SOLOPOS.COM - Taufiq al Makmun, Staff Pengajar Kajian Amerika, Sastra Inggris, FSSR, UNS

Taufiq al Makmun, Staff Pengajar Kajian Amerika, Sastra Inggris, FSSR, UNS

Lewat kacamata sejarah dan peradaban manusia kekinian, angka tahun masehi merupakan parameter utama dalam menandai waktu pada setiap peristiwa bersejarah seperti halnya tahun 1945 yang menjadi titik awal negara Indonesia. Dan tahun 1 masehi adalah lahirnya Yesus Kristus yang sekaligus me-reboot perhitungan angka tahun dan menjadikan masa sebelumnya sebagai sebelum masehi (before christ-BC). Hal ini berdampak tak hanya pada perhitungan angka tahun melainkan juga pada keengganan untuk mendiskusikan masa sebelumnya yang ternegasikan, secara matematis bernilai minus.
Perfilman Hollywood kini masuk pada era reboot pascakejenuhan pendekatan genre dan sekuel dalam industri perfilman. Tradisi membanjirnya film-film bergenre superhero di sineplek-sineplek dunia kala liburan musim panas tiba, musim ini pun tak luput dengan dirilisnya Superman versi reboot oleh Warner Bross dan Legendary Pictures besutan sutradara Zack Snyder bertajuk Man of Steel.
Man of Steel
Bagi penggemar film fantasi superhero Hollywood, nama Superman tidaklah asing sebagai sisi lain sang Clark Kent yang menyamarkan identitas sesungguhnya, sekuelnya pun senantiasa dinantikan. Man of Steel dirilis sebagai versi baru Superman yang tidak lagi menampilkan sosok Superhero berambut klimis dengan lengkung rambut di jidat atau kostum celana dalam merah senada jubahnya. Tokoh komik melegenda itu diredifinisi, tidak sekadar dalam tampilan balutan fisik akan tetapi juga membaharukan isi cerita yang sekian lama seolah terpakemkan, menjadi lebih realistis. Kritiknya terhadap konflik antarmanusia sangat tajam, sang pembela kebajikan –Superman (Henry Cavill) menaklukkan sang empunya nafsu berkuasa yang terepresentasi melalui tokoh Ksatria Planet Krypton berjuluk Zod (Michael Shannon).
Superman, nama manusia berotot kuat bak baja dan segala kesuperannya diceritakan kembali dengan tidak lagi menonjolkan dikotomi karakter Superman dan Clark Kent. Kal-El yang bernama Bumi Clark Kent adalah alien yang diungsikan semenjak orok dari planet antah berantah di luar tata surya yang menuju kehancurannya, Krypton. Sang kekasih –Lois Lane (Amy Adams) – justru orang pertama yang mengetahui identitas alien sang manusia super sekaligus sebagai si pemberi label Superman. Berbeda dengan versi terdahulunya yang syarat dengan penyembunyian identitas sang manusia super sebagai salah satu konflik utama yang menggelitik dan mengundang geregetan penontonnya, ketika identitas Superman tak diketahui oleh Lois Lane. Siapa dan apa sang tokoh dikuak tanpa tedeng aling-aling, seperti halnya keseluruhan alur cerita yang tidak ragu menghilangkan dramatisasi pengkaburan identitas dan kepura-puraan menjadi sajian gamblang dalam interaksi antar tokohnya.
Man of Steel tidak hanya penting untuk menambah deretan bukti kian menggejalanya reboot sebagai pendekatan industri perfilman Hollywood sebagai inspirasi model kreativitas produksi film tetapi juga mampu menunjukkan bahwa reboot membuka sebuah babak baru, bahwa cerita boleh dan bisa ditulis ulang dengan sudut pandang lain bahkan didekonstruksi, meminjam istilah Derrida (1978). Dalam hal ini tokoh Superman dengan alur cerita yang menancap di otak penggemarnya dan seolah bagian kebenaran kehidupan oleh penulis cerita filmnya (Christoper Nolan dan David S Goyer) dengan mudah dibarukan dalam berbagai aspek. Seperti halnya sejarah yang ditulis manusia dan dinobatkan sebagai kebenaran yang harus dipercayai, tentunya mempunyai ruang untuk dibongkar kembali dan dikaji dalam logika reboot.
Sebagai sebuah produk budaya populer, film –Man of Steel– tidak bisa lepas dengan kondisi dan harapan masyarakat pada waktu produk itu diluncurkan. Alur cerita yang dibuat serealistis mungkin dan terjelaskan secara ilmiah menunjukkan betapa masyarakat saat ini tidaklah mudah menerima hal yang dianggap bodoh atau sekadar menerima suapan fantasi imajiner tanpa dasar.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Pembabakan Baru
Memaknai kata reboot dalam produksi film sebagai memulai ulang tidak semata-mata penceritaan asal usul akan tetapi lebih jauh bermakna kembali ke titik awal dan berpotensi merevisi apa yang sudah diketahui dengan membarukan versi bahkan bisa jadi mengkoreksi total isi cerita sebagai sebuah pembabakan baru. Munculnya pengetahuan dan data baru secara psikologis menegasi pemahaman sebelumnya di mana muncul satu titik dimulainya babak baru.
Ketika alien selalu digambarkan sebagai makhluk bermata belo, bertubuh tidak proporsional, tidak sedap dipandang dalam parameter estetika manusia Bumi yang cenderung menakutkan dan berpotensi merusak Bumi, Man of Steel me-reboot pemahaman tersebut. Sang tokoh utama adalah alien yang difigurkan sebagai sosok lelaki seksi tanpa cacat, berkekuatan super di luar batas manusiawi tetapi sangat humanis yang membawa misi segala kebaikan sifat manusia, lebih penting lagi dialah penyelamat ras manusia dan Bumi habitat tinggalnya. Sebuah pemahaman umum adalah sekadar mind game yang bisa bergeser sewaktu-waktu dengan pemaknaan baru seperti halnya kebenaran publik nan nisbi yang diklaim Foucault (1984) sebagai game of truth.
Menelisik sejarah Indonesia, dekolonialisasi memberikan identitas baru bagi semua bekas wilayah Hindia Belanda menjadi Indonesia menegasi kewilayahan, batas teritori, kerajaan dan berbagai identitas lokal yang digeneralisasi dengan label Indonesia. Atau pun ketika rezim Orde Baru muncul dan mendikotomikan diri dengan orde sebelumnya sebagai “yang lama”, demikian pula euforia reformasi yang berlomba me-reboot versi pemahaman sejarah yang telah ditulis dan dibenarkan oleh rezim sebelumnya. Kekuasaan meniscayakan tombol kendali reboot.
Dalam konteks kajian Amerika, Man of Steel tetap merupakan propaganda ideologi Amerika yang senantiasa menyuarakan HAM dan demokrasi ala Amerika demi me-reboot ideologi dunia untuk di Amerikakan dalam gerakan Amerikanisasi. Hal ini tergambar dalam kengerian ekstrem faham yang dipercaya Zod dan pengikutnya: otoriterianism, ultranasionalism, dan komunism tercermin dalam ideologi Krypton versi Zod. Tentu saja Kal-El – nama asli sang Superman –adalah pembelot yang dimenangkan berdiri di belakang ideologi Amerika yang mengklaim diri berterima di seluruh permukaan Bumi.
Pembangunan peradaban baru dengan menegasikan peradaban yang ada merupakan sebuah keegoisan pola kepemimpinan untuk menjadi generasi yang dikenang dan “yang –ter” dengan mencipta babak baru, menegasi yang lalu. Amerika pun selama berabad-abad menuliskan sejarahnya bermula dari kedatangan koloni Inggris ke daratan Amerika dan meniadakan keberadaan bangsa-bangsa Native American dengan berbagai peradaban yang tersebar di seluruh daratan Amerika demi sebuah pengakuan bahwa Amerika adalah milik mereka.
Logika reboot memberi dua opsi. Di satu sisi berbahaya ketika dimaknai sebagai penghilangan dan penghapusan “yang lama” tuk memulai babak baru seperti halnya genocide sebagai jalan yang dipilih oleh Zod dalam menghancurkan Bumi dan ras manusia demi dimulainya lagi peradaban baru Krypton. Di sisi lain menjadi inspirasi berpikir kritis karena logika reboot memberi kesempatan berpikir untuk selalu berpikir kritis bahwa kemapanan mungkin sebuah kebenaran semu yang layak dibongkar dan dikaji ulang demi sebuah pemahaman baru. (taufiq.solo@gmail.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya