SOLOPOS.COM - Muhammad Milkhan Bergiat di Bilik Literasi Solo. (FOTO/Istimewa)

Muhammad Milkhan
Bergiat di Bilik Literasi
Solo. (FOTO/Istimewa)

Warung Internet (warnet) menjamur di mana-mana beberapa tahun terakhir. Hal ini membuktikan Indonesia sedang girang menyambut perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan gadget tak menyurutkan bisnis warnet. Warnet sebagai penyedia jasa layanan mengakses Internet dan game online terus memperbarui model software dengan yang terbaru agar tak ketinggalan zaman dan ditinggal pelanggan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warnet kini semakin sporadis menyusup ke daerah-daerah pinggiran demi menuruti instruksi pelanggan. Warnet memanjakan pelanggan yang ingin lebih khusyuk ”beribadah di dunia maya”. Fasilitas yang nyaman, akses yang cepat, program yang lengkap dan selalu diperbarui dihadirkan demi ”ibadah dunia maya” yang khusyuk.

Anak-anak Indonesia tak mau berhujan-hujanan, berkotor-kotoran dan berkeringat ketika bermain di luar rumah. Mereka lebih memilih warnet untuk menghibur diri. Meski berkorban biaya, anak-anak Indonesia sudah merasa puas mengekspresikan diri mereka dengan bermain di dunia maya.

Kehebohan bakal terjadi saat ketegangan permainan sedang berlangsung, diwarnai teriakan bising, tanpa gerak dan sentuhan dengan tubuh lawan bermain. Imajinasi melonjak-lonjak, tapi kering rasa kepemilikan tubuh yang utuh. Warnet memang membantu mempermudah kita mencari dan memberi informasi lewat dunia maya, namun warnet juga lokasi bermain yang memilukan bagi anak-anak di zaman globalisasi dan modernisasi sekarang ini.

Setelah pulang sekolah mereka berduyun-duyun menuju arena bermain di dunia maya langganan mereka. Suasana penuh sesak dan mengantre tak jadi soal demi pemuasan batin dan pelampiasan rasa putus asa sebab instruksi pendidikan di sekolah yang sering membabi-buta. Seolah sudah hafal betul ruang dunia maya  mana yang ingin dimainkan, anak-anak tersebut lantas lupa dengan dunia nyata, dunia  yang memiliki tanah lapang, dunia yang berlangit biru tanpa pura-pura, dunia yang menghadirkan keringat dari pori-pori tersebab pancaran terik matahari yang sesungguhnya.

Kita hanya dapat menebak-nebak, generasi macam apa yang kelak dihasilkan dari dunia yang semacam ini. Dunia yang dibangun dari imajinasi permainan yang terkondisikan. Dunia yang diciptakan oleh beberapa orang yang memiliki kepentingan komersial semata. Anak-anak seolah tak diberi kuasa membentuk permainan mereka sendiri, bergerak sesuka hati dan memilih teman yang sesuai dengan keinginan mereka.

 

Ambigu

Mereka secara serempak digiring untuk memasuki dunia yang ambigu, yang akan membangun fondasi permainan untuk menuju ke pentas permainan yang sesungguhnya kelak di hari mereka harus melawan kerasnya hidup. Penertiban jam buka warnet oleh Pemerintah Kabupaten Klaten (SOLOPOS, 13/2) menjadi ikhtiar awal untuk mengurangi kebiasaan buruk pelajar yang gemar menghabiskan waktu di depan layar monitor, bukan di depan buku pelajaran.

Pemerintah Kabupaten Klaten berencana membatasi waktu operasionalisasi warung Internet yang sebelumnya 24 jam menjadi 14 jam, pukul 08.00 WIB-22.00 WIB. Rencana pembatasan waktu operasionalisasi warnet ini mengacu kepada persentase pengunjung warnet yang sebagian besar didominasi pelajar. Jika benar kebijakan ini akan diberlakukan dengan tegas, tentu tidak akan berpengaruh serius untuk menggiring pelajar menyadari kebiasaan buruk mereka bermain di depan layar komputer.

Warnet bagi mereka mungkin semacam ruang untuk melarikan diri dari cobaan sekolah, seperti halnya orang tua yang harus mendekatkan diri lebih dekat lagi kepada Tuhan sebab terpaan cobaan hidup yang tak kunjung reda. Bagi mereka, berkunjung ke warnet adalah kunjungan seperti laku spiritualitas berbalut ke-khusyuk-an, tak boleh diganggu oleh siapa pun. Seorang anak yang tak mengetahui informasi game terbaru di warnet maka dia harus menanggung risiko terkucil dari obrolan dan pergaulan dengan teman sebaya.

Jika hanya waktu buka warnet yang dipangkas, para pelajar penggemar warnet tentu akan mengatur siasat untuk mengubah jam hadir mereka sesuai dengan waktu yang ditentukan. Bisa dipastikan di jam-jam tertentu warnet akan penuh sesak oleh pelajar. Mereka akan tetap mencari ruang dunia maya yang digemari untuk menghibur diri. Sia-sia sudah usaha untuk menghilangkan kebiasaan buruk pelajar tersebut.

Kebijakan pembatasan waktu operasionalisasi warnet hanya akan berpengaruh buruk kepada pengusaha warnet. Mereka tentu akan kehilangan sisa waktu dalam merengguk untung, seperti apa yang dikhawatirkan oleh sebagian pengusaha warnet di daerah Klaten. Kebijakan tersebut hanya akan menambah jumlah pengangguran.

Memori kolektif yang tak variatif tercipta dalam benak anak-anak tersebut. Cerita yang hadir dari tiap obrolan yang muncul dari mereka hanyalah soal itu-itu saja, tentang game terbaru yang ditawarkan oleh Internet. Kalau pun ada yang baru pasti tak akan bertahan lama, karena semuanya serba cepat berganti dengan model game dan fasilitas terbaru.

Anak-anak tersebut serentak mengamini model terbaru tersebut, tanpa bisa melakukan interupsi. Anak-anak tak diperkenankan untuk mengemukakan pendapat sebab ini perintah langsung dari ”penguasa dunia maya” mereka. Yang dibutuhkan adalah ketaatan dan ”ketakwaan” dalam ”beribadah” di warnet.

Inilah nasib anak-anak yang lahir dari bangsa yang besar seperti ini, hingga karena begitu besarnya pihak penguasa terkadang alpa untuk mengurusi hal-hal yang terlihat remeh seperti fenomena warnet dan masa depan generasi bangsa. Kita mungkin mafhum bahwa warnet-warnet itu didirikan untuk membantu mereka yang ingin mengakses dunia maya dengan lebih cepat dan efektif.

Namun, dengan kehadiran anak-anak sekolah di warnet yang hanya ingin bermain game itu patut kita cermati sebagai sebuah problem yang tidak remeh. Tentu ini tanggung jawab kita semua. Kita melihat pertumbuhan anak-anak itu bukan lagi di depan tatapan mata kita, namun di depan tatapan mata dan asuhan layar kaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya