SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Diduga lantaran stres karena tak juga dapat menemukan pasangan hidup, Asnawi, 24, warga Kembaran RT 05, Tamantirto, Kasihan, Bantul nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, Senin (15/8) pagi. Meski begitu, polisi masih menyelidiki kepastian kematian korban.

Berdasarkan data yang dihimpun Harian Jogja, Asnawi ditemukan ibunya, Ruminah,50, dalam posisi tergantung pada tali tampar di lantai dua rumahnya. Ruminah yang baru saja pulang dari pasar langsung histeris dan memanggil anaknya yang lain, Warsono,37.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

“Setelah diberitahu ibu kalau Asnawi gantung diri, saya langsung ke atas dan menurunkan Asnawi dari tempatnya,” ujar Warsono dalam kesaksiannya kepada polisi.

Tak berselang lama dari ditemukannya korban, petugas polisi dari Polsek Kasihan dipimpin Kanit Reskrim AKP Ngadiyanta mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) yang jaraknya hanya sekitar 500 meter. Di lokasi, polisi mendapati, korban sudah tak bernafas dengan kelamin yang diikat menggunakan karet gelang pada bagian ujungnya dan mengeluarkan cairan pada bagian hidung.

Menurut ayah korban, Slamet,87, putra kelimanya tersebut mengalami depresi. Malam sebelumnya, Asnawi dibiarkan tidur agar mendapatkan ketenangan. Keesokan harinya, Asnawi belum bangun ketika ditinggal ibunya ke pasar, sementara dirinya ke sawah. “Kemungkinan ketika rumah sepi. Asnawi baru naik ke atas (lantai dua),” jelasnya.

Depresi itu, kata Slamet, sudah dialami anaknya kurang lebih dua tahun. Selepas tamat dari paket C, Asnawi minta dinikahkan. Tapi Slamet memintanya untuk mencari sendiri calon istri yang sesuai dengan keinginannya. Permintaan itu dijalaninya. Asnawi kemudian pergi ke rumah teman wanitanya di daerah Bangunjiwo yang masih berada dalam satu kecamatan. “Dan teman wanitanya itu mau (dinikahi), asalkan dibelikan motor,” katanya.

Setelah mendapatkan tuntutan dari teman wanitanya itu, Asnawi bingung dan menceritakan kepada Slamet. Tapi,sulit dipenuhi. Lalu, Asnawi sering mengeluh sakit kepala dan demam. Sebelum kejadian itu, Asnawi sempat melakukan percobaan gantung diri sebanyak dua kali, tapi gagal. “Asnawi  pernah kami obatkan ke Pakem (Rumah Sakit Jiwa). Ketika demam, Asnawi juga langsung kami bawa ke sana,” ujar Slamet.

Kejadian ini bukan pertama kali dialaminya. Adik Asnawi, Heru Iswanto, 18, belum genap 1,5 tahun ini juga gantung diri di tempat yang sama. Menurut Slamet, Heru gantung diri karena tak kuat menanggung kehidupan ekonomi. “Untuk sekolah SMP, dia nyambi bekerja dengan mengamen. Tapi dia tidak pernah pegang uang. Uangnya cuma dimintai temannya. Mungkin buat ngepil, karena ketika ditemuka gantung ada botol pil,” katanya.

Kapolsek Kasihan Kompol Beja mengatakan dari pemeriksaan Puskesmas setempat, tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan sehingga mengarahkan jika korban tewas murni karena gantung diri. Namun Beja belum mengaku pihaknya masih akan melakukan pemeriksaan terhadap para saksi-saksi. “Jika hasilnya klop dengan pemeriksaan Puskesmas, barulah berani kami putuskan. Kami masih menyelidikinya,” katanya.(Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya