SOLOPOS.COM - Ketua Forum Silaturahmi Mujahid (FSM) Jawa Tengah yang juga mantan terpidana kasus bom Bali I Joko Tri Harmanto (kiri) bersama Slamet eks-Mujahid peristiwa Moro (dua dari kiri) memberikan keterangan kepada wartawan di Masjid Al Wustho Solo, Jumat (12/10/2012) yang menyatakan kegiatan jihad masih terus ada. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Ketua Forum Silaturahmi Mujahid (FSM) Jawa Tengah yang juga mantan terpidana kasus bom Bali I Joko Tri Harmanto (kiri) bersama Slamet eks-Mujahid peristiwa Moro (dua dari kiri) memberikan keterangan kepada wartawan di Masjid Al Wustho Solo, Jumat (12/10/2012) yang menyatakan kegiatan jihad masih terus ada. (Foto: JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SOLO–Ketua Forum Silaturahmi Mujahid (FSM) Jawa Tengah, Joko Tri Harmanto, 34, mantan terpidana kasus Bom Bali I, mengatakan tak ada kata menyesal untuk berjuang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, FSM menggelar pertemuan di serambi Masjid Alwustha Mangkunegaran, Jumat (12/10/2012).  Hadir dalam pertemuan itu yang juga mantan terpidana kasus BB I, Joko Tri Harmanto, 34; eks-mujahid peristiwa Poso dan Ambon, Yuli Sakban, 32 dan eks-mujahid peristiwa Moro, Slamet, 64.

Diceritakan Joko, ia ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror di Solo 2004 silam lantaran terlibat turut serta dalam terorisme dengan menyembunyikan teroris Noordin M Top.

Teroris yang tewas tertembak saat penyergapan di Mojosongo, Jebres, Solo 2009, lalu itu pernah tidur di rumah Ustads Jack, sapaan akrab Joko, selama beberapa lama. Atas keterlibatannya itu ia dipenjara di LP Cipinang selama lebih dari lima tahun.

Ia divonis lantaran secara sah melanggar Pasal 13 dan Pasal 15 UU RI No 15 Tahun 2003 tentang Terorisme. Ia akhirnya bisa menghirup udara segar pada 2008.

“Saya kenal Noordin di Solo. Ia pernah menginap di rumah saya waktu itu di Penumping,” kata lelaki yang saat ini membuka usaha jual busana muslim itu.

Setelah keluar dari penjara, imbuh Joko, ia kerap mendapatkan intimidasi. Namun ia menolak menerangkan intimidasi itu dari siapa dan terkait hal apa.

Ditambahkan Yuli, para ihkwan di daerah-daerah berdoa bersama bagi terpidana bom Bali Imam Samudra, Amrozi dan Muklas, Jumat. Hal itu menurut Yuli bukan bentuk peringatan peristiwa BB I yang terjadi 12 Oktober 2002 silam. Acara yang digelar sekadar untuk mengevaluasi. Yuli tak menjelaskan evaluasi untuk tujuan jihad atau tujuan lainnya.

“Ini bukan peringatan. Dalam keyakinan kami tidak ada istilah peringatan peristiwa ini atau itu,” pungkas Yuli.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya