SOLOPOS.COM - Jayasilo Lilik Suryono (Istimewa)

Gagasan Solopos, Sabtu (21/5/2016), ditulis Jayasilo Lilik Suryono. Penulis adalah dosen agama Buddha di Universitas Sebelas Maret.

Solopos.com, SOLO Pikiran mendahului semua kondisi batin, pikiran adalah pemimpin, segalanya diciptakan oleh pikiran. Apabila dengan pikiran yang jahat seseorang berbicara atau berbuat dengan jasmani, maka penderitaan akan mengikuti si pelaku, seperti halnya roda kereta yang mengikuti jejak kaki lembu jantan yang menariknya.

Promosi Skuad Sinyo Aliandoe Terbaik, Nyaris Berjumpa Maradona di Piala Dunia 1986

Pikiran mendahului semua kondisi batin, pikiran adalah pemimpin, segalanya diciptakan oleh pikiran. Apabila dengan pikiran yang bersih seseorang berbicara atau berbuat dengan jasmani, maka kebahagiaan akan mengikuti si pelaku, seperti halnya bayangan yang tidak pernah meninggalkan tubuhnya.

(Dhammapada syair 1 dan 2)

Tahun ini umat Buddha memperingati Tri Suci Waisak 2560 pada Minggu, 22 Mei 2016. Disebut Tri Suci karena memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Guru Agung Buddha Gotama.

Tiga peristiwa yang terjadi saat bulan purnama, bulan penuh saat Waisak yang sama namun dalam tahun yang berbeda. Tiga peristiwa tersebut adalah kelahiran Pangeran Sidharta sebagai calon Buddha, Pertapa Gotama mencapai Pencerahan Agung/mencapai ke-Buddha-an, dan mangkatnya Buddha Gotama pada usia 80 tahun.

Makna kata metta adalah cinta kasih yang mengharapkan supaya semua makhluk hidup sehat, sejahtera, dan bahagia. Metta menginginkan hanya memberi kebaikan bagi semua makhluk hidup tanpa syarat.

Metta di dalam Karaniya Metta Sutta digambarkan seperti cinta kasih seorang ibu kepada anak tunggalnya, anak semata wayangnya. Ibu mencintai anak semata wayangnya sebesar dia mencintai kehidupannya sendiri.

Ibu rela melakukan apa pun demi anaknya sehat, sejahtera, bahagia, dan sukses. Cinta kasih  ibu hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Seandainya setiap orang mampu mengembangkan metta di dalam kehidupannya maka kehidupan ini akan dipenuhi kedamaian.

Di manapun kita berada kita perlu mempraktikkan metta demi terciptanya kedamaian di kehidupan ini. Cinta kasih dan kekerasan tidak dapat hidup berdampingan karena cinta kasih (metta) berupaya membangun, sedangkan kekerasan berupaya merusak.

Kekerasan terjadi di mana-mana. Suami menganiaya istrinya. Ibu menganiaya anaknya sendiri. Seorang ayah tega membunuh dua anaknya dan memutilasinya. Sahabat menghilangkan nyawa sahabatnya dengan minuman kopi yang dicampur racun.

Teman bermain sekampung beramai-ramai memerkosa gadis remaja temannya sendiri. Kakak kelas melakukan kekerasan kepada adik-adik kelasnya. Guru memukul anak didiknya sendiri.

Pendukung kesebelasan dari satu kota merusak kendaraan, menganiaya, dan memukuli  dengan benda keras sampai pecah kepala seorang pendukung kesebelasan lain dari kota yang berdekatan.

Penuhilah ruang batin dengan cinta kasih. Jangan biarkan kosong karena cinta kasih adalah sumber semua perbuatan baik. Cinta kasih membuat kita mempunyai kerelaan dan kepekaan melihat orang lain atau makhluk lain mengalami penderitaan (karuna).

Perasaan kasihan mendorong kita untuk menolong, bukan sebaliknya membuat orang lain atau makhluk lain tersakiti dan menderita. Di dalam kasih sayang tidak ada kesempatan munculnya ketidaksukaan, munculnya penolakan yang merupakan benih-benih kebencian dan kemarahan.

Ruang batin yang kosong karena tiadanya cinta kasih dapat menyebabkan api kebencian berkembang berkobar-kobar membakar menjadi kemarahan yang menyebabkan keluarnya kata-kata dan kalimat kotor, caci maki, sumpah serapah dan fitnah yang menyebabkan pihak lain tersakiti atau menjadi tindakan fisik berupa kekerasan, memukul, menendang, membanting, merusak, bahkan menganiaya dan membunuh.

Cinta kasih bukan hanya menjadi sumber kerelaan hati kita melihat penderitaan saudara kita, tetangga kita, kawan kita, atau siapa pun yang tidak kita kenal sekalipun tetapi cinta kasih juga sangat berperan membuat kita mempunyai kerelaan melihat kebahagiaan orang lain atau makhluk lain (mudita).

Melihat kesuksesan, kebahagiaan saudara, tetangga, teman atau siapa pun kita ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan. Pada saat batin dipenuhi cinta kasih, tidak ada kesempatan iri dan dengki muncul dan berkembang di dalam diri kita

Kasih sayang menjadi sumber keseimbangan dan ketenangan batin (upekkha), tidak ada kesenangan yang meluap-luap, tidak terkendali yang menyebabkan fanatisme, tidak pula kepahitan yang mendalam yang menyebabkan lahirnya ekstremitas. [Baca selanjutnya: Menjaga Moral]Menjaga Moral

Cinta kasih (metta) menjaga moral kita. Ada lima latihan moral sehari-hari umat Buddha, yaitu saya bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup; saya bertekad melatih diri menghindari mengambil barang yang tidak diberikan; saya bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila; saya bertekad melatih diri menghindari ucapan bohong; dan saya bertekad melatih diri menghindari minuman memabukkan yang menyebabkan lemahnya kesadaran.

Orang yang ruang batinnya dipenuhi cinta kasih tidak ada kesempatan munculnya niat atau kehendak melakukan kekerasan apalagi membunuh karena itu menyakiti dan merugikan pihak lain.

Orang yang ruang batinnya dipenuhi cinta kasih tidak ada kesempatan di dalam ruang batinnya muncul kehendak untuk mencuri atau korupsi karena itu merugikan dan menyakiti pihak lain. Orang yang ruang batinnya dipenuhi cinta kasih tidak ada kesempatan munculnya niat untuk melakukan kekerasan seksual, pelecehan seksual, karena itu menyakiti pihak lain.

Orang yang ruang batinnya dipenuhi cinta kasih tidak  ada kesempatan munculnya niat untuk membohongi, menyebarkan fitnah, mencaci maki, dan berkata-kata kasar karena ucapan tersebut menyakiti pihak lain.

Orang yang ruang batinnya dipenuhi cinta kasih tidak ada kesempatan munculnya keinginan untuk mabuk-mabukan karena mabuk menjadikan lemahnya kesadaran yang sangat memungkinkan seseorang melanggar semua aturan sila/moral.



Orang mabuk bisa membunuh, bisa mengambil barang yang bukan miliknya, bisa melakukan pemerkosaan, bisa mudah berbohong dan mencaci maki. Sang Buddha menganjurkan murid-muridnya untuk senantiasa mengembangkan batin, yaitu dengan bhavana.

Untuk memupuk cinta kasih di dalam ruang batin kita dan mengembangkan cinta kasih, diperlukan metta bhavana secara rajin dan berkelanjutan. Mulailah dengan memancarkan perasaan cinta kasih kepada diri sendiri dengan mengucapkan kalimat, ”Semoga saya bahagia, semoga saya damai, semoga saya tenang”.

Hadirkan perasaan positif tersebut dan letakkan di tengah dada kita. Ketika perasaan itu memudar segera sadari dan ulangi harapan tersebut secara lisan beberapa kali. Ulangi kalimat itu secukupnya untuk menimbulkan perasaan bahagia.

Tersenyum membantu menghadirkan perasaan batin yang bahagia. Ketika ujung bibir kita naik maka suasana batin kita ikut naik. Sebaliknya, ketika ujung bibir kita turun maka suasana batin kita ikut turun.

Begitu sederhana cara mengisi batin kita dengan metta. Jagalah agar ruang batin kita senantiasa dipenuhi perasaan bahagia, perasaan damai, perasaan tenang sehingga tidak ada kesempatan sedikitpun untuk muncul dan berkembangnya kekotoran batin (kilesa) di dalam batin kita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya