SOLOPOS.COM - DA Dian Andarwati, Dokter di Puskesmas Teras-Boyolali, TKHI tahun 1429 H. (FOTO/Istimewa)

DA Dian Andarwati, Dokter di Puskesmas Teras-Boyolali, TKHI tahun 1429 H. (FOTO/Istimewa)

Kelompok terbang (Kloter) pertama jamaah haji tahun 2012 M/1433 H menurut rencana bertolak dari tanah air pada Jumat, 21 September. Lebih dari 210 ribu calon haji Indonesia direncanakan berangkat pada tahun ini sebagai tamu Allah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain masalah pemondokan, konsumsi, dan transportasi, persoalan pelayanan kesehatan sering menjadi fokus perhatian terkait penyelenggaraan ibadah haji dari tahun ke tahun. Apalagi masalah kesehatan bisa memengaruhi aktivitas keseharian jamaah, khususnya dalam menunaikan rukun, wajib dan sunah ibadah haji.

Tantangan pelaksanaan ibadah haji cukup berat. Ibadah haji menuntut stamina tubuh prima karena melakukan aktivitas tinggi yang terkadang tidak mengenal waktu. Misalnya dalam pelaksanaan tawaf, sa’i, dan lempar jumrah yang memerlukan kekuatan fisik. Atau ketika armina yang memerlukan ketahanan tubuh tinggi.

Situasi semacam itu sudah selayaknya diantisipasi oleh semua pihak. Terutama bagi jamaah calon haji yang termasuk kategori risiko tinggi (risti), perhatian ekstra perlu dilakukan. Jamaah yang dikategorikan risti antara lain mereka yang mengidap penyakit kronis (kardiovaskuler, saluran nafas, endokrin, neurologis) dan jamaah lansia atau berusia lebih dari 70 tahun.

Bagi pemerintah (penyelenggara ibadah haji), penyelenggaraan haji tahun ini menjadi tantangan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding tahun lalu. Dalam bidang kesehatan, tekad untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian perlu lebih digelorakan. Keberhasilan penyelenggaraan kesehatan haji di antaranya diukur dari dua indikator tersebut.

Sebagai catatan, pada tahun 2009 angka kematian jamaah haji mencapai 312 orang. Tahun 2010, jumlah jamaah haji yang meninggal tak kurang dari 427 orang. Sedangkan pada tahun lalu, hingga pemulangan kloter terakhir, tercatat 492 jamaah wafat di Arab Saudi. Jamaah yang wafat mayoritas berusia lanjut (65 tahun ke atas) yaitu sebanyak 276 orang atau 56,1%. Diharapkan angka kesakitan dan angka kematian jamaah haji menurun pada tahun ini.

 

Persiapan Antisipatif

Meski pelayanan kesehatan bagi jamaah haji merupakan tanggung jawab pemerintah sebagaimana amanat UU Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, namun peran setiap jamaah dalam menjaga kesehatan masing-masing jauh lebih penting. Sebagai ikhtiar untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan jamaah calon haji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, persiapan jamaah calon haji, terutama yang berkenaan dengan kesehatan. Salah satu yang perlu diperhatikan ialah masalah perbedaan cuaca di Tanah Air dan Tanah Suci. Cuaca dingin yang diperkirakan berlangsung di Arab Saudi musim haji tahun ini, serta ditambah tingkat kelembaban yang rendah (kering) hendaknya diwaspadai para jamaah.

Penyakit yang sering diderita para jamaah pada cuaca dingin dan kering di antaranya infeksi saluran pernapasan bagian atas dan penyakit kulit (gatal-gatal, bersisik, bibir/tumit pecah-pecah). Cuaca dingin juga bisa mengakibatkan sengatan dingin yang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh, seperti mimisan dan kaku otot.

Untuk itu, jamaah calon sebaiknya membawa pakaian tebal guna melindungi tubuh dari paparan hawa dingin. Jamaah disarankan pula membawa sendiri bekal obat secukupnya, terutama yang biasa dipakai untuk dibawa ke Tanah Suci.

Persiapan ekstra dianjurkan dilakukan oleh jamaah calon haji yang berisiko tinggi. Meski mereka biasanya akan dipantau secara khusus oleh dokter dan paramedis ketika menjalankan ibadah haji, namun lebih baik sejak dari Tanah Air jamaah risti membekali diri secara optimal. Misalnya melakukan kontrol kepada dokter masing-masing, agar diketahui kondisi terkini dan apa yang harus dipersiapkan atau dilakukan sebelum berangkat atau saat di Tanah Suci.

Sejak sebelum berangkat jamaah calon haji mengonsumsi makanan bergizi, berolah raga dan beristirahat yang cukup. Sebaliknya, dianjurkan mengurangi kegiatan-kegiatan berat.

Selain itu, vaksinasi perlu dilakukan terutama vaksin meningitis sebagai syarat wajib berangkat ke Tanah Suci. Vaksin meningitis berfungsi untuk mencegah terjadinya serangan terhadap selaput otak. Vaksinasi yang lain, seperti vaksin influenza (Seasonal Flu), dilakukan untuk mengurangi kemungkinan serangan flu.

 

Perlu Kerja Sama

Kedua, keterbukaan jamaah calon haji terkait tentang riwayat kesehatan saat menjalani pemeriksaan kesehatan di Tanah Air. Mayoritas jamaah haji yang wafat biasanya disebabkan oleh cardiac arrest dan respiratory failure atau dengan kata lain karena penyakit yang sudah lama diderita.

Artinya, harus ada kerja sama harmonis dan saling terbuka antara jamaah, petugas pemeriksa, dan petugas kesehatan Kloter sehingga bisa mengurangi kemungkinan kekambuhan.

Keterbukaan (baca: kejujuran) juga penting khususnya bagi jamaah calon haji yang hamil. Dalam beberapa kali penyelenggaraan ibadah haji, terdapat kasus jamaah yang melahirkan saat menunaikan ibadah haji.

Padahal, sesuai aturan seseorang yang sedang hamil tujuh bulan semestinya tidak bisa lolos dari pemeriksaan tim kesehatan. Berdasar Surat Keputusan Bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Agama, calon jamaah haji usia kehamilan antara 12-26 pekan tidak diperbolehkan berangkat. Dalam kasus ini, calon jamaah seharusnya jujur demi kesehatan diri maupun janin yang dikandungnya.

Ketiga, di tengah intensitas tinggi menunaikan ibadah haji, para jamaah disarankan tetap menjaga pola hidup sehat. Yakni cukup makan dan minum yang bergizi dan teratur, cukup beristirahat, menjaga kebersihan di pemondokan atau saat armina, sesering mungkin memakai masker yang menutup hidung dan mulut, tidak merokok, dan menghindari stres.

Keempat, bagi petugas kesehatan haji Kloter diharapkan kesigapan dalam mengontrol kesehatan jamaah, termasuk menjalin komunikasi yang intensif dengan ketua regu atau ketua rombongan. Kebijakan pemerintah untuk mendahulukan memberangkatkan jamaah yang berusia lanjut membawa konsekuensi bertambahnya jamaah risiko tinggi yang memerlukan perhatian ekstra petugas kesehatan.



Masih tingginya jamaah yang meninggal saat berada di pemondokan hendaknya semakin memacu kesigapan para petugas kesehatan untuk segera memberikan pertolongan atau merujuk penderita ke balai pengobatan atau rumah sakit terdekat. Demikian pula fasilitas kesehatan yang dapat meningkatkan mobilitas percepatan penanganan penyakit penderita, seyogyanya perlu lebih diperbaiki.

Beberapa penekanan langkah di atas, muaranya satu, yaitu agar bagaimana kesehatan jamaah calon haji diupayakan tetap fit atau prima sehingga dapat menunaikan seluruh rukun, wajib dan sunah ibadah haji dengan optimal. Akhirnya, selamat jalan tamu Allah, semoga menjadi haji mabrur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya