SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

JAKARTA – Pemerintah tidak akan melarang impor itik (day old duck/DOD) dan telur tetas itik, karena importasi selama ini hanya berasal dari Inggris, Jerman, dan Malaysia, yang sudah terbebas dari virus avian influenza (flu burung), kendati saat ini di dalam negeri sedang ada wabah flu burung yang menyerang itik (bebek) di dalam negeri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Pujiatmoko mengatakan impor itik selama ini berasal dari negara yang sudah bebas dari virus avian influenza yaitu Inggris, Jerman, dan Malaysia. Sebaliknya, impor itik dari negara yang belum terbebas flu burung tidak diperbolehkan. “Impor itik boleh tetapi yang berasal dari negara yang bebas dari virus flu burung yaitu Inggris, Malaysia, dan Jerman,” ujarnya saat Diskusi Perkembangan Wabah Flu Burung Terhadap Itik, Kamis (13/12/2012).

Importir anak itik dan telur tetas itik selama ini adalah CV Putra Prima, PT Quality dan PT Central Avian (Charoen Pokphand). Pada 2011, PT Subur ikut impor itik pada tahun lalu, tetapi pada tahun ini tidak impor lagi. Impor anak itik (betina dan jantan) Januari-November 2012 sebanyak 25.005 ekor turun 30,8% dibandingkan dengan tahun lalu 35.490 ekor. Sementara itu, impor telur tetas (betina dan jantan) pada Januari-November 2012 sebanyak 51.010 butir naik 145,2% dibandingkan dengan tahun lalu 20.800 butir.

“Mereka [virus flu burung] bisa berasal dari tempat atau negara-negara lain. Nah, kemudian ada juga kemungkinan masuknya impor secara ilegal walaupun kita sendiri … kalau impor seara ilegal kami dapat masukan, ini harus diwaspadai, tetapi ini pembuktiannya belum tahu. Meski kita sendiri melarang untuk melakukan impor dari negara-negara yang tertular.”

Serangan wabah virus avian influenza itu merupakan clade 2.3.2, yaitu strain baru yang berbeda dengan clade 2.1.3 seperti yang pernah terjadi pada 2004. Pusat ternak itik berada di sepanjang pantai utara Jawa, Lombok, dan Kalimantan Selatan. Penyebab virus itu kemungkinan dari mutasi genetika virus avian influenza yang tidak diketahui selama ini atau kemungkinan intriduksi virus baru dari luar negeri yang sudah tertukar penyakit flu burung.

Dia belum dapat memastikan apakah penyebab dari mutasi genetik virus flu burung yang selama ini sudah ada di Indonesia. Soal penyebab wabah flu burung yang menyerang itik itu, katanya, sampai saat ini masih terus diselidiki dan penelitian mendalam. Menurut data Kementan, data itik yang mati di Jawa Tengah sampai 12 Desember 2012 sebanyak 61.458 ekor atau 0,75% dari total populasi itik dan entok di Jawa Tengah sebanyak 8,16 juta ekor.

Sementara itu, data dari Himpunan Pengusaha Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), jumlah itik yang mati sampai saat ini sudah mencapai 320.000 ekor atau 0,6% dari total populasi itik di Tanah Air 53 juta ekor. Pujiatmoko menyatakan total itik yang mati sampai saat ini karena virus AI masih dalam proses pendataan oleh para petugas dinas di lapangan.

Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melaporkan kasus baru tersebut ke Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) pada 10 Desember 2012, sedang dalam proses mendaftarkan genetik virus AI pada itik di Indonesia tersebut ke Gene Bank. Menurutnya, strategi paling tepat untuk mencegah perluasan virus flu burung tersebut dengan depopulasi (pembasmian) terbatas terhadap itik yang sudah terserang flu burung.

Dia menuturkan strategi depopulasi menghadapi hambatan tuntutan peternak terhadap kompensasi, sedangkan pemerintah tidak tersedia anggaran biaya kompensasi maupun operasional depopulasi tersebut. Kesadaran peternak, lanjutnya, masih rendah untuk melakukan depopulasi tanpa kompensasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya