SOLOPOS.COM - Ahmad Djauhar

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Senin (28/8/2017). Esai ini karya Ahmad Djauhar, Ketua Dewan Redaksi Harian Solopos. Alamat e-mail penulis adalah djauhar@bisnis.com.

Solopos.com, SOLO–Beberapa hari lalu saya beserta dua orang kolega sesama warga Indonesia mendapat undangan dari sebuah agency dari negara Abang Sam, Amerika Serikat, di Jakarta. Pada hari yang telah ditentukan ternyata hanya dua dari kami bertiga yang dapat menghadirinya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada kesempatan itu bergabung pula dengan kami sejumlah agen pemerintah Amerika Serikat, baik orang bule Amrik yang datang langsung dari Washington DC maupun orang Indonesia yang dipekerjakan di instansi tersebut.

Mereka langsung menyampaikan pertanyaan yang menohok, yakni bagaimana menurut pandangan kami tentang bangkitnya kaum Islamis atau Islam radikal di Indonesia? Apakah kami merasakan bahwa mereka ini mengancam sendi-sendi demokrasi di negara kita tercinta Indonesia?

Ini saya kira pertanyaan yang sangat khas dari orang Amerika Serikat yang kemakan berita bahwa seolah-olah Indonesia ini sudah sedemikian gawatnya. Harus saya akui bahwa di antara agen Amerika Serikat yang orang Indonesia itu, dan dapatlah dianggap sebagai kaki tangan mereka, memiliki pola pikir yang cenderung Westernist.

Tidak mengherankan ada seorang teman yang pernah membisiki saya bahwa siapa pun orang Indonesia yang bekerja di instansi Amerika Serikat, termasuk yang berkantor di Jakarta, sedikit banyak menjalankan fungsi sebagai agen bagi kepentingan pemerintah Amerika Serikat.

Saya hanya dapat mencoba menjelaskan kepada mereka apa yang dikondisikan sebagai Islam radikal (atau garis keras) itu adalah stigma atau label yang tidak tepat dan/atau menyesatkan. Apakah kalau orang Islam mengikuti pengajian untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya berislam yang benar dan kaffah itu salah?

Mereka sering secara sepihak memberikan label tersebut kepada kelompok muslim yang dalam pengajian mereka memang ingin mempelajari seperti apa Rasulullah Muhamamd SAW mempraktikkan Islam tersebut. Mempelajari atau mendalami agama secara mendalam hingga ke akar-akarnya (radix) itulah makna sesungguhnya dalam mengupayakan beragama secara kaffah.

Selanjutnya adalah: Tak pelak lagi seorang muslim harus mempelajari prinsip jihad…

Prinsip Jihad

Kalau sudah mempelajari bagaimana cara menjadi kaffah dalam Islam, tak pelak lagi seseorang harus mempelajari prinsip jihad karena begitulah ajaran Islam yang sesungguhnya. Kalau kemudian ada orang Indonesia, apalagi muslim, ikut-ikutan memberikan label kepada umat Islam yang ingin mengkaji fundamen Islam tersebut sebagai kaum fundamentalis, jihadis, atau bahkan radikal (ekstrem) dan lalu mengasosiasikannya dengan teroris, inilah tuduhan yang amat sangat bodoh.

Sungguh dangkal dan picik pemahaman mereka ini. Perintah berjihad yang dikemukakan Allah dalam Alquran maupun diteruskan oleh Rasul-Nya kepada kaum muslimin itu sesungguhnya merupakan anjuran untuk hidup bersama dan saling menghargai dan menghormati orang dan/atau agama lain.

Kata-kata jihad dalam Alquran mengandung pengertian umum. Artinya, pengertiannya tidak hanya peperangan, pertempuran, dan ekspedisi militer, tetapi mencakup segala bentuk kegiatan dan usaha yang maksimal dalam rangka dakwah Islam, amar makruf nahi mungkar (memerintah kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran).

Dalam pengertian umum ini berjihad harus terus berlangsung, baik dalam suasana perang maupun damai, karena tegaknya Islam bergantung pada jihad. Perintah jihad adalah agar umat Islam berusaha dengan sungguh-sungguh menegakkan kalimat thayyibah Laa ilaaha illa Allah Muhammadun Rasulullah.

Perintah untuk memerangi kebodohan, misalnya, merupakan salah satu anjuran berjihad, juga anjuran untuk bersikap baik kepada tetangga. Kalau saja mereka tahu tentang hal ini, sudah pasti tidak relevan tuduhan yang cenderung menghakimi tersebut.

Salah memahami mengakibatkan dalam benak mereka tertancap pemahaman bahwa praktik jihad itu mestilah merupakan permusuhan dengan atau memerangi orang beragama selain Islam dengan cara kekerasan dan teror.

Selanjutnya adalah: Pelaku ekstrem yang menunjukkan permusuhan…

Pelaku Ekstrem

Berapa banyak sih di antara para pelaku ekstrem itu dibanding mereka yang menunjukkan sikap bermusuhan tersebut? Di kalangan umat Islam Indonesia memang ada beberapa orang yang terimbas arti sempit jihad yang diwujudkan melalui aksi terorisme itu.

Mengapa dituduhkan seakan-akan semua umat Islam Indonesia kini cenderung mendukung praktik terorisme atau gerakan anti-pluralitas? Ini jelas salah alamat dan berbahaya. Bisa misleading. Mereka yang mempraktikkan gaya berjihad ekstrem—melalui teror dan bahkan pembunuhan terhadap orang lain—itu agaknya lupa atau belum memahami Alquran yang dalam Surat Al-Maidah ayat 32 ada larangan membunuh manusia dan anjuran memelihara dan membantu manusia.

Dalam ayat tersebut jelas sekali firman Allah bahwa siapa pun yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.

”Dan siapa pun yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan seluruh umat manusia. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan [membawa] keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.”



Apalagi bila dalam aksi teror itu terdapat korban seorang muslim, peringatan Allah sangat jelas, yakni dalam Alquran Surah An-Nisaa’ ayat 93, “Siapa pun yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah [neraka] jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya, serta menyediakan azab yang besar baginya.”

Berpedoman ayat tersebut jelas bahwa tidak ada sama sekali dasar yang dapat melegitimasi aksi teror—apalagi pembunuhan—oleh seorang muslim terhadap seorang manusia pun, sehingga apabila ada pelaku aksi tersebut yang mengaku diri sebagai orang Islam sudah dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan tidak memahami hakikat Islam. Menyebut bahwa Islam identik dengan aksi terorisme jelas salah alamat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya