SOLOPOS.COM - Sartika Dian Nuraini, Penggiat Pengajian Malem Senin. (FOTO/Istimewa)

Sartika Dian Nuraini, Penggiat Pengajian Malem Senin. (FOTO/Istimewa)

Panjang-punjung, wukir pasir

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gemah-ripah, loh jinawi

(Wirjosemito, 1921, Laweyan)

 

Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri—Nyai Ontosoroh

 

Perlukah “feminisasi kemiskinan” yang bisa dialami perempuan-perempuan Jawa? Pertanyaan ini mungkin ganjil, dengan bahasa yang terdengar aneh, tapi perlu untuk mengingat, mengapresiasi dan meneladai peran perempuan dalam perekonomian, kesuksesan dan kemakmuran Soloraya. Jawabannya: Ya, tapi perempuan Jawa tidak perlu belajar feminisme dalam bidang ekonomi sebagai bentuk engendering empowerment untuk mengarusutamakan pemberdayaan gender sampai ke luar negeri.

Kita harus melihat mbok-mbok yang berjualan beraneka ragam komoditas tradisional di pasar-pasar tradisional, kerja-kerja pembuatan batik di sentra industri batik Laweyan, saudagar-saudagar pakaian atau tekstil di pasar-pasar atau di toko-toko, pekerja-pekerja perempuan di pabrik-pabrik, para petani perempuan di sawah-sawah, atau kuli perempuan yang bekerja mengangkut barang-barang berat bersama para lelaki di kampus saya, dan sebagainya. Atau para perempuan Jawa yang menduduki kursi manajer atau pemilik sebuah perusahaan. Mereka rata-rata sudah melakoninya sejak masih muda. Sebuah dedikasi tinggi dan kontribusi besar bagi Jawa khususnya Soloraya. Mereka mungkin tidak terdata secara sistematis tapi mereka mampu menutupi angka kemiskinan dan pengangguran.

Teladan women entrepreneurship Jawa bukan RA Kartini yang berasal dari keluarga ningrat. Perempuan dalam keluarga ningrat seperti RA Kartini memang dalam tradisi Jawa tak banyak memiliki peran ekonomi yang publik yang kuat sebagai pelaku. Kekayaan sudah diturunkan melalui kekuasaan bukan kerja keras. Kita harus mencarinya dalam teladan perempuan-perempuan desa atau perempuan-perempuan petani.

 

Etos Perempuan

Kekurangan perempuan Jawa dalam menumbuhkan kemakmuran Jawa barangkali adalah etos kerja tinggi yang tidak diimbangi oleh pengetahuan masalah manajerial usaha seperti yang sering kita temui dalam sistem pasar tradisional. Tokoh Sanikem atau Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer adalah sebuah kritik atas kelemahan manajerial perempuan Jawa sekaligus sintesa etos kerja perempuan Jawa yang bertemu dengan ilmu manajerial usaha Barat.

Nyai Ontosoroh dalam novel Pram barangkali hanya sebuah cerita fiksi, tapi sebenarnya juga adalah sebuah cerita nyata yang diambil dari kisah nenek Pramoedya sendiri yang ditambahi dengan sekian pengamatan terhadap etos kerja perempuan Jawa. Nyai Ontosoroh terus belajar manajerial usaha baik dari produksi, pengemasan, sampai pada distribusi komoditas perusahaan yang mencapai luar negeri. Nyai Ontosoroh menjadi perempuan pengusaha yang paling andal, berpengetahuan, berpengalaman, dan akhirnya menjadi perempuan paling kaya di Jawa Timur pada masanya.

Nyai Ontosoroh mungkin masih dianggap tokoh fiksi, maka kita bisa menengok para Mbok Mase Laweyan. Dalam penelitian tesisnya tentang pengusaha batik di Laweyan awal abad XX, sejarawan Solo Soedarmono (2006) mengatakan bahwa peran ibu rumah tangga Mbok Mase dalam urusan keuangan, ketentuan jumlah produksi, sampai pada proses pendistribusian barang ke tangan konsumen hampir sepenuhnya berada di tangan mereka. Mereka mengambil peranan sampai 75% dalam proses produksi dan distribusi dan hanya istirahat tujum jam dalam sehari semalam.

Mereka bekerja penuh dengan kebebasan dan tidak terikat oleh kekuasaan. Keberhasilan usaha mereka diperoleh dari nilai kebebasan untuk mengatur bisnis mereka sendiri tanpa ada campur tangan orang lain. Para ibu Mbok Mase memiliki rasa percaya diri, hemat, tidak tertarik pada gaya hidup yang berfoya-foya dan tidak gila hormat. “Semuanya itu tergantung di tangan saya, di semangat saya [dengan menunjuk dadanya]…” kata salah satu Mbok Mase dalam wawancara penelitian Soedarmono. Sebutan Mbok Mase dalam perusahaan keluarga batik Laweyan adalah satu perwujudan simbol kekuasan mereka di mata masyarakat.

 

Melampaui Tangan

Tentu saja Soloraya tidak hanya punya Mbok Mase. Soloraya saya yakin masih punya banyak potensi yang masih dikandung perempuan, seperti dalam pertanian, kuliner, kosmetik, perkebunan, jajanan tradisional, jamu tradisional, kerajinan tangan, kosmetik tradisional dan sebagainya. Sebagian adalah pengolahan potensi alam, sebagian olah kreativitas, sebagian adalah warisan turun temurun.

Permasalahannya adalah sering tidak tersentuhnya semua itu oleh teknologi modern baik yang dibuat sendiri atau diimpor seperti yang terjadi dengan teknologi cap di Laweyan, pengetahuan organisasi perusahaan yang tidak memadai, dan ilmu pengetahuan untuk mendukung wacana ilmiahnya secara medis terutama. Bukan faktor etos kerja yang lemah atau kurang. Saya pernah melihat satu keluarga penjual jamu yang sudah mencapai keturunan ketiga yang khusus untuk ibu yang sedang hamil, melahirkan dan untuk bayi. Mereka masih menggunakan metode produksi dan distribusi tradisional. Dalam bayangan saya, alangkah besar pengaruhnya dan menfaatnya jika jamu warisan keluarga itu bisa dimodernisasi dalam satu perusahaan modern.

Maka, peran lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat khususnya yang peduli terhadap perempuan, peran pemerintah untuk modal dan proteksi ekonomi, para pemilik modal dan seterusnya untuk mencari, memfasilitasi, membesarkan mereka, tentu dengan sikap yang adil dan bertanggungjawab bukan malah mengambil menfaat secara muslihat. Dengan melampaui tangan dan tidak hanya untuk kepentingan tangan sendiri, dengan etos perempuan Jawa, ilmu pengetahuan, organisasi modern perusahaan, dan bantuan teknologi, maka panjang-punjung, wukir pasir; gemah-ripah, loh jinawi bisa menghampiri Soloraya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya