SOLOPOS.COM - Aris Setiawan

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Kamis (28/9/2017). Esai ini karya Aris Setiawan, esais dan pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Alamat e-mail penulis adalah segelas.kopi.manis@gmail.com

Solopos.com, SOLO — 28 September, diperingati sebagai Hari Kereta Api Nasional. Kini ribuan orang, bahkan lebih, menggunakan jasa kereta api untuk mengantarkan mereka ke tempat tujuan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada hal yang menarik dan sering kali luput dari perhatian kita, bahwa kereta api di Indonesia dan Jawa khususnya memiliki nama-nama yang unik dan khas. Coba perhatikan, nama kereta api sering kali didasarkan pada jejak sejarah kekuasaan, alam, dan binatang magis negeri ini.

Kita bisa menemukan penghargaan terhadap gunung (argo) di Jawa yang diwujudkan sebagai nama kereta api seperti Argo Bromo, Argo Sindoro, dan Argo Lawu. Gunung bagi masyarakat Jawa tidak semata-mata tumpukan tanah memuncak, namun tempat kesucian disematkan.

Gunung adalah ruang bagi para raja, kesatria, dan pendeta bertapa atau bersemedi. Gunung dengan posisinya yang tinggi dianggap sebagai ruang yang paling dekat dengan nirwana.

Kereta api yang namanya berdasar pada nama gunung adalah kereta kelas eksekutif dengan tarif paling mahal dan kenyamanan paling maksimal. Kita juga melihat nama-nama binatang seperti Sembrani (kuda terbang), Turangga (kuda), Sancaka (ular), Dwipangga (gajah), Taksaka (naga), Lodaya (macan).

Nama-nama hewan tersebut sebagian terilhami dari kisah-kisah dalam pertunjukan wayang atau epos Mahabarata dan Ramayana. Dwipangga, misalnya, adalah hewan utama yang ditunggangi Dewa Indra.

Dwipangga dianggap memiliki kesaktian, tidak mempan oleh berbagai senjata, dapat terbang ke kahyangan, dan hewan tunggangan yang setia pada majikannya. Taksaka adalah seekor naga yang mambunuh Parikesit, raja pamungkas keturunan Pandawa.

Pemilihan hewan-hewan versi dongeng dan epos tersebut menandakan gerbong kereta api dilabeli seperangkat imajinasi dan memori. Kereta api bukan hanya alat transportasi, namun juga guratan wacana dan pengekalan kisah kultural tentang Jawa dan Indonesia.

Selanjutnya adalah: Nama-nama penguasa utama dalam epos di Jawa…

Epos di Jawa

Nama-nama penguasa dan tokoh utama dalam epos di Jawa juga dibekukan sebagai nama kereta. Lihatlah kereta api Sri Tanjung, Joko Tingkir, Kertajaya, Gajayana, Tawangalun, Ajisaka, Kalijaga.

Nama-nama tersebut mengingatkan pada kisah besar sejarah pembentukan daerah di Jawa. Sri Tanjung, misalnya, adalah sebuah epos dari Banyuwangi, ujung timur Jawa, tentang kesetiaan seorang perempuan.

Kertajaya adalah raja terakhir Kadiri. Aji Saka adalah sosok yang menjadi pintu pertama masyarakat Jawa mengenal aksara. Nama-nama kereta tersebut tidak semata-mata menunjuk pada keagungan tokoh, namun juga rute yang dilalui.

Kereta Sri Tanjung disebabkan epos dari Banyuwangi maka memiliki rute Banyuwangi-Jogja, kereta Kalijaga menjalani ute Solo-Semarang, kereta Joko Tingkir berute Solo-Pasar Senen.

Nama penguasa dan sosok menandakan muara tempat rute itu harus diawali atau bahkan diakhiri. Sayang, hari ini kita sering kali mengenal nama kereta api tapi tak diimbangi dengan pemahaman kisah dan filosofi di baliknya. Nama-nama itu seolah-olah sekadar penanda, tidak lebih.

Jika dikaji lebih mendalam, nama pada gerbong kereta api mengandung konsekuensi penjelajahan lebih jauh terhadap sejarah peradaban dan narasi kultural yang menemani pembentukan negeri ini.

Kita kemudian menjadi mafhum kala proyek kereta mass rapid transit (MRT) di Jakarta dinamai Antareja dan Mustika Bumi, nama tokoh wayang di Jawa. Antareja adalah putra dari Bima (Wrekudara).

Ia memiliki kesaktian bernama ajian ”upas anta”. Berbekal kesaktian itu, ia dapat membunuh seseorang hanya dengan menjilat bekas telapak kakinya di tanah. Selain itu, ia juga memiliki cicin dengan nama Mustika Bumi.

Cincin itu memberi dia kesaktian untuk terus hidup dan kebal terhadap senjata apa pun selama kakinya menyentuh bumi. Kelebihan utama yang dimilikinya adalah dapat berjalan di dalam perut bumi.

Selanjutnya adalah: Kereta yang beroperasi di dalam tanah…

Di dalam Tanah



Kereta bernama Antareja dan Mustika Bumi menandakan kereta itu beroperasi di dalam tanah atau biasa disebut dengan “kereta api bawah tanah” (metro, rapid transit). Artinya, nama kereta tersebut mengandung konsekuensi daya jelajah dan tempat rute yang harus dilalui.

Nama kereta api adalah sebuah kode yang memberi kita seperangkat informasi. Dari sepenggal nama tersebut dapat menyibak belantara pengetahuan sejarah dan kebudayaan. Idealnya, harus muncul kesadaran untuk menjadikan nama dan jenis kereta api sebagai bagian dari ilmu pengetahuan.

Anak-anak sekolah dasar, misalnya, tidak semata-mata menggunakan kereta api sebagai sarana transportasi berwisata, namun juga disertai penjelasan  yang detail tentang sejarah dan epos yang menyertai nama kereta tersebut.

Dengan demikian, belajar sejarah tidak harus melulu di ruang kelas yang cenderung beku dan kaku, namun juga dapat di stasiun maupun di dalam gerbong kereta. Mengenal Indonesia dan Jawa kemudian bukan semata-mata lewat buku pelajaran, namun juga kereta api.

Pemaparan tentang nama kereta api idealnya juga dapat dilakukan dengan memberi informasi naratif yang terpampang di stasiun lewat poster maupun papan informasi. Dengan demikian mengunjungi stasiun tak ubahnya mengunjungi museum kultural, berwisata dengan membaca dan mendengarkan dongeng indah masa lalu.

Terlebih jika hal tersebut diiringi dengan sayup-sayup musik campursari berjudul Stasiun Balapan (1999) yang dilantunkan Didi Kempot. Penyanyi campursari terkenal dari Solo itu telah ditunjuk sebagai Duta Kereta Api oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) pada 9 Maret 2017.

Tentu nuansa Jawa yang kental akan lebih terasa dan sekaligus sebagai upaya bahwa menziarahi stasiun dan menunggu kedatangan kereta dalam peristiwa mudik dan balik adalah peristiwa menyenangkan alias tak membosankan. Selamat Hari Kereta Api Nasional. Mari berpergian dengan naik sepur… jug…ijag…ijug…ijag…ijug.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya