SOLOPOS.COM - Bandoe Widiarto (Istimewa)

Gagasan Solopos, Senin (27/6/2016), ditulis Bandoe Widiarto. Penulis adaah Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo.

Solopos.com, SOLO — Bank Indonesia dan pemerintah telah sepakat agar inflasi nasional dalam tren yang terus menurun. Untuk itu telah ditetapkan target inflasi nasional  tahun ini dan 2017 berada dalam rentang sasaran 4% plus/minus 1%, sementara inflasi pada 2018 ditetapkan sebesar 3,5% plus/minus 1%.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Roadmap inflasi di atas sangat diperlukan sebagai guidance bagi pemangku kepentingan di daerah dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang merupakan garda depan dalam pengendalian inflasi sehingga target inflasi yang ditetapkan dapat tercapai.

Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga tersebut berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti konsumsi masyarakat yang meningkat.

Ekspedisi Mudik 2024

Secara umum inflasi terjadi disebabkan oleh tiga hal. Pertama, harga bahan pangan bergejolak (volatile food). Kedua, harga barang yang dikendalikan pemerintah (administered prices). Ketiga, inflasi inti yang disebabkan tingginya permintaan, faktor eksternal, dan ekspektasi masyarakat.

Inflasi juga dapat terjadi akibat spekulasi masyarakat yang membeli kebutuhan rumah tangga secara berlebihan dan ditimbun. Sejauh ini, inflasi  nasional masih on track dengan target yang ditetapkan di atas.

Penjelasan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan realisasi inflasi (IHK) nasional Mei 2016 sebesar 0,24% (mtm) atau secara kumulatif 0,40% (ytd) sehingga secara  tahunan inflasi nasional tercatat 3,33% (yoy).

Inflasi pada Juni dan Juli 2016 diperkirakan akan meningkat seiring dengan tekanan harga yang terjadi pada Ramadan dan Idul Fitri (hari besar keagamaan nasional/HBKN). Tidak terkecuali Kota Solo sebagai salah satu kota dari 82 kota di Indonesia yang dihitung inflasinya.

Kota Solo perlu bersiap agar tekanan harga yang kerap terjadi pada saat HBKN tetap terkendali. Dengan terkelolanya inflasi di daerah diharapkan pada gilirannya akan berkonstribusi positif bagi pencapaian target inflasi  nasional.

Data selama lima tahun terakhir menunjukkan rata-rata inflasi Kota Solo pada saat HBKN tercatat sebesar 0,82% lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata realisasi inflasi di luar HBKN yang hanya tercatat 0,33%.

Komoditas yang secara persisten menjadi penyumbang inflasi di daerah ini  berturut-turut adalah daging ayam ras, beras, bawang merah, dan minyak goreng. Di sisi lain perkembangan inflasi Kota Solo sampai dengan akhir Mei 2016 masih relatif terkendali, yaitu di angka 0,68% (ytd) atau 3,53% (yoy).

Respons kebijakan seperti apa yang disiapkan TPID menjelang HBKN 2016 dan bagaimana pula prospek inflasi Kota Solo pada keseluruhan 2016 ini? Dalam menghadapi HBKN saat ini, TPID telah melakukan dua langkah strategis.

Pertama, meningkatkan koordinasi internal TPID dalam rangka mengoordinasikan, menginventarisasi, dan menyinergikan program aksi pengendalian harga yang akan dilaksanakan setiap instansi/badan/lembaga anggota TPID.

Kedua, meningkatkan koordinasi eksternal dengan beberapa stakeholders, di antaranya distributor dan pedagang besar, asosiasi, aparat penegak hukum, media massa/pers, dan alim ulama/tokoh masyarakat.

Secara umum dari rapat koordinasi diperoleh informasi bahwa stok kebutuhan pangan strategis di Solo selama HBKN berlangsung cukup untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat. Potensi gangguan/hambatan terkait dengan kelancaran distribusi barang juga relatif tidak ada.

Melengkapi dua langkah strategis di atas, TPID juga melaksanakan program aksi berupa  menjamin ketersediaan pasokan/stok, kelancaran distribusi barang, keterjangkauan harga, koordinas/ kerja sama, dan komunikasi kebijakan atau aksi 5K.

Dalam konteks penanganan ketersediaan stok beras, misalnya, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog), satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait, dan distributor beras di daerah bersinergi untuk menjaga kecukupan stok agar tetap aman selama dan setelah HBKN berlangsung.

Aparat penegak hukum dan dinas terkait berperan penting untuk menjaga kelancaran distribusi barang dan keterjangkauan harga melalui pengawasan yang ketat terhadap kemungkinan aksi mencari keuntungan melalui penimbunan barang. [Baca selanjutnya: Perilaku]Perilaku

Peran aktif dari masyarakat juga sangat penting dalam pengendalian inflasi mengingat hal itu melekat dengan perilaku. Tingkat konsumsi yang berlebihan dan bahkan  melebihi ketersediaan barang akan cenderung membuat harga barang merangkak naik.

Masyarakat yang bijak berkonsumsi dapat memainkan peran penting dengan berbelanja secara bijak dan cermat sehingga akan memaksa pihak-pihak tertentu untuk tidak memainkan harga seenaknya. Kondisi ini bisa kita lihat saat HBKN 2014, ketika Solo mengalami inflasi relatif rendah yang antara lain didukung perilaku masyarakat yang menerapkan pola pengaturan konsumsi dengan baik dan bijak

Pada masa depan tantangan pengendalian inflasi tentu tidak ringan, terutama yang berasal dari  kelompok bahan pangan strategis seperti beras, bawang merah, bawang putih, dan cabai. Pemicu inflasi dari kelompok ini disebabkan, antara lain, anomali cuaca yang mengakibatkan turunnya produksi pangan.

Selain itu juga disebabkan instrumen kebijakan stabilisasi harga yang masih terbatas sehingga belum mampu mengatasi sepenuhnya akar permasalahan yang kerap muncul dan masih dijumpainya rantai jalur distribusi yang panjang untuk kelompok bahan pangan tertentu.

Oleh karena itu, extra effort yang lebih baik dan terukur perlu dilakukan melalui koordinasi dan perencanaan yang lebih baik, komitmen dari seluruh stakeholders di daerah perlu diperkuat, kerja sama dengan daerah penghasil komoditas pangan perlu dipererat, serta perlunya peningkatan produksi pangan melalui program pengendalian inflasi berupa pengembangan cluster pangan yang terintegrasi, fokus, dan spesifik; termasuk di daerah-daerah penyangga.

Guna  menjaga optimisme target inflasi tetap dapat dicapai maka modal awal yang saat ini telah dimiliki harus bisa dipertahankan hingga akhir tahun seperti realisasi inflasi yang hingga saat ini masih terkendali, keberadaan dan koordinasi yang baik antaranggota TPID, termasuk TPID kabupaten/kota/provinsi lain dan terkelolanya dengan baik ekspektasi inflasi masyarakat.



Risiko inflasi yang berasal dari komoditas pangan yang selama ini menjadi sumber penyumbang terbesar inflasi harus dapat ditangani dengan baik. Manakala kedua hal di atas (modal dan tantangan) mampu dikelola dengan baik maka untuk keseluruhan 2016 inflasi Kota Solo diperkirakan akan bisa berada dalam rentang sasaran inflasi nasional, yaitu sebesar 3%-5%. Mari kita bersinergi menjaga inflasi demi pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya