SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ternyata gabah yang digiling hanya sekali menghasilkan beras dengan kandungan zat besi 40% lebih banyak dibanding beras yang digiling hingga bersih.

Bila dicampur dengan bekatul dan kedelai, maka beras yang digiling sekali – ditandai masih punya lapisan coklat di setiap bulirnya – bisa menjadi makanan pencegah anemia pada bayi.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Manfaat itu kesimpulan penelitian sekelompok mahasiswa Fakultas Teknologi Pangan Hasil Pertanian UGM. Bahkan penelitian pemanfaatan makanan olahan berbahan beras itu meraih juara dua Student Competition International Food Technology USA.

Ekspedisi Mudik 2024

Aprilita Kusumawardhani, ketua tim peneliti menguraikan pengembangan makanan berbasis beras itu dilakukan sejak November 2010. Penelitian dilakukan bersama rekan fakultasnya, Gaung Ranggatama, Afni Fitriana, Haritsah Setya Nur Aeni serta Avelia Genetika Indriani.

“Kami mengembangkan beras parboiled [lapisan kulit padi tidak terlepas semua], bekatul, dan kedelai menjadi bubur bayi yang dapat dikonsumsi sebagai nutrisi penambah zat besi,” jelas Aprilita terkait dengan penelitian timnya, Kamis (23/6).

Beras, bekatul, kedelai, lanjut dia, diolah menjadi tepung yang dinamai Sae. Kedelai bahan Sae yang dipilih varietas Grobogan karena mengandung 40% protein lebih banyak. Protein penting untuk pembentukan hemoglobin.

Adapun cara pembuatan Sae, antara lain beras parboiled dikukus, dikeringkan, digiling, lalu dijadikan tepung. Bekatul dan kedelai juga dikukus kemudian dicampur dengan minyak sawit, tepung beras parboiled, serta gula.

Semua bahan tersebut dimasak, setelah mendidih dikeringkan dengan oven hingga menyerupai kerak. Lalu dihancurkan dengan blender dan diayak sebelum dikemas. Setelah berada dalam kemasan, produk ini dapat bertahan hingga dua tahun, sekalipun tanpa bahan pengawet.

Satu kemasan Sae berisi dua sajian dengan berat 60 gram per bungkus. Angka kecukupan gizi setiap satu kali sajian meliputi 50% zat besi, 55% protein dan 35% kalori. “Tepung bisa dijadikan bubur dengan diseduh air panas terlebih dahulu,” jelas Aprilita yang menjuarai lomba pengembangan produk di Amerika 13 Juni lalu itu.

Aprilita berharap karya kelompoknya bermanfaat mencegah anemia pada balita. Terlebih 27,7% bayi atau 8 juta bayi di Indonesia menderita anemia. Kebutuhan zat besi balita ialah 8 miligram per hari. “Persoalan ini nyata dan kritis, sehingga harapannya melalui makanan olahan yang kami kembangkan dapat bermanfaat mencegah anemia pada balita,” harapnya.(Wartawan Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Foto: Para penemu tepung sae, (dari kiri ke kanan), Hartisah Setya Nur Aeni, Aprilita Kusumawardhani, Gaung Ranggatama, Avelia Genetika Indriani, Afni Fitriana.

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya