SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Musim penghujan disertai angin kencang melanda wilayah Soloraya dalam beberapa pekan terakhir. Cuaca seperti ini tentu berpengaruh pada dunia penerbangan. Sekitar 17 tahun lalu, tepatnya Rabu, 16 Januari 2002, warga Desa Serenan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten dikejutkan dengan mendaratnya pesawat Boeing 737-300 Garuda Indonesia GA421 di Sungai Bengawan Solo.

Lokasi pendaratan pesawat tersebut berada di sisi timur desa yang terkenal sebagai penghasil ukiran di Klaten. Kala itu, pesawat terbang dari Ampenan (Mataram) dengan tujuan Jogja. Pesawat yBoeing 737-300 Garuda Indonesia GA421 yang dipiloti Abdul Rozaq dan kopilot Haryadi tersebut tiba-tiba kehilangan daya dorong akibat kedua mesin jetnya mati lantaran terkena badai es saat menembus awan kumulonimbus.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Pesawat kemudian meluncur tanpa mesin dari ketinggian sekitar 23.000 kaki dan akhirnya mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo. Dalam insiden itu seorang pramugari, Santi Anggareni, meninggal dunia. Sementara 54 penumpang dan empat awak lainnya selamat, meski mengalami luka-luka.

Kecelakaan tersebut mendapat sorotan dunia internasional terutama Amerika Serikat selaku produsen Boeing yang juga menurunkan tim investigasi National Transportasi Sefety Board (NTSB), membantu penyelidikan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Berikut foto kecelakaan pesawat memilukan yang berhasil diabadikan dalam mata lensa jurnalis foto Solopos, Sunaryo Haryo Bayu:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya