SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/Dwi Prasetya)

SUKOHARJO — Munculnya penyakit flu burung atau avian influence (AI) yang menyerang puluhan ekor ayam di Dukuh Ngambak Kalang RT 002/RW 012, Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, disebabkan oleh kondisi kandang ayam yang lembab. Hal itu diketahui setelah tim dari Dinas Pertanian (Distan) Sukoharjo, mengecek kondisi kandang ayam milik Mardi Siswoyo di dusun tersebut.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala UPTD Pos Kesehatan Hewan Distan Sukoharjo, Ngatmini, mengatakan kendati saat ini intensitas hujan sangat jarang, namun saat dicek, kondisi kandang ayam milik Mardi sencerung lembab. “Sinar matahari tidak bisa masuk ke dalam kandang, sehingga menyebabkan kandang lembab. Seharusnya di dalam kandang terdapat ventilasi udara dan lubang atap agar matahari tetap bisa masuk, sehingga tidak lembab,” terang Ngatmini di kantor Distan Sukoharjo, Jumat (10/5/2013).

Ia mengatakan, sudah menjadi risiko bahwa ruangan yang lembab memang bisa memacu munculnya virus. Pasalnya, semua penyakit yang bersumber dari virus, biasanya akan cepat tumbuh di daerah yang lembab. Terlebih lagi kandang ayam milik Mardi berada di dekat rumah, sehingga tidak tersinari matahari. Kalau kandang di luar, tambahnya, justu lebih bagus karena bisa mendapatkan sinar yang cukup.

Selain lembab, sambung Ngatmini, kondisi kandang ayam milik Mardi juga jarang dibersihkan. Ia mendapati di lantai kandang sebetulnya sudah dipasangi papan, namun papan tersebut terlalu kecil sehingga kotoran ayam tidak bisa tertampung di papan.

Kondisi ayam juga perlu diperhatikan. Bila ada tanda-tanda yang tidak biasa, seperti ayam tak mau makan atau lemas seketika, pemelihara perlu mewaspadainya. “Kadang ayam buras sering tidak diperhatikan,” paparnya. Ia mengatakan, begitu mendapatkan laporan terdapat puluhan ayam yang mati mendadak, pihaknya langsung memberikan penyuluhan kepada warga yang memelihara ayam serta menyemprotkan desinfektan ke kandang dan ayam yang masih hidup. Distan juga akan memonitor dan mengevaluasi kondisi unggas di Wirun.

Kematian ayam secara beruntun, kata dia, hanya terjadi pada ayam milik Mardi. Sedangkan d kandang ayam warga lain nihil AI. Namun pihaknya tetap memonitor penyebaran dan perkebangannya.

Setelah ayam yang terinfeksi virus H5N1 itu dibakar dan dikubur, biasanya selama tiga hari selanjutnya aktivitas penyakit tersebut lumpuh. Pembakaran dan penguburan dilakukan untuk memotong rantai penyebaran virus.

Namun agar pencegahannya lebih intensif, selama dua pekan berturut-turut ayam yang berada di dusun itu, imbuh Ngatmini, sebaiknya tidak keluar dari lingkungan setempat agar tidak menyebar ke lokasi lain. “Harus dibarengi dengan peningkatan kebersihan kandang dan peningkatan security lalu lintas unggas,” ungkapnya. Pihaknya sudah memberikan lima liter desinfektan ke warga, sehingga bila ada kasus AI, warga bisa langsung menanganinya. Bila masih kurang, pihaknya menyediakan desinfektan di UPTD Pertanian Kecamatan Mojolaban.

Mengenai penularan flu burung ke manusia, imbuh Ngatmini, biasanya masa inkubasinya selama sepekan, hingga suspect atau gejala klinis AI timbul. “Jadi pemilik ayam yang dibawa ke RS Moewardi kemarin masih suspect AI karena memiliki latar belakang peternak rumahan yang ayamnya mati mendadak,” ungkap Ngatmini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya