SOLOPOS.COM - Tri Karjono (Istimewa)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Kamis (25/01/2018). Esai ini karya Tri Karjono, anggota staf ahli Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Alamat e-mail penulis adalah karjono@bps.go.id.

Solopos.com, SOLO–Aglomerasi industri manufaktur pada suatu wilayah akan memberi dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah tersebut, salah satunya di Kabupaten Sukoharjo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Terjadinya aglomerasi industri manufaktur di Kabupaten Sukoharjo dapat dipahami karena sebagian wilayah kabupaten itu mengelilingi hampir setengah dari wilayah Kota Solo.

Kota Solo merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah. Sebagaimana kota besar lain, Kota Solo disangga oleh wilayah sekitarnya yang merupakan wilayah-wilayah dengan konsentrasi industri manufaktur lebih banyak dibanding dengan wilayah lain.

Potensi wilayah seperti ini ditangkap dan disikapi oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo melalui berbagai kebijakan daerah yang mendukung semakin kondusifnya perkembangan lapangan usaha industri manufaktur.

Salah satunya adalah dengan terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 14 Tahun 2011 tentang Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011-2031.

Pada paragraf ke-7 disebutkan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo membentuk kawasan peruntukan industri terutama untuk industri besar di empat kecamatan, yaitu Kartasura, Grogol, Sukoharjo, dan Nguter.

Selanjutnya adalah: Salah satu wilayah dengan pola usaha

Pola Usaha

Tidak mengherankan Kabupaten Sukoharjo berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2016 merupakan salah satu wilayah dengan pola lapangan usaha industri manufaktur yang teraglomerasi dengan angka hasil pengukuran location quotient (LQ)/pemusatan kegiatan ekonomi  sebesar 1,23 terutama pada usaha subsektor industri tekstil, industri pakaian jadi, dan industri furnitur yang terspesialisasi cukup kuat.

Di usaha industri tekstil mencapai angka LQ cukup besar, yaitu 2,70. Di Sukoharjo terdapat salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia yaitu PT Sritex yang mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 15.000 orang di samping beberapa perusahaan besar lain yang mempunyai tenaga kerja ribuan orang yang sebagian besar terpusat di Kecamatan Sukohajo, Grogol, dan Kartasura.

Dampak aglomerasi industri manufaktur di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi tahun 2016 yang mencapai 5,67%, di atas pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dan nasional.

Sumbangan dari lapangan usaha industri manufaktur merupakan yang tertinggi yaitu 39,20%, jauh di atas penyumbang terbesar kedua yaitu lapangan usaha perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor yang hanya sebesar 17,53%.

Terkonsentrasinya komunitas usaha industri manufaktur biasanya diikuti urbanisasi, yakni berkumpul dan bertambahnya jumlah tenaga kerja di wilayah tersebut.

Tidak selamanya suatu usaha, apalagi usaha/perusahaan yang bersifat padat karya atau usaha/perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, tenaga kerjanya dapat dipenuhi oleh penduduk sekitar wilayah usaha/perusahaan berada.

Selanjutnya adalah: Menyerap puluhan ribu tenaga kerja

Tenaga Kerja

Di Sukoharjo dengan beberapa perusahaan industri tekstil dan pakaian jadi yang menyerap puluhan ribu tenaga kerja membuktikan fenomena keramaian harian terjadi di beberapa ruas jalan menuju atau dari kabupaten/kota sekitar ke lokasi industri manufaktur di wilayah Kabupaten Sukoharjo.

Setiap hari, terutama pada saat-saat tertentu, dapat dipastikan jalanan sangat padat oleh kendaraan pekerja pabrik dan ini merupakan pemandangan yang  menjadi biasa.

Tidak sedikit pula tenaga kerja datang dari luar wilayah yang jauh yang acap kali berasal dari wilayah yang tidak mudah dijangkau dengan transportasi yang cepat, murah, dan lancar.

Fenonema yang biasa ini menjadi kian kentara ketika usaha/perusahaan tempat tenaga kerja tersebut bekerja menerapkan sistem sif. Kondisi demikian ini mengharuskan tenaga kerja mendapat akses yang mudah dan cepat ke lokasi kerja.

Tinggal sementara selama menjadi pekerja di dekat lokasi kerja merupakan satu-satunya solusi terbaik. Permintaan kebutuhan tempat tinggal atau rumah singgah selama mereka bekerja menjadikan sekitar lokasi usaha/perusahaan terpacu menyediakan jasa akomodasi yang cukup.

Selanjutnya adalah: Penyediaan sarana akomodasi seperti rumah

Akomodasi

Hal ini mendorong muncul dan tumbuhnya usaha penyediaan sarana akomodasi seperti rumah/kamar kontrakan dan kamar tempat indekos pekerja.

Hasil Sensus Ekonomi 2016 menunjukkan bahwa 99,07% usaha jasa akomodasi di Kabupaten Sukoharjo merupakan kelompok usaha penyediaan akomodasi lainnya.

Di dalamnya terdiri atas usaha penyediaan akomodasi untuk jangka yang lebih lama atau sementara baik kamar sendiri atau kamar bersama atau asrama untuk pelajar, pekerja musiman, dan sejenisnya.

Sebagian di antaranya adalah asrama atau pondok pekerja dan rumah tempat indekos. Dari seluruh penyediaan jasa akomodasi lainnya tersebut, sebagian besar lokasi usaha berada di tiga kecamatan konsentrasi tenaga kerja perusahaan manufaktur besar, yaitu Kecamatan Kartasura, Grogol, dan Sukoharjo.

Terlibatnya masyarakat sekitar dan para pendatang dalam aktivitas usaha industri manufaktur mengakibatkan berkurang atau tidak adanya waktu untuk mengolah dan mengusahakan makanan sendiri.

Membeli makanan jadi menjadi pilihan praktis, apalagi waktu yang disediakan perusahaan untuk istirahat makan terbatas.



Akibat tuntutan sekaligus peluang tersebut maka berkembanglah usaha penyediaan makanan dan minuman di sekitar wilayah usaha industri berada.

Dari seluruh usaha penyediaan makanan dan minuman ini, hampir semuanya merupakan penyediaan makanan dan minuman di luar restoran dengan skala mikro atau kecil.

Hal ini dapat dipahami karena dengan dana terbatas dan tuntutan kebutuhan rutin maka warung makan, kedai, penjual makanan/jajanan keliling, dan semacamnya menjadi pilihan para pekerja.

Selanjutnya adalah: Kosentrasi usaha penyediaan makanan dan minuman

Makanan

Sama halnya dengan jasa akomodasi, konsentrasi usaha penyediaan makanan dan minuman ini juga berada di sebagian wilayah Kabupaten Sukoharjo dengan konsentrasi tenaga kerja perusahaan industri manufaktur berada.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara langsung kondisi sektor industri manufaktur di Kabupaten Sukoharjo yang berkembang dan teraglomerasi mampu meningkatkan perkembangan sektor usaha penyediaan akomodasi dan makanan serta minuman, utamanya usaha dengan skala mikro dan kecil.

Nilai aglomerasi (LQ) sektor industri manufaktur pada beberapa subkegiatan yang cukub besar terbukti mampu menciptakan aglomerasi pada sektor penyediaan akomodasi dan makanan serta minuman.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya