SOLOPOS.COM - Bandung Mawardi (Dok/JIBI/Solopos)

Gagasan Solopos, Senin (19/10/2015), ditulis Bandung Mawardi. Penulis adalah pengelola Jagat Abjad Solo.

Solopos.com, SOLO — Selama dua hari, 10-11 Oktober 2015,  Solopos menyajikan berita tentang pemberian penghargaan Prasidatama dari Balai Bahasa Jawa Tengah untuk para tokoh dan media massa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penghargaan diberikan kepada Solopos sebagai media massa  yang peduli terhadap pelestarian bahasa dan sastra Jawa melalui rubrik Jagad Jawa. Kita sejenak berdoa dan memberi tepuk tangan agar rubrik itu awet tersaji di Solopos.

Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah Pardi menjelaskan penghargaan Praditama telah diberikan sejak 2013. Pemberian penghargaan ini bertujuan menumbuhkan sikap positif publik di Jawa Tengah terhadap bahasa dan sastra Indonesia serta bahasa dan sastra Jawa.

Gubernur Jawa Tengah Gandjar Pranowo dalam sambutan tertulis memberi pesan bijak: … bahasa Indonesia sebagai pemersatu dan lambang identitas bangsa jangan dilupakan. Kita bisa menjawab dengan ungkapan berbahasa Jawa: inggih.

Nasihat pejabat itu penting dan berkhasiat. Balai Bahasa Jawa Tengah berani memberi penghargaan kepada para pejabat selaku tokoh publik berbahasa Indonesia terbaik (M. Nasir), tokoh publik berbahasa Jawa terbaik (Sri Puryono), dan pejabat berkomitmen terhadap bahasa dan sastra (Haryanto).

Barangkali kemauan memberi perhatian dan penghargaan kepada para pejabat adalah kelanjutan Orde Baru. Dulu orang-orang sering ”ngrasani” bahwa keuntungan jadi pejabat adalah gampang jadi kolektor penghargaan.

Barangkali piagam, lencana, atau piala penghargaan semakin memperindah ruang tamu di rumah, dipasang di dinding atau ditaruh di lemari indah. Para tamu tentu bakal takjub alias ”nggumun”. Di hati mereka bisa berprasangka baik bahwa pejabat atau si pemilik beberapa penghargaan adalah pejabat teladan, berprestasi, dan terhormat.

Kita tak ingin terus ”ngrasani” program Balai Bahasa Jawa Tengah untuk menggoda publik mau melakukan selebrasi beradab terhadap bahasa dan sastra pada Oktober sebagai bulan bahasa dan sastra. Kita sebaiknya menggunakan kejadian itu untuk mengenang kesejarahan institusi bahasa dan sastra di Indonesia, sejak 1947 sampai sekarang.

Kongres Bahasa Indonesia I (25-28 Juni 1938) diadakan di Solo saat Indonesia belum merdeka. Sanoesi Pane mengusulkan agar dibentuk Instituut Bahasa Indonesia. Pekerjaan Instituut Bahasa Indonesia adalah mengadakan kongres-kongres bahasa Indonesia, menerbitkan majalah yang berisi hasil penyelidikan dan usul tentang bahasa Indonesia, memberi nasihat kepada pihak jang meminta dan lain-lainnya (Harimurti Kridalaksana, Masa Lampau Bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai, 1991).

Harapan itu sulit terwujud saat para penggerak bahasa dan sastra masih berada dalam agenda melawan kolonialisme. Impian sudah ada tapi mesti bersabar untuk pemuliaan bahasa Indonesia. Para tokoh terus mengusahakan bahasa Indonesia sebagai ekspresi nasionalisme, keilmuan, modernitas, sastra bersemangat baru, dan persatuan dalam keragaman.

Jurnalis, guru, sastrawan, tokoh politik, dan penerbit selalu menginginkan bahasa Indonesia jadi bahasa pilihan untuk mengejawantahkan kemerdekaan. Harapan terkabul saat bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi negara dalam UUD 1945.

Pekerjaan mengembangkan dan memuliakan bahasa Indonesia perlahan semakin berat. Institusi yang bertugas mengurusi bahasa Indonesia harus segera diadakan demi keberlangsungan penguatan kesadaran dan pemaknaan Indonesia.

Pada masa lalu, urusan bahasa Indonesia termasuk darurat berbarengan laju revolusi dan agenda mempertahankan kemerdekaan. Sejarah pembentukan institusi itu agak ”misterius”, jarang disampaikan kepada  publik. Selama puluhan tahun, kita cuma menanggung kebingungan untuk sebutan resmi pada institusi bahasa.

Kita juga tak terlalu mengerti fungsi dan faedah institusi bahasa untuk perkembangan bahasa dan sastra di Indonesia. Pemberitaan mengenai pemberian penghargaan Prasidatama dari Balai Bahasa Jawa Tengah mungkin termasuk hal agak sulit dipahami oleh publik awam.

Mereka mungkin jarang mendengar atau mengetahui bahwa ada institusi mengurusi bahasa dan sastra Indonesia serta bahasa dan sastra Jawa di Jawa Tengah. Barangkali publik belum tahu profil para pejabat dan alamat Kantor Balai Bahasa Jawa Tengah. Dugaan ini semoga salah!

Pada 1947, Departement van Onderwijs Kunsten en Wetenschappen (Kementerian Pengajaran, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan) meresmikan lembaga bernama Instituut voor Taal en Cultuur Onderzoek (ITCO) yang dipimpin Prof. Dr. G.J. Held. Pada 1952, institusi itu digabung dengan Badan Penjelidikan Bahasa Balai Bahasa Jogjakarta.

Nama berubah menjadi Lembaga Bahasa dan Budaja. Impian Sanoesi Pane terwujud! Institusi bahasa itu berhasil menerbitkan majalah bernama Medan Bahasa dan Bahasa dan Budaja. Tahun-tahun pun berganti. Pekerjaan mengurusi bahasa dan sastra memicu perubahan nama institusi menjadi Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (1959).

Konon, perubahan nama itu berakibat kerja institusi semakin maju dan bermutu. Perubahan masih terjadi! Pada 1966, nama lama berganti ke nama baru: Direktorat Bahasa dan Kesusastraan. Tiga tahun berlalu, nama institusi menjadi Lembaga Bahasa Nasional (1969). [Baca: Memuliakan Bahasa]

 

Memuliakan Bahasa
Publik belum sempat mengingat nama-nama, pemerintah malah melakukan perubahan lagi. Pada 17 April 1975 urusan bahasa dan sastra diselenggarakan oleh lembaga bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 079/0/1975.

Kita berharap pengetahuan ini tak perlu masuk sebagai soal ujian di sekolah. Murid-murid tentu sulit menghafal dan repot untuk membedakan prestasi institusi bahasa. Pembaca bisa mempelajari serius sejarah institusi bahasa dan sastra itu jika berhasil mendapatkan buku berjudul Setengah Abad Kiprah Kebahasaan dan Kesastraan Indonesia, 1947-1997, terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.

Kita mendingan mengingat ”prestasi” berupa pencanangan Oktober sebagai Bulan Bahasa, berlaku sejak 1980. Kita terus memperingati sampai sekarang. Di Jakarta dan pelbagai kota, peringatan biasa dimeriahkan dengan pembuatan tema, lomba, seminar, penerbitan buku, dan pemberian penghargaan.

Nah, kita mulai agak mengerti dalih Balai Bahasa Jawa Tengah memberi penghargaan kepada 10 tokoh dan lembaga berkaitan bahasa dan sastra Indonesia serta bahasa dan sastra Jawa. Kapan kita mulai diperkenalkan dengan Balai Bahasa Jawa Tengah?



Jawaban tak mudah diperoleh, tapi bisa dilacak melalui buku-buku terbitan pemerintah. Pembaca juga bisa mencoba mencari informasi di Internet. Semoga informasi-informasi penting berhasil ditemukan! Kini, kita memperingati 70 tahun kemerdekaan Indonesia.

Kita diajak juga memperingati bulan bahasa dan sastra meski tak terlalu mengetahui sejarah dan makna keberadaan institusi pemerintah dalam mengembangkan bahasa dan sastra. Eh, kita masih harus memastikan nama resmi institusi pemerintah.

Barangkali nama resmi sudah berubah tapi kita belum sempat mencatat atau mengingat. Kita tak harus pusing memikirkan tugas-tugas institusi bahasa dan sastra di Jakarta atau pelbagai daerah. Kita doakan pemberian penghargaan kepada para pejabat memang berfaedah.

Apakah kita cuma berdoa? Kita memiliki hak untuk turut memuliakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa tanpa harus mendapat penghargaan dan berfoto bersama para pejabat insitusi bahasa. Bagaimana cara memuliakan bahasa dan sastra?

Kita ajukan usulan bahwa pemuliaan itu berwujud keinsafan berbahasa dan bersastra agar beradab dan menjadikan Indonesia bukan sebagai “tempat kursus raksaan bahasa Inggris”. Di Indonesia, kita memuliakan bahasa Indonesia dan ratusan bahasa daerah.

Misi memuliakan mungkin terganggu saat jutaan murid, guru, mahasiswa, dosen, dan pejabat mengeluarkan ongkos jutaan rupiah demi fasih berbahasa Inggris agar berprestasi, naik jabatan, atau gaji meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya