SOLOPOS.COM - Siswa baru bersalaman dengan gurunya di SDN Nogopuro Depok Sleman, Senin (18/7/206). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Full day school masih menjadi polemik

Harianjogja.com, SLEMAN- Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerapkan full day school menuai pro dan kontra.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejumlah sekolah keberatan bila kebijakan itu diterapkan dalam waktu dekat. Selain masalah sarana dan prasarana yang tidak merata, guru saat ini masih disibukkan dengan urusan laporan dan administrasi.

Pihak sekolah merasa keberatan dikarenakan menumpuknya beban administrasi yang harus dijalankan guru. Belum lagi, tunjangan bagi guru bila ada penambahan jam belajar.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMPN 3 Depok Sleman Suhartono berharap agar Kemendikbud melihat lebih dulu kondisi di lapangan sebelum kebijakan tersebut direalisasikan. Menurutnya, guru saat ini sudah dibebani dengan berbagai hal yang sifatnya administrasi.

Belum lagi mereka harus memenuhi jam mengajar 24 jam perminggu. “Guru juga harus menyiapkan pelajaran, menyusun silabus, membuat slide dan melakukan berbagai macam penilaian lainnya dalam kurikulum 2013,” katanya, Selasa (9/8/2016).

Hal senada disampaikan, Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Prambanan Agus Dwiyono. Sampai saat ini dia belum mengetahui konsep full day school yang dicetuskan Mendikbud. Menurutnya, jika kebijakan tersebut diterapkan dalam waktu dekat, sekolah dinilai belum menerapkannya. Alasan Agus, beban guru saat ini besar.

“Kalau siswa seharian di sekolah, bisa jadi mereka akan bosan karena tidak ada kegiatan yang menarik. Jadi kebijakan itu harus dikaji benar. Kami akan mengikuti kalau sudah menjadi keputusan,” ujarnya.

Sementara, Guru SDN Rejodani, Sariharjo, Ngaglik Eko Yulianto menilai, sekolah-sekolah di pinggiran tidak siap dengan sistem full day. Pasalnya, sarana dan prasarana di sekolah pinggiran banyak yang belum memadai.

“Saat ini beban guru masih disibukkan dengan laporan-laporan. Kalau itu diterapkan, beban guru akan semakin berat. Padahal mereka punya keluarga, saya khawatir kebijakan itu akan menimbulkan persoalan baru bagi guru,” ucapnya.

Selain itu, Eko berharap agar aspek psikologi anak juga harus diperhatikan. Selain diterpa rasa bosan, Eko kawatir anak akan jauh dari lingkungannya. Padahal banyak pelajaran yang diterima di luar sekolah.

“Kalau terlalu lama di sekolah, itu bisa menyita waktu anak untuk bermain. Bagaimanapun juga yang terpenting adalah bagaimana anak mendapat kualitas pembelajarannya, bukan lama belajar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya