SOLOPOS.COM - Fatkhul Anas (Istimewa)

Gagasan Solopos, Rabu (17/6/2015), ditulis Fatkhul Anas. Penulis adalah Guru MAN Sabdodadi Bantul, DIY. Saat ini penulis tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Solopos.com, SOLO — Kasus pembunuhan gadis cilik di Bali bernama Angeline benar-benar menyayat hati dan mengundang keprihatinan banyak kalangan. Masyarakat biasa, selebritas, hingga pejabat negara merespons kasus tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sampai saat ini kasus pembunuhan Angeline masih diusut kepolisian. Tentu seluruh masyarakat Indonesia berharap agar kasus tersebut bisa diusut hingga tuntas dan pelakunya mendapat hukuman setimpal.

Dalam kasus pembunuhan Angeline, terselip kepiluan dari kepolisian. Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Ronny F. Sompie menyayangkan sikap para tetangga dan guru sekolah Angeline yang tidak melaporkan penganiayaan terhadap Angeline kepada polisi sejak dini.

Menurut Ronny, tetangga dan guru sering melihat Angeline mengalami luka memar di tubuhnya. Pernyataan Ronny yang menginginkan peran guru dalam pencegahan pembunuhan Angeline bisa dimaknai sebagai harapan agar guru turut berperan serta melindungu anak.

Semestinya memang tak hanya keluarga dan aparat pemerintah berwenang dalam perlindungan anak dan penegakan hukum yang wajib menjaga dan melindungi anak. Guru dituntut memberikan kontribusi dalam menjaga dan melindungi anak-anak.

Harapan terhadap guru agar turut berkontribusi melindungi anak sesungguhnya adalah mengajak guru untuk kembali kepada jati diri mereka, kembali ke posisi sejati mereka.

Di negara kita guru setidaknya memiliki dua posisi. Ali Rohmad (2005) menyebut posisi guru sebagai abdi negara dan guru sebagai abdi masyarakat.

Sebagai abdi negara, guru dituntut melaksanakan tugas-tugas sesuai kebijakan pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru menjadi kepanjangan tangan pemerintah guna membangun intelektual, mental, dan spiritual generasi bangsa.

Guru dituntut memiliki kompetensi pedagogik, profesional, dan kepribadian. Kualitas para guru juga diperhitungkan dengan mengetahui tingkat profesionalisme mereka dalam merealisasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas negara.

Semakin tinggi tingkat keprofesionalan seorang guru maka akan semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan oleh negara. Adapun sebagai abdi masyarakat, guru dituntut berperan aktif mendidik masyarakat dari belenggu keterbelakangan menuju masa depan yang gemilang, juga harus aktif berperan dalam kehidupan kemasyarakatan.

Guru sebagai contoh yang baik diharapkan berjiwa sosial yang tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan individu yang tertutup dan tidak memedulikan orang-orang di sekitarnya. [Baca: Kompetensi Sosial]

 

Kompetensi Sosial
Guru dituntut memiliki kompetensi sosial sebagai bekal hidup di masyarakat. Kompetensi sosial guru menurut Moh. Roqib dan Nurfuadi (2009) merupakan kemampuan guru memahami diri sendiri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

Kompetensi ini memiliki indikator, yaitu bersikap inklusif dan bertindak objektif, beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan masyarakat, berkomunikasi secara efektif, penuh empati, dan santun dengan komunitas profesi sendiri maupun masyarakat luas.

Dalam konteks posisi guru sebagai abdi masyarakat yang dibekali kompetensi sosial inilah kontribusi guru melindungi anak sangat diperlukan. Perlindungan terhadap anak bisa dimasukkan dalam cakupan kompetensi sosial.

Guru memiliki kewajiban untuk melindungi anak, apalagi kalau melihat kondisi masyarakat kita saat ini. Peran guru sungguh sangat dibutuhkan. Masyarakat kita yang cenderung sibuk dengan pekerjaan dan karier menjadikan fokus dan perhatian mereka terhadap anak berkurang.

Anak-anak kurang terawasi dan terjaga sehingga kasus penculikan, kekerasan, dan sebagainya mudah terjadi. Di sisi lain, masyarakat kita terkadang menganggap anak sebagai beban di tengah kerasnya hidup.

Anak-anak menjadi rentan terhadap tindak kekerasan. Kasus pembunuhan terhadap anak bisa dan mudah terjadi dalam konteks ini. Melihat kondisi masyarakat yang demikian ini maka peran guru dalam perlindungan anak menjadi hal yang urgen.

Guru yang setiap hari bisa efektif berjumpa dengan anak-anak di sekolah tentu sedikit banyak mengetahui kondisi kehidupan mereka. Ketika terlihat ada kejanggalan dalam keseharian anak didik, guru bisa melakukan upaya tindak lanjut.

Upaya tindak lanjut itu misalnya dengan melaporkan tindak kekerasan terhadap anak kepada aparat yang berwenang. Memang tidak mudah mengoptimalkan peran sosial guru dalam perlindungan anak, apalagi kalau melihat beban kerja guru yang demikian besar.

Di sekolah guru dituntut menjadi pengajar yang profesional, baik profesional dalam pengajaran maupun dalam administrasi. Di rumah guru juga memiliki kewajiban dalam keluarga, baik sebagai kepala rumah tangga atau ibu rumah tangga.

Di masyarakat guru juga dituntut memberikan kontribusi sebagai konsekuensi dari kompetensi sosial. Meskipun berat, semua itu tidak akan membebani kalau dijadikan sebagai tantangan.

Harapan agar guru turut berperan dalam melindungi anak harus dijadikan sebagai tantangan. Rasa berat itu akan hilang. Inilah sikap yang perlu dikembangkan agar di masa depan kehidupan berjalan mudah.



Sebagaimana kata Mario Teguh, sikap kita terhadap kehidupan ini menentukan kualitas kehidupan yang kita capai. Kalau sikap guru terhadap perlidungan anak adalah positif maka guru akan mampu untuk melakukannya.

Dengan demikian, di masa depan akan ada kekuatan baru dalam perlindungan anak, yakni kontribusi para guru. Ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa kalau bisa dioptimalkan. Anak-anak akan lebih terjaga dan terawasi.

Kasus kekerasan terhadap anak maupun pembunuhan seperti yang dialami Angeline akan bisa dicegah. Anak-anak Indonesia bisa tumbuh dengan aman dan bisa diharapkan prestasi  mereka guna kemajuan bangsa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya