SOLOPOS.COM - Anas Syahrul Alimi (istimewa)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Selasa (23/01/2018). Esai ini karya Anas Syahrul Alimi, CEO Rajawali Indonesia Communication, event consultant, dan penyelenggara festival musik.

Solopos.com, SOLO–Semangat untuk menjadikan ekonomi kreatif sebagai salah satu pilar perekonomian masa depan bangsa telah diikrarkan oleh Presiden Joko Widodo sejak awal masa kepemimpinan dia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Inilah semangat yang lahir untuk merespons transformasi perekonomian global pada masa depan. Sebagai pijakan utama dari ekonomi kreatif ini adalah kreativitas sumber daya manusia untuk menciptakan nilai tambah ekonomi.

Dari perspektif itulah apresiasi perlu diberikan kepada pemerintah—khususnya sinergi sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) yang menjadi pemegang saham, yakni PT PP Persero Tbk., PT PP Properti,  PT Jasa Marga Properti, PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko, serta PT Patra Jasa—yang berani memberdayakan bekas Pabrik Gula (PG) Colomadu di Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Lewat sinergi lintas instansi tersebut, bangunan bekas PG Colomadu itu diubah menjadi gedung convention hall bertaraf internasional untuk pentas seni pertunjukan. Nama gedung pun dikembalikan ke aslinya, De Tjolomadoe.

Usaha ini tentu selaras dengan tekad pemerintah yang telah bersungguh-sungguh mewadahi industri kreatif. Dari 16 subsektor bidang ekonomi kreatif, salah satu yang mendapat sokongan pemerintah adalah aktivitas seni pertunjukan.

Di semua subsektor itu telah ditumbuhkan harapan untuk turut menggenjot denyut perekonomian bangsa. Dalam konteks ekonomi kreatif, revitalisasi bangunan eks PG Colomadu tentu dapat dipandang sebagai respons positif untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi di daerah.

Sejak pabrik gula ini berhenti beroperasi pada 1998, bangunan yang total luasnya 22 hektare ini hanya menjadi ”pengangguran” yang tidak memberikan nilai ekonomi, padahal dengan hamparan luas yang hampir sama, Indonesia Convention Exhibition Bumi Serpong Damai (ICE BSD) di Jakarta ternyata bisa diberdayakan sebagai salah satu venue bernilai ekonomi tinggi.

Selanjutnya adalah: Tidak hanya sebagai tempat seni pertunjukan

Seni Pertunjukan

ICE BSD tidak hanya hadir sebagai tempat seni pertunjukan. ICE BSD secara reguler menjadi beragam tempat buat aktivitas pameran bertaraf nasional maupun internasional. Pada ujungnya, tempat ini mampu menjadi sumber pendapatan daerah melalui mekanisme pajak.

Itulah harapan pada masa depan yang patut dipanjatkan terhadap revitalisasi bangunan eks PG Colomadu. Selain bisa bernilai ekonomi, revitalisasi ini setidaknya mengingatkan banyak pihak bahwa selama ini kita masih bersikap acuh tak acuh atas bangunan bernilai sejarah.

Hingga kini, bangunan yang  didirikan pada masa K.G.P.A.A. Mangkunagoro IV pada 1861 itu ternyata masih belum tercatat sebagai bangunan atau benda cagar budaya (BCB). Inilah ironi kita yang sangat kurang menghargai peninggalan masa lalu.

Kondisi semacam ini sebenarnya terjadi pula di berbagai pelosok daerah di Indonesia, padahal dengan nilai historis tersebut eks PG Colomadu akan memberikan nilai tambah ketika eksistensinya direvitalisasi.  Setidaknya revitalisasi ini akan menciptakan diferensiasi yang bersifat unik sebagaimana aneka venue seni pertunjukan di tempat lain.

Dengan daya tampung penonton yang disiapkan mencapai 3.000 orang dan ditunjang dengan sound acoustic berkualitas internasional, convention hall De Tjolomadoe tentu bisa menjadi venue memikat seperti halnya venue di SteelStacks di Bethlehem, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS).

Sebelum diberdayakan menjadi venue pertunjukan musik dunia, SteelStacks adalah pabrik baja terbesar di Amerika Serikat. Dengan asumsi kucuran anggaran Rp2 triliun untuk merevitalisasi eks PG Colomadu sesungguhnya tersimpan potensi besar untuk menggeliatkan ekonomi di daerah.

Rencana tersebut akan bisa tercapai jika pengelolaan venue ini dilakukan secara profesional serta mampu membaca kebutuhan pasar. Di sinilah peran dan keterlobatan pemerintah daerah dibutuhkan.

Dengan semangat otonomi daerah, sudah sepatutnya pengelola venue maupun pemerintah daerah bisa memberikan stimulus. Bentuknya dengan memberikan kemudahan kepada para pelaku industri kreatif supaya mereka tertarik memanfaatkan venue ini.

Selanjutnya adalah: Sejumlah kendala kerap mengadang

Kendala

Sayangnya, berdasar pengalaman saya sebagai pelaku aktif bisnis pertunjukan di banyak daerah, sejumlah kendala kerap mengadang upaya menggeliatkan ekonomi daerah lewat pendekatan ekonomi kreatif ini. Salah satunya berkaitan dengan regulasi pajak di daerah.

Merujuk Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 6 Tahun 2010, tarif pajak sebesar 35% menjadi salah satu kendala untuk merangsang para pelaku bisnis seni pertunjukan dalam menjalankan usahamereka. Implikasi pajak yang sebesar itu tentu akan berdampak pada harga tiket yang dibebankan kepada penonton atau konsumen.



Jika dibandingkan dengan Jakarta, tarif pajak yang dipatok oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar ini sesungguhnya masih sangat besar. Merujuk pada Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2015, tarif pajak untuk menggelar pertunjukan ditetapkan secara variatif.

Untuk pagelaran kesenian, musik, tari, dan atau busana berkelas lokal atau tradisional, pelaku bisnis tidak dikenakan pajak. Hal berbeda diberlakukan buat kegiatan sejenis yang bertaraf nasional dan internasional. Untuk kegiatan level nasional tarif pajak yang diberlakukan 5% dan tarif pajak 15% untuk pementasan internasional.

Berkaca pada mekanisme regulasi pajak di Jakarta, tentu pemerintah di daerah telah mulai mengatur siasat, utamanya Pemerintah Kabupaten Karanganyar. Ketika venue bertaraf internasional dihadirkan di Colomadu, sudah seharusnya mereka memberikan stimulus kepada para pelaku bisnis ekonomi kreatif untuk memanfaatkan venue tersebut.

Salah satunya adalah menurunkan tarif pajak hiburan (seni pertunjukan) yang masih cukup memberatkan. Ketika pemerintah daerah ingin menggenjot potensi ekonomi lokal lewat pendekatan ekonomi kreatif, seharusnya dibuka ruang-ruang kemudahan yang tidak lagi memberatkan para pelaku bisnis ini.

Sekali lagi, marilah kita menengok daerah yang maju dalam menjalankan potensi ekonomi kreatif seperti Jakarta. Tanpa hendak mengecilkan harapan terhadap lahirnya venue berkelas internasional seperti convention hall De Tjolomadoe, regulasi-regulasi yang memberatkan para pelaku bisnis ekonomi kreatif sudah saatnya ditinjau ulang.

Selanjutnya adalah: Merangsang tumbuhnya bisnis seni pertunjukan

Bisnis Seni Pertunjukan

Saya sangat yakin pada masa mendatang bekas bangunan pabrik gula ini akan dapat merangsang tumbuhnya pelaku bisnis seni pertunjukan di daerah yang ingin memanfaatkan venue ini. Ketika stimulus itu sudah dilakukan dengan menghadirkan venue berkualitas maka berikan pula kemudahan kepada para pelaku bisnis ini.

Inilah yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo, bahwa pemerintah di daerah seharusnya responsif dan paham terhadap potensi ekonomi kreatif yang akan menjadi pilar perekonomian masa mendatang.

Perlu dicatat pula bahwa efek domino dari penyelenggaraan konser atau seni pertunjukan yang menghadirkan musisi-musisi lokal dan mancanegara ke De Tjolomadoe ini tentu akan berdampak besar terhadap kunjungan wisatawan serta tingkat okupansi hotel maupun restoran di daerah.

Semua itu tentunya akan kembali menjadi potensi dan sumber pemasukan bagi daerah. Ketika wisatawan lokal dan mancanegara makin membanjiri Karanganyar, di sanalah ekonomi lokal akan  tumbuh dan menggeliat. Inilah harapan besar terhadap revitalisasi eks PG Colomadu. Sekarang, sudah siapkah Pemerintah Kabupaten Karanganyar merespons?

Akankah kehadiran musisi ternama David Foster di De Tjolomadoe pada Maret mendatang mampu membuktikan bahwa aktivitas ekonomi kreatif akan bisa menjadi sumber ekonomi masa depan untuk daerah? Inilah yang perlu kita upayakan dengan cara terus berusaha dan bekerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya