SOLOPOS.COM - Nur Fatah Abidin (Istimewa)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Jumat (22/9/2017). Esai ini karya Nur Fatah Abidin, mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret. Alamat e-mail penulis adalah ikbenfatah@gmail.com.

Solopos.com, SOLO — Minggu pagi (17/9) lalu Rumah Banjarsari di kawasan Monumen ’45 Banjarsari, Kota Solo, menyelenggarakan diskusi bertajuk Mengenal Sekolah Pagesangan: Pendidikan yang Menjawab Realitas Sosial. Di rumah bergaya Indis tersebut berbagai aktivitas dilakukan mulai dari presentasi model pembelajaran Sekolah Pagesangan, diskusi, workshop, dan pameran pengolahan makanan lokal.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sekolah Pagesangan adalah komunitas belajar masyarakat Dusun Winatos, Desa Girimulya, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Visi sekolah yang digerakkan Diah Widuretno dan para sukarelawan ini bersifat kontekstual dan berupaya menyelesaikan permasalahan ekonomi, sosial, dan ekologi masyarakat.

Kurikulum dan model pembelajaran Sekolah Pagesangan berbeda dibandingkan dengan sekolah formal. Hal-hal yang diajarkan tidak lagi perkara membaca, menulis, dan berhitung. Anak-anak diajak menyelesaikan permasalahan mikro di sekitar mereka dengan pendekatan lokal dan dialogis.

Salah satunya dengan mengembangkan kembali budaya bertani berbasis kearifan lokal. Masyarakat lokal Dusun Winatos memiliki budaya dan etos bertani yang mumpuni. Alam Kabupaten Gunungkidul yang tandus telah mendorong intensifikasi, diversifikasi, dan kemampuan mengolah berbagai pangan lokal.

Sekolah Pagesangan dapat dikatakan berhasil membangun kreativitas dan kemampuan bertahan hidup anak-anak Dusun Winatos. Sekolah Pagesangan telah berhasil memfasilitasi anak-anak belajar mengolah lahan tandus, menaman berbagai tanaman, dan mengolah berbagai bahan  pangan lokal. Keberhasilan ini telah mengurangi permasalahan ekonomi, sosial, dan ekologis di Dusun Winatos.

Selanjutnya adalah: Dapat dikategorikan sebagai pendidikan berbasis komunitas…

Pendidikan Berbasis Komunitas

Sekolah Pagesangan dapat dikategorikan sebagai pendidikan berbasis komunitas atau masyarakat (community based learning). Pendidikan berbasis komunitas adalah pendidikan dari dan bagi kepentingan suatu komunitas.

Keberadaan pendidikan berbasis komunitas ini ditopang kebutuhan, dukungan, dan tujuan tertentu yang ingin dicapai komunitas. Model pendidikan berbasis komunitas bukan fenomena baru di Indonesia. Pada 1921, Tan Malaka mengembangkan Sarekat Islam School untuk memberdayakan kaum krama di Hindia Belanda.

Tan Malaka berpendapat pendidikan zaman kolonial dilandaskan pada sentimen ras dan cenderung menghasilkan ”inlanders-alat yang berpihak pada penguasa kolonial sekaligus menindas kaum krama.

Tan Malaka kemudian merancang pendidikan swadaya di Semarang yang terjangkau masyarakat. Dalam artikel bertajuk SI Semarang dan Onderwijs, Tan Malaka menjabarkan tujuan dari pendidikan tersebut adalah memberi keterampilan kpada kaum krama, membangun kolektivitas, dan mendorong perubahan sosial.

Model pendidikan berbasis komunitas juga dikembangkan di tempat lain dengan konteks dan jiwa zaman masing-masing, misalnya sekolah Taman Siswa gagasan Ki Hadjar Dewantara dan pendidikan pesantren di berbagai wilayah.

Berpijak pada realitas historis tersebut, model pendidikan berbasis komunitas bukan hal mustahil untuk dikembangkan pada era kontemporer. Di tengah visi pendidikan yang makin mengarah pada kebutuhan makro, model pendidikan berbasis komunitas perlu dikembangkan di berbagai tempat untuk melengkapi pendidikan formal di Indonesia.

Pengembangan pendidikan berbasis komunitas tentu bukan hal mudah kalau melihat pada proses yang dilalui Sekolah Pagesangan. Dibutuhkan waktu panjang dan usaha berkesinambungan untuk mengelola Sekolah Pagesangan.

Berkaca pada pengalaman Sekolah Pagesangan, setidaknya terdapat tiga aspek penting dalam pengembangan pendidikan berbasis komunitas dalam konteks kekinian, yaitu aktor, dukungan masyarakat, dan visi pemberdayaan kontektual.

Aktor adalah individu yang mampu mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan untuk mendorong suatu gerakan dalam masyarakat. Dalam pendidikan berbasis komunitas, aktor adalah penghubung dialog antara pendidikan dan kepentingan komunitas.

Aktor berkewajiban membimbing komunitas untuk mengindentifikasi permasalahan, menggali potensi lokal, dan kemudian menyatukannya dalam satu visi pendidikan untuk bersama. Aspek kedua adalah dukungan komunitas, masyarakat, dan bangsa.

Selanjutnya adalah: Eksponen pengembangan pendidikan berbasis komunitas…

Eksponen Pengembangan

Dukungan ini menjadi eksponen pengembangan pendidikan berbasis komunitas. Masyarakat dan negara wajib memberikan perhatian, kritikan, serta bantuan fisik dan nonfisik lain untuk membangun pendidikan.

Selain menjamin kesinambungan pendidikan, dukungan masyarakat setidaknya akan menjamin visi kemandirian pendidikan berbasis komunitas. Dukungan masyarakat tersebut harus ditopang visi pemberdayaan kontekstual.



Visi ini bertujuan menjaga amanah pendidikan berbasis komunitas. Pendidikan berbasis komunitas idealnya tetap bertujuan mencapai kesejahteraan komunitas dan tidak terjerat pada  kapitalisme buta dan godaan sistem ekonomi global.

Pendidikan berbasis komunitas harus memiliki visi pemberdayaan untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual, mencapai tujuan kolektif, dan taraf hidup yang lebih baik pada masa mendatang. Dengan tiga aspek tersebut diharapkan model pendidikan seperti Sekolah Pagesangan dapat tumbuh di tempat-tempat lain.

Di Kota Solo terdapat berbagai komunitas belajar yang mengambil spesifikasi pendidikan yang kontekstual seperti sekolah aksara Jawa, sekolah tari, dan bentuk komunitas belajar berbasis kearifan lokal yang lain. Mayoritas dari komunitas belajar ini berjuang dengan upaya mandiri dan kerelaan diri yang tak terukur.

Sekolah Pagesangan menjadi inspirasi aktivis pendidikan di Solo untuk semakin mengembangkan model pendidikan serupa. Masyarakat dan dan Pemerintah Kota solo harus memberikan dukungan lebih pada kegiatan pendidikan semacam ini. Dukungan masyarakat ini dibutuhkan untuk menciptakan keberhasilan pendidikan berbasis masyarakat di Kota Solo. Semoga menjadi renungan bersama!

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya