SOLOPOS.COM - Muhammadun, Peneliti pada Lajnah Ta’lif wan Nasyr PWNU Yogyakarta. (FOTO/Istimewa)

 

Muhammadun, Peneliti pada Lajnah Ta’lif wan Nasyr PWNU Yogyakarta. (FOTO/Istimewa)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bangsa Indonesia menggelar beragam perhelatan dalam mengenang seribu hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 27 September 2012. Beragam pergelatan itu menunjukkan bahwa sosok Gus Dur menjadi inspirasi yang besar dalam membangun peradaban di Indonesia. Perjuangan dan gerak langkahnya menjadi referensi bangsa ini, terlebih di tengah kondisi peradaban yang masih diselimuti berbagai tragedi kekerasan, terorisme, intoleransi, dan saling klaim benar sendiri.

Jalan hidup seorang Gus Dur merupakan jalan hidup seorang pejuang. Apa yang dilakukan sama sekali tak berpretensi untuk kebanggaan dan keangkuhan. Semua dijalankan demi sebuah perjuangan, kemanusiaan dan keberpihakan. Makanya Gus Dur sering mendapatkan cibiran dan cemooh dari beragam kalangan, bahkan termasuk dari sebagian kalangan santri itu sendiri. Di kemudian waktu, banyak yang baru sadar bahwa yang dilakukan Gus Dur ternyata sangat berguna dan sangat penting bagi Indonesia. Iya, Gus Dur memang beyond the time, yang tidak “cerdas” dalam menangkap gerak-gerik Gus Dur, maka bisa terperangkap dalam pemahaman setengah-setengah.

Dalam bukunya bertajuk “Islamku, Islam Anda, Islam Kita”, Gus Dur mengajak bangsa Indonesia untuk menjadi manusia yang berperadaban dengan mengedepankan jalan toleransi, jalan moderat, dan jalan pluralis. Sementara dalam buku “Islam Kosmopolitan ” ini menghadirkan wacana bahwa Islam sebenarnya adalah agama kosmopolitan yang bisa kita telaah secara kritis dari spirit ajarannya yang termaktub dalam al-Quran dan Sunnah Muhammad. Buku ” Islamku,…” lebih banyak menjelaskan bagaimana kita bersikap ditengah dunia yang multicultural, sedangkan buku “Islam Kosmopolitan” menggenjot spirit pemikiran umat Islam untuk menjadi “pemain inti” dalam penciptaan peradaban sebagaimana telah dijalankan para tokoh Islam di masa keemasan.

Bagi Gus Dur, untuk menjadi “pemaint inti” tersebut, umat Islam harus memahami dan menghayati watak universalisme Islam dan kosmopolitanisme peradaban Islam. Dalam memahami universalisme Islam, ada lima buah jaminan dasar yang diberikan Islam kepada individu dan kelompok masyarakat. Kelima jaminan dasar itu tersebar dalam literatur hukum Islam ( al-kutub al-fiqhiyyah), yakni jaminan dasar akan; pertama, keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan hokum; kedua, keselamatan keyakinan agama masing-masing, tanpa ada paksaan untuk berpindah agama; ketiga, keselamatan keluarga dan keturunan; keempat, keselamatan harta benda dan milik pribadi diluar prosedur hukum; dan kelima, keselamatan profesi.

Secara keseluruhan, kelima jaminan dasar tersebut menampilkan universalitas pandangan hidup yang utuh dan bulat. Pemerintah berdasarkan hukum, persamaan derajat dan sikap tenggang rasa terhadap perbedaan pandangan adalah unsur-unsur utama kemanusiaan, dan dengan demikian menampilkan universalitas ajaran Islam. Namun, kelima jaminan dasar tersebut hanya tercipta dalam kerangka teoritik belaka, belum bisa berfungsi kalau tidak didukung dengan spirit kosmopolitanisme peradaban Islam. Watak kosmopolitanisme peradaban Islam dapat kita baca dari spirit peradaban Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Di Madinah inilah Muhammad menjadikan Madinah sebagai kota kosmopolitan yang serba leluasa menyerap unsure peradaban lain yang bisa membuka cakrawala pemikiran Islam. Islam begitu berani menyerap sisa-sia warisan peradaban Yunani Kuno yang berupa Hellenisme, peradan Romawi, peradaban Mesir, peradaban Persia, dan bahkan peradaban anak benua India dan peradaban China.

Kosmopolitanisme peradaban Islam muncul dalam sejumlah unsur dominan, seperti hilangnya batasan etnis, kuatnya pluralitas budaya dan heteroginitas politik. Kosmopolitanisme itu bahkan menampakkan diri dalam unsur dominan yang menakjubkan, yakni kehidupan beragama yang eklektik selama berabad-abad. Dalam konteks inilah, warisan nabi dalam penciptaan peradaban Madinah menjadi dasar utama lahirnya kosmopolitanisme peradaban Islam. Tak salah kemudian kalau Robert N Bellah, sosiolog Barat terkemuka, menyebut Madinah sebagai kota modern, bahkan sangat modern untuk ukuran zaman waktu itu. Karena kondisi sosiologis-geografis waktu itu, struktur Timur Tengah belum mampu menopang struktur cosmopolitan Madinah yang ditampilkan Muhammad. Tak salah juga kalau sejartawan agung Arnold J. Toynbee menyebut peradaban Islam sebagai oikumene (peradilan dunia) Islam. Oikumene Islam ini, lanjut Toynbee, adalah salah satu diantara enam belas oikumene yang menguasai dunia.

Jejak kosmopolitanisme peradaban Islam dalam membentuk pencerahan di dunia Timur Tengah menjadi jejak utama lahirnya pencerahan di Barat. Watak-watak Islam yang terbuka, toleran, moderat, dan menghargai keragaman umat manusia, mencari ciri utama umat Islam dalam merumuskan sebuah peradaban agung. Lahirlah para arsitek masa depan Islam yang mencipta ragam keilmuan yang terbentang lebar: ada fisikawan, astronom, dokter, filosof, dan sebagainya. Uniknya, disamping mereka menguasai ragam keilmuan yang terbentang luas, para intelegensi Muslim juga menjadi agamawan yang hafat al-Quran & al-Hadits, ahli tafsir, ahli fiqih, dan bahkan ahli tasawuf. Lihat disana ada al-Ghazali, al-Kindi, Ibnu Sina, Ibnu Rusd, dan sebagainya.

Jalan kosmopolitanisme peradaban Islam yang diwariskan Nabi Muhammad dan para pemikir Islam harus diteruskan sepanjang masa. Umat Islam Indonesia harus berperan aktif mewujudkan jejak kosmopolitis tersebut, yakni dengan mengusung spirit keterbukaan lintas peradaban. Dalam spirit inilah, kita bisa merujuk ulang spirit buku Gus Dur, ” Islamku, Islam Anda, Islam Kita“, sehingga lahir sebuah pemahaman baru yang kritis, progresif, dan visioner. Dari pemahaman inilah akan lahir sosok-sosok masa depan, yang dalam bahasa Arnold J. Toynbee dikatakan sebagai minoritas kreatif. Kaum minoritas kreatif inilah, lanjut Toynbee, yang nantinya bisa merubah jarum sejarah peradaban dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya