SOLOPOS.COM - Muhammad Qomar (Dok/JIBI/Solopos)

Gagasan Solopos, Kamis (27/8/2015), ditulis Muhammad Qomar. Penulis adalah lulusan Program Master of Public Administration University of Malaya Kuala Lumpur, Malaysia.

Solopos.com, SOLO — Pemilihan kepala daerah (pilkada) di Kota Solo akan diselenggarakan akhir tahun ini, bagian dari pilkada serentak tahap pertama di negeri ini. Tahapannya telah dimulai beberapa waktu lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dua pasang calon wali kota dan calon wakil wali kota akan bertarung dalam pilkada. Tanggal 9 Desember 2015 akan menjadi saat penentuan siapa yang akan memegang tampuk pemerintahan di Kota Solo yuntuk lima tahun ke depan.

Siapa pun yang terpilih memimpin Solo dengan wilayah seluas wilayah 44 kilometer persegi ini mau tidak mau harus berhadapan dengan derasnya arus globalisasi. Lebih dari 500.000 warga Solo cepat atau lambat akan menyatu dalam pergaulan luas dunia.

Banyak pakar mendefinisikan globalisasi. Menurut Anthony Giddens (1991), globalisasi merupakan hubungan sosial di seluruh dunia secara intensif yang menghubungkan berbagai daerah sedemikian rupa sehingga suatu kejadian di sebuah daerah terbentuk oleh kejadian di daerah lain yang jauh jaraknya dan sebaliknya.

Sedangkan menurut Martin Wolf (2014), globalisasi merupakan integrasi aktivitas-aktivitas ekonomi melewati batas-batas negara dengan penyebaran manusia dan berbagai ide yang menyetainya. Secara umum, interaksi manusia, integrasi, dan samarnya batas wilayah seolah-olah menjadi ciri khas globalisasi.

Tidak mengherankan jika saat ini dunia seperti menjadi suatu global village, batas negara menjadi bias. Seseorang di suatu negara dapat dengan mudah berkomunikasi menggunakan berbagai media dengan seseorang di negara lain. Mobilitas penduduk lintas negara terasa semakin mudah dengan berbagai moda transportasi yang tersedia.

Ekonomi dan budaya juga tidak luput dari globalisasi. Goncangnya kondisi perekonomian suatu negara bisa memengaruhi kondisi perekonomian dunia. Demikian pula dengan penetrasi budaya seperti yang terjadi dengan budaya Korea Selatan yang kini dikenal luas di berbagai belahan dunia.

Dalam ranah perekonomian regional Asia Tenggara, ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan segera berlangsung. ASEAN Economic Community Blueprint menyatakan MEA bersama dengan ASEAN Security Community (Komunitas Keamanan ASEAN) dan ASEAN Socio-Cultural Community (Komunitas Sosial-Budaya ASEAN) merupakan pilar integrasi komunitas ASEAN yang harus dicapai pada 2020.

Karakteristik MEA adalah sebuah pasar tunggal dan pusat produksi, kawasan yang berdaya saing tinggi, kawasan dengan pertumbuhan ekonomi merata, dan kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global.

Barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja yang mengalir secara bebas serta modal yang mengalir lebih leluasa di antara negara-negara ASEAN menjadi elemen inti MEA. Satu hal yang menarik adalah MEA akan resmi dimulai pada 31 Desember 2015.

Ini berarti siapa pun pemenang pilkada di Kota Solo segera berhadapan dengan MEA dan menjadi bagian globalisasi. Wilayah Kota Solo segera terintegrasi sebagai wilayah ASEAN yang mencapai total lebih dari empat juta kilometre persegi.

Masyarakat Solo juga akan terintegrasi sebagai komunitas ASEAN yang warganya lebih dari 625 juta jiwa. Pemerintah Kota Solo pernah beberapa kali menjalin hubungan dengan negara lain.

Pada 2007, Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) mengadakan kerja sama sister city dengan Montana, Bulgaria, dan salah satu agendanya memberi kesempatan pengusaha Solo memanfaatkan pasar Eropa melalui Montana. Program sister city ini gagal setelah berjalan lima tahun.

F.X. Hadi Rudyatmo sebagai pengganti Jokowi bertemu dengan beberapa duta besar (Dubes) negara sahabat. Pertemuan dengan duta besar Amerika Serikat menjajaki kerja sama pengelolaan sampah (Solopos.com, 17 Maret 2015).

Kunjungan duta besar Selandia Baru ke Kota Solo pada Mei 2015 menjajaki kerja sama pertanian dan energi. Hingga saat ini kerja sama tersebut belum terlihat perkembangannya. Tidak semua kerja sama antara pemerintah daerah dengan pihak luar negeri sulit diimplementasikan.

Kota Bandung contohnya. Di bawah kepimpinanan Wali Kota Ridwan Kamil, Bandung sukses bekerja sama dengan pemerintah Singapura. Kerja sama tersebut di antaranya pengembangan biopolis (pusat penelitian dan pengembangan biomedis).

Selain itu ada kerja sama lingkungan dan pengiriman beberapa utusan Pemerintah Kota Bandung untuk mengikuti kursus pelayanan publik di Singapura sebagai bagian dari kerja sama inovasi pelayanan publik melalui e-governance.

Pemimpin Kota Solo masa mendatang haruslah benar-benar dapat memberi manfaat bagi segenap masyarakatnya. Nilai tambah dan kemampuan lebih harus dimiliki pemegang pucuk pemerintahan di Solo dalam menghadapi derasnya arus globalisasi. [Baca: Diplomasi]

 

Diplomasi
Kemampuan yang memadai dalam berdiplomasi selayaknya dimiliki wali kota Solo. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan diplomasi ditempatkan down to earth yang mengutamakan kepentingan masyarakat.

Ia menyatakan politik luar negeri harus membumi dan dekat dengan rakyat melalui diplomacy for the people yang bisa memberikan solusi, menjembatani perbedaan, dan juga membuka peluang untuk kepentingan rakyat dan negara Indonesia.

Wali kota Solo mendatang setidaknya harus menyadari hal tersebut. Kemampuan berdiplomasi dengan dunia internasional diperlukan untuk memajukan Solo. Dalam era globalisasi saat ini, people to people contact bisa lebih mendominasi hubungan antarnegara sehingga wali kota diharapkan dapat membawa kepentingan masyarakakat Solo di tingkat global.

MEA merupakan agenda terdekat yang juga akan dihadapi segenap masyarakat Solo. Tidak berlebihan bila segenap warga Solo mendambakan seorang wali kota yang bisa memberikan berbagai insentif bagi warga kota ini untuk menghadapi MEA.



Hal tersebut bisa tercapai dengan dukungan kepiawaian berdiplomasi dengan dunia internasional mengingat salah satu karakteristik MEA adalah terintegrasi penuh dengan ekonomi global.

Selain membawa keuntungan, globalisasi juga dapat berdampak negatif seperti menimbulkan penjajahan budaya. Dengan diplomasi yang efektif, berbagai dampak negatif dapat ditanggulangi, termasuk di bidang budaya.

Kota Solo dengan slogan The Spirit of Java dan telah mengukuhkan diri sebagai kota budaya dapat dikenal luas oleh dunia internasional melalui berbagai agenda diplomasi budaya sehingga dapat mendatangkan berbagai keuntungan.

Kegagalan sister city dengan Montana karena kendala jarak dan bahasa tidak perlu terjadi lagi di masa depan. Kementerian Luar Negeri setidaknya perlu memberi pembekalan kepada para pemenang pilkada sehingga dapat bekerja sama dengan para diplomat Indonesia dalam membawa kepentingan masyarakat di daerah.

Para kepala daerah harus mau berkaca dan melihat potensi diri sendiri, tidak minder, dan meningkatkan kapasitas mereka dalam berdiplomasi demi membawa kemajuan bagi daerahnya masing-masing. Semoga wali kota Solo mendatang dapat benar-benar berdiplomasi di dunia internasional untuk kepentingan warga Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya