SOLOPOS.COM - Warga di Dukuh/Desa Bonagung RT 025, Tanon, Sragen, menata serpihan fosil hingga membentuk gading gajah sepanjang 4 meter, Sabtu (25/1/2020). (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Lima fosil hewan purba ditemukan di Situs Sangiran Sragen dan sekitarnya selama Januari 2020. Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran melakukan upaya penyelamatan terhadap benda cagar budaya itu.

Kasi Perlindungan BPSMP Sangiran, Dody Wiranto, mengatakan fosil-fosil itu tersingkap ke permukaan rata-rata karena pengaruh longsoran tanah selama musim hujan ini. Fosil-fosil itu ditemukan warga sekitar setelah mencermati longsoran tanah di perkebunan mereka.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada pula fosil yang ditemukan secara tidak sengaja yakni ketika petani hendak menyemai bibit tanaman. Dody mengatakan benda cagar budaya seperti fosil itu dilindungi negara.

Ada Festival Durian di Terminal Tirtonadi Solo, 100 Buah Dibagikan Gratis

“Kami berupaya menyelamatkan aset milik negara itu. Selama Januari, kami telah menyelamatkan lima fosil dari lima lokasi berbeda. Terakhir, fosil itu ditemukan di Desa Bonagung, Kecamatan Tanon,” terang Dody Wiranto kepada Solopos.com, Kamis (30/1/2020).

Selain fosil gading gajah purba yang ditemukan di Desa Bonagung, fosil lain yang baru ditemukan adalah fragmen rusuk gajah purba di Dukuh Grogolan, Desa Bukuran, Kalijambe, Rabu (8/1/2020). Fragmen tanduk dan tengkorak kerbau purba atau Bubalus paleokerabau ditemukan di Dukuh Bojong, Desa Manyarejo, Plupuh, Kamis (23/1/2020).

Di hari yang sama, fragmen rusuk gajah purba ditemukan di Desa Cangkol, Plupuh. Sehari setelahnya, Jumat (24/1/2020), fragmen tulang panggul kerbau purba juga ditemukan di Dukuh Bojong, Desa Manyarejo, Plupuh.

6.500 Karung Siap Tambal Tanggul Sungai Gamping Klaten yang Jebol

“Pada musim hujan seperti ini tanah di Situs Sangiran memang kerap longsor. Longsoran tanah itu membuat fosil-fosil yang sebelumnya terkubur dalam tanah menjadi terlihat. Kebanyakan fosil yang ditemukan itu sudah tidak utuh atau jadi bagian dari anatomi tulang hewan purba,” jelas Dody.

Dody mengakui kebanyakan fosil yang ditemukan di Situs Sangiran itu berupa tulang hewan purba. Kali terakhir, fragmen tulang rahang manusia purba berjenis Homo erectus ditemukan tiga tahun lalu di Desa Manyarejo.

Kala itu, warga penemu fosil diganjar kompensasi Rp15 juta. Dody menjelaskan mengapa fosil manusia purba itu jarang ditemukan.

Kali Mungkung Meluap, 706 Rumah Warga di Sragen Kebanjiran

Menurutnya, hal itu karena tulang manusia itu lebih tipis sehingga tidak bertahan lama. Itu pula sebabnya jarang ditemukan fosil burung atau ular yang bertulang tipis.

“Kalau fosil binatang seperti kerbau atau gajah purba kan ukurannya besar-besar sehingga lebih tahan lama terkubur dalam tanah,” papar Dody.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya