SOLOPOS.COM - Salah satu pesawat tanpa awak pada Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2015 di Pangkalan Udara Gading, Playen Gunungkidul, Kamis (18/9/2015).( Harian Jogja/Uli Febriarni)

Foto udara hasil karya robot terbang tanpa awak sudah bisa dikomersilkan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Peta hasil karya mahasiswa yang bersaing dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2015 dinilai sudah siap untuk dikomersilkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dosen Fakultas Teknologi Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung, Djoko Sardjadi bahkan meyakini para mahasiswa yang menjadi peserta, sudah bisa memulai membuka perusahaan yang menjual jasa foto udara menggunakan Pesawat Tanpa Awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV).

Hal itu ia ungkapkan setelah melihat sejumlah peta yang dihasilkan dari peserta KRTI 2015 divisi fixed wing kelas mapping (pemetaan), Sabtu (19/9/2015). Djoko bahkan memuji teknologi UAV hasil rakitan mahasiswa sudah berkualitas tinggi.

Ekspedisi Mudik 2024

Selama ini, sambungnya, layanan foto udara masih dikuasai oleh Bandung dan Jakarta, maka Djoko ingin mahasiswa di tiap wilayah bisa melakukan hal yang sama.

“Misalnya pemetaan di Sulawesi Selatan, anak muda di Makassar bisa melakukannya, untuk kebutuhan di sana. Volume ekonomi yang bergerak dari kegiatan perusahaan foto udara saat ini mencapai Rp1 miliar per minggu [pekan],” ungkap salah seorang inisiator pengembang teknologi UAV di Indonesia ini.

Meski demikian ia menegaskan, bukan hanya penguasaan medan yang mendukung kualitas pemetaan lebih baik lagi, melainkan juga proses latihan.

Ia menambahkan, kualitas gambar foto peta bisa menjadi lebih jernih ketika kualitas kamera juga mendukung. Disinggung mengenai bentuk pesawat, ia menyarankan bahwa dalam memilih bentuk pesawat, lebih baik apabila menyesuaikan misi yang dibawa. Misalnya, orang dengan mobilitas tinggi bisa membuat UAV dengan bentuk lebih simpel.

Koordinator Dewan Juri, Gesang Nugroho menjelaskan, UAV yang dikompetisikan dalam KRTI 2015 meliputi divisi Racing Jet (RJ) terdiri kelas light weight dan kelas heavy weight, divisi fixed wing (FW) meliputi kelas monitoring dan kelas mapping serta divisi Vertical Take off landing (VTol) meliputi kelas water based fire distinguiser dan kelas non water based fire distinguisher.

Khusus untuk divisi FW kelas monitoring, dari 18 tim peserta, hanya dua tim yang mampu menyelesaikan misi dengan baik. Kelemahan tim yang belum berhasil ialah take off yang belum berhasil, dan kekurangan pada sistem auto pilot.

Sedangkan untuk kelas mapping, di mana peserta ditugaskan membuat peta dari lahan seluas 500 meter x 1.500 meter persegi, dari 10 tim, hanya lima yang berhasil menyelesaikan misi yang diberi waktu satu jam itu. Kegagalan yang dialami lima tim lainnya juga berasal dari sisi auto pilot dan take off yang belum berhasil.

Namun secara umum, dari KRTI pertama hingga KRTI 2015, capaian yang mampu diraih peserta semakin tinggi. Foto peta yang dihasilkan juga sudah baik dan siap digunakan untuk kebutuhan pemetaan wilayah.

Gesang menerangkan, kualitas foto dinyatakan siap untuk digunakan apabila hasil gambar jernih, tidak ada blank spot (daerah tidak terjangkau, hingga tidak tergambar kamera), tanpa distorsi.

“Misalnya sebuah jalan, jalan itu berbentuk lurus, gambar yang baik akan menampilkan sesuai kondisi aslinya, namun gambar yang distorsi akan menampilkan gambar jalan itu patah atau tidak lurus. Kualitas peta juga lebih baik apabila berwarna, agar mudah dianalisis,” paparnya.

Dimintai keterangan mengenai aplikasi UAV untuk kebutuhan pemetaan wilayah oleh Pemkab Gunungkidul, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul, Tommy Harahap menilai bahwa teknologi yang ditawarkan oleh mahasiswa ini sangat bagus. Bukan tidak mungkin, apabila teknologi ini dikembangkan dengan lebih baik, Pemkab bisa mengakomodirnya.

“UAV dalam KRTI kan masih kontes, kalau misalnya teknologinya sudah dikembangkan lebih bagus dan biaya penggunaannya murah, kenapa tidak [menggunakannya]?,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya