SOLOPOS.COM - Dwi Supriyadi soeprei@yahoo.com Peminat masalah sosial keagamaan Bergiat di Bilik Literasi Solo

Dwi  Supriyadi soeprei@yahoo.com Peminat masalah  sosial keagamaan Bergiat di Bilik Literasi Solo

Dwi Supriyadi
soeprei@yahoo.com
Peminat masalah
sosial keagamaan
Bergiat di Bilik Literasi
Solo

Napoleon Bonaparte dalam buku Bonaparte et I’Islam karya Cherlifs menyatakan, “…the Qur’an wich alone can lead men to happiness” (…hanyalah Quran itu satu-satunya kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan). Kalimat itu semacam endorfin karena diucapkan oleh seorang jenderal, panglima perang, sekaligus kaisar penguasa Prancis.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Nama Napoleon terdapat dalam urutan ke-34 dari seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia yang ditulis Michael H. Hart (1978). Sebagai muslim tentu kita tidak meragukan lagi bahwa Alquran adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW dan memiliki banyak keistimewaan. Bahkan pada Ramadan ini dikenal dengan Syahrul Quran (bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Alquran) yang selanjutnya diperingati sebagai Nuzulul Quran.

Penjualan buku Islam termasuk Alquran meningkat di bulan ini. Konsumen rela menyisihkan anggaran khusus untuk membeli Alquran. Penerbit dengan gencar mempromosikan berbagai jenis  mushab atau buku Alquran lewat berbagai media. Motif seseorang berinteraksi dengan Alquran tentu berbeda-beda, bergantung keistimewaan yang ingin didapatnya.

Ada yang bermotivasi agar dijauhkan dari setan, rumahnya bercahaya, dilimpahi kebaikan, menjadi syafaat, menghantarkan si empunya ke surga, memperoleh kebahagiaan, satu huruf sepuluh kebaikan, menjadi sebaik-baik manusia, meninggikan derajat, dan masih banyak lagi. Aneka keistimewaan itulah yang akhirnya menjadi pemicu berbagai kalangan berhasrat meraihnya.

Salah satu pihak yang tidak bisa lepas yaitu penerbit dan percetakaan Alquran. Mereka mencetak/menerbitkan Alquran untuk memenuhi kebutuhan pasar di mana konsumen selalu mengingingkan produk yang berkualitas. Misi ini mengandung harapan agar seluruh kaum muslim di Indonesia dari berbagai kalangan bisa membaca dan mangamalkan Alquran.

Namun, fakta sebagaimana diungkap Republika (25/1) ternyata mencengangkan. Hanya tiga 30% siswa muslim di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, yang bisa membaca Alquran. Sisanya (70%) masih tergolong buta aksara Alquran. Untuk menjangkau semua kalangan maka dibuatlah Alquran dengan berbagai variasi harga, bahasa, dan fitur.

Variasi ini dibuat karena setiap orang memiliki motif yang berbeda saat membelinya. Dari segi harga ada yang dibanderol puluhan ribu rupiah, ratusan ribu rupiah, sampai jutaan rupiah. Dari segi bahasa juga diterjemhakan ke dalam bahasa Jawa, Indonesia, Arab, Inggris. Dari segi fitur juga bermacam-macam, mulai dari yang dilengkapi tajwid, aneka warna, suara, sampai video. Bahkan muncul Alquran unik, Alquran khusus bagi perempuan.

Kita beranggapan semua itu dilakukan agar setiap Alquran yang dicetak bisa dikenal dan dinikmati semua kalangan di seluruh pelosok negeri ini. Untuk mencapai tujuan itu, akhirnya dibuatlah iklan di media-media massa dengan testimoni menarik dari para artis dan ustaz ternama.

Alquran menjadi barang komersial yang harus diiklankan satu halaman penuh di sebuah koran nasional dengan harga yang fantastis. Alquran mulai menjadi komoditas. Sementara, jika membeli Alquran adalah bagian dari sebuah pemaknaan ibadah, harus merujuk pada makna awalnya.

Ibadah dalam arti luas merupakan ketundukan jiwa yang timbul karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang ma’bud (disembah) dan merasakan kebesaran-Nya, disebabkan adanya keyakinan bahwa bagi alam semesta ini ada kekuasaan yang akal tidak dapat mengetahui hakikatnya (Din Al-Islam, Ajat Sudrajat: 1995).

Berwajah Puisi

Saat pihak penerbit/percetakan mendistribusikan Alquran dan konsumen telah memutuskan untuk membelinya maka motif utama yang harus dijaga adalah ketundukan jiwa yang timbul karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan. Motif utama seharusnya bukan nalar konsumtif, komersial, dan motif duniawi lainnya. Inilah yang disebut Dr. Muhammad Iqbal (1877-1938) dengan istilah “konasi” di mana tujuan melahirkan perbuatan. Suatu perbuatan adalah bersifat duniawi atau sekuler apabila ia dilakukan terlepas sama sekali dari jiwa kompleksitas.

Kita perlu menengok sejenak ke era 1980-an, tepatnya pada 1982. Saat itu kritukus sastra Hans Bague Jassin (HB. Jassin) menerbitkan Alquran berwajah puisi yang bernama Al-Qur’an Bacaan Mulia. Alquran yang sempat menjadi kontroversi berbagai kalangan termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Departemen Agama di tahun-tahun setelahnya. H.B. Jassin seakan menjadi penerus sahabatnya Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) atau lebih dikenal dengan julukan Buya Hamka (1908-1981) yang menulis Tafsir Al-Azhar.

Dalam buku Kontroversi Al-Qur’an Berwajah Puisi (1995) H.B. Jassin mengungkapkan keprihatinan dalam kata pengantarnya. Ia menuliskan mengapa Alquran yang beredar baik di Indonesia maupun di luar negeri tidak ditulis dalam bahasa puisi? Mengapa Alquran yang begitu indah bahasa dan kandungannya tidak ditulis pula secara indah perwajahannya?

Apa yang dikatakan H.B. Jassin seakan mengingatkan kembali kepada manusia abad ini yang bersemangat memenangkan perlombaan mencetak dan menerbitkan Alquran dengan mutu terbaik. Namun, masih belum menyentuh esensi Alquran yang begitu indah bahasa dan kandungannya.

Kita berdoa pihak-pihak yang terlibat di dalamnya menyelami kembali pemikiran H.B. Jassin tentang konsep memunculkan keindahan Alquran. Perbanyakan Alquran jangan hanya masuk dalam ranah duniawi/sekuler untuk memenuhi nalar konsumtif dan kapitalis. Dengan demikian hadirnya Alquran benar-benar mampu menjadi petunjuk dan penerang jiwa bagi siapa pun yang membacanya.

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya