketua MK berhasil mengerek citra MK di mata publik karena keberpihakannya pada keadilan. Kini, penangkapan Akil Mochtar oleh KPK menunjukkan noda hitam MK yang tak lagi bisa dielakkan. Mata publik terbuka. MK ternyata ”tidak bersih” dan secara faktual sangat rawan praktik korupsi.

Publik memang masih menunggu apakah Akil Mochtar bermain sendiri ataukah ada hakim lain yang ikut terlibat karena keputusan MK bersifat panel. Jika nanti ada sejumlah hakim yang terlibat, ini sangat memalukan dan sebagaimana diusulkan publik para hakim harus diganti semua.

Terkejut

Mengapa semua terkejut? Kita terkejut karena beberapa alasan. Pertama, Akil Mochtar adalah sosok yang sangat lantang memerangi korupsi. Ia pernah mengusulkan koruptor dimiskinkan dan jarinya dipotong. Kedua, kasus tertangkap tangan KPK sering terjadi dan diberitakan media massa, tapi semua itu tidak memunculkan efek jera.

Ketiga, tidak seperti nama-nama lain yang sering disebut-sebut media seperti Jero Wacik, Suswono, Poernomo Yusgiantoro, dan lain-lain, nama Akil Mochtar sejak dua tahun lalu tak lagi menjadi konsumsi berita dalam arti negatif. Namun, secara tiba-tiba tertangkap tangan di rumah dinas dan kini menjadi tersangka kasus suap.

Keempat, publik sangat percaya kepada MK karena dua ketua sebelumnya memiliki kredibilitas tinggi dan berhasil menjalankan tugas dengan penuh dedikasi. Publik mengira Akil Mochtar pun akan lebih kurang sama. Dengan demikian, tak mengherankan jika keterkejutan ini begitu mengemuka. Keterkejutan adalah sikap psikologis yang menandai kasus itu sangat tidak wajar. Tindak pelanggaran hukum yang disangkakan itu sangat tidak pantas dilakukan seorang ketua MK, dan tidak pantas terjadi.

Ahmad Syafii Maarif dalam pernyataannya di media elektronik mengatakan apa yang dilakukan Akil Mochtar sangat tidak pantas dan berharap agar para pemimpin bangsa ini segera siuman dari ”pingsan moral”. Namun, terkejut hanyalah sikap pasif. Terlalu sering terkejut tidak baik karena lama-lama menjadi tumpul dan tidak peka lagi.

Perlu pikiran besar dan tindakan besar. Dien Syamsudin menyebut perlu ledakan besar atau big bang untuk mengatasi praktik korupsi di segala tingkatan. Hukuman mati atau seumur hidup dan pemiskinan koruptor adalah cara paling tepat saat ini. Apa yang dilakukan China, Singapura, dan Korea Selatan yang menghukum mati para koruptor tanpa pandang bulu perlu diadopsi.

 

Berita koruptor tertangkap tangan KPK sebenarnya bukan berita lagi. Dalam enam bulan terakhir, koruptor kelas kakap telah ditangkap dan menjadi tersangka. Para koruptor berasal dari latar belakang berbeda. Ada presiden partai, wakil menteri, kepala satuan kerja minyak dan gas, dan beberapa pejabat tinggi lainnya, termutakhir adalah ketua MK.

Mereka awalnya adalah para idealis dan elite intelektual. Tapi, setelah memegang kekuasaan mereka menjadi lupa diri dan mengalami ”pingsan moral”. Mereka bukannya menjadi teladan moral dan hukum bagi masyarakat, tapi justru menjadi bagian integral dari kejahatan itu sendiri.

Presiden, DPR, dan masyarakat tertipu oleh kinerja mereka yang ketika dilantik bersumpah dan berjanji di berdasarkan kitab suci. Terjadi pengkhianatan sumpah jabatan dan moralitas yang sesungguhnya di Tanah Air ini dipegang tinggi-tinggi. Berharap banyak pada manusia semacam ini untuk menjadi sumber insani pembangunan bangsa yang dilanda krisis multidimensi sangatlah sulit.

 

Makna Pembangunan

Dari argumen ini dapat ditegaskan bahwa pembangunan tak banyak memberi makna, jika pada saat yang sama rayap-rayap pembangunan terus tumbuh subur di Tanah Air. Sejumlah riset menunjukkan pemerintahan yang diserang korupsi skala gawat akan lebih banyak menghabiskan energi dan anggaran untuk membayar tagihan sogokan (Andrei Shleifr & Robert W. Vishny, 1993).

Pendapat ini menegaskan makin korup suatu pemerintahan, pembangunan makin tidak berkembang. Boleh jadi ketertinggalan Indonesia dibanding negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam disebabkan pembangunan digerogoti rayap-rayap negara, yaitu para koruptor.

Berapa pun anggaran disediakan dan sebanyak apa pun sumber daya alam melimpah, pembangunan bangsa kita tak akan pernah besar karena di dalamnya rayap-rayap negara menggerogoti di tiap sisinya. Pembangunan, karena itu, bukanlah hanya perkara fisik tetapi menyangkut pula pembangunan moral dan integritas.

Lagu kebangsaan kita Indonesia Raya menitahkan agar kita membangun jiwa dan badan. Ini demi menciptakan keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani. Kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan sumber daya manusia (SDM) yang banyak tak ada gunanya tanpa dikendalikan oleh individu-individu yang bermoral dan berintegritas tinggi.

Kasus Ketua MK ini bisa menjadi momentum bagi pembenahan menyeluruh tata kelola kenegaraan dan kebangsaan. Kita menjadi tahu bahwa benteng pertahanan keadilan bernama Mahkamah Konstitusi ternyata bisa jebol oleh suap. Institusi terhormat ini ternyata tidak sekuat yang dibayangkan orang selama ini.



Bahkan, seperti efek domino pada permainan kartu, kasus MK membuka kotak pandora berupa kasus-kasus lain seperti suap pemilihan kepada daerah Lebak, Provinsi Banten dan penyalahgunaan narkoba. Dari pintu kasus penyuapan terhadap Akil Mochtar, terbongkar kasus nepotisme keluarga gubernur Banten.

Publik menjadi tahu berapa kekayaan keluarga gubernur, siapa saja yang menjadi pejabat, dan potensi kasus apa yang bisa diselidiki lebih lanjut. Semua itu berawal dari tangkapan besar KPK yang menyeret Ketua MK. Dari sini kita masih sangat percaya pada kinerja KPK yang sampai hari ini menjadi satu-satunya lembaga paling bersih.

Setelah Mahkamah Agung (MA) ”tercemar”, MK ”roboh”, kejaksaan “ternoda”, dan kepolisian ”banyak masalah” publik menumpukan harapan pemberantasan korupsi  hanya pada KPK. Media massa juga sangat penting untuk memerankan diri secara independen dan berpihak pada keadilan masyarakat serta demokrasi.

Namun demikian, penting dicatat bahwa boleh jadi tsunami kasus suap di MK baru-baru ini bisa menjadi berkah. Seperti bola salju, setiap peristiwa selalu mengajarkan kearifan dan mendorong perubahan ke arah yang lebih baik. Lahirnya KPK, MK, dan lain-lain adalah berkat terjadinya suatu ledakan besar atau big bang semacam revolusi rakyat pada Mei 1998.

Ini juga terjadi pada kelahiran Orde Baru setelah peristiwa G 30 S pada 1965. Jadi, di tengah kegeraman yang luar biasa pada sejumlah pejabat tinggi yang sedang ”pingsan moral”, masih ada harapan besar bagi masa depan Indonesia yang lebih baik. Sebuah Indonesia yang tidak lagi dikendalikan oleh rayap-rayap pembangunan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya