SOLOPOS.COM - RAWAN PENYAKIT -- Banjir yang seringh terjadi di musim hujan ini meningkatkan risiko berjangkitnya berbagai penyakit, di antaranya leptospirosis. (JIBI/SOLOPOS/dok)

RAWAN PENYAKIT -- Banjir yang seringh terjadi di musim hujan ini meningkatkan risiko berjangkitnya berbagai penyakit, di antaranya leptospirosis. (JIBI/SOLOPOS/dok)

JOGJA — Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian Kota Jogja menyebut belum ada laporan terkait persebaran penyakit flu burung dan leptospirosis. Kendati demikian pihaknya meminta warga untuk aktif melapor jika menemukan gejala persebaran penyakit tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kabid Pertanian Disperindagkoptan Kota Jogja, Benny Nurhantoro menjelaskan sejauh ini pihaknya belum menerima laporan terkait dugaan persebaran penyakit flu burung dan leptospirosis. Kendati demikian dia menyebut sejumlah upaya antisipasi telah dilakukan. Upaya tersebut diantaranya ialah persiapan disinfektan. Benny menjelaskan, penyakit leptospirosis merupakan penyakit yang timbul dan disebarkan oleh tikus. Penyakit yang ditandai dengan keluhan demam dan mual ini umum menyerang manusia seiring dengan musim hujan.

“Sejauh ini kami belum menerima laporan terkait dengan persebaran penyakit leptospirosis. Namun kita terus melakukan upaya, diantaranya melalui gerakan tim Participatory Disease Surveillance Response (PDSR). Tim itu melakukan survey, jika sudah mendesak untuk segera ditangani segera dilakukan penanganan bersama,” kata Benny ditemui kemarin.

Benny menjelaskan dari data survey yang dilakukan tim PDSR, akan diteruskan oleh seksi pengamatan. Menurutnya, jika warga menemui indikasi peredaran penyakit tersebut dilingkungannya diharap untuk segera melapor dan segera mendapat tindakan. Saat ini dijelaskan Benny, persediaan disinfektan yang ada di Disperindagkoptan Kota Jogja lebih dari cukup. “Dari pengamatan itu jika perlu dilakukan tindak lanjut maka diberikan disinfektan. Disinfektan yang kami sediakan lebih dari cukup,” imbuhnya.

Menurut Benny Kota Jogja memiliki daerah yang rawan terjangkit leptospirosis. Umumnya daerah tersebut merupakan daerah yang dekat dengan sungai atau persawahan. Namun saat ini, kata Benny, daerah yang sebelumnya menjadi fokus perhatian di tahun 2011 itu telah mengalami penurunan resiko. Salah satu penyebabnya karena fasilitas jalan Batikan telah banyak diakses masyarakat sehingga secara otomatis populasi tikus di tempat tersebut berkurang.

“Wilayah yang paling patut diwaspadai ialah Celeban, Kecamatan Umbulharjo. Tapi saat ini belum ada tanda tanda pertumbuhan kasus. Salah satu faktornya ialah dibangunnya fasilitas jalan di Batikan, dengan pembangunan fasilitas tersebut mendorong aktifitas manusia ditempat tersebut sehingga membuat populasi tikus tidak nyaman,” katanya.

Kendati belum ada indikasi kenaikan persebaran penyakit leptospirosis, Benny menegaskan pada musim hujan ini warga harus meningkatkan kewaspadaan. “Penyakit ini disebarkan oleh hewan salah satunya melalui media air, makanya dimusim hujan ini warga harus meningkatkan kewaspadaan. Namun soal gejala yang ditimbulkan harus dinas kesehatan yang berhak menetapkan. Biasanya korban tidak lapor kemana mana karena tidak ada gejala yang mencolok akibat terjangkit penyakit ini,” tandasnya.

Sementara mengenai peredaran flu burung di Kota Jogja, menurut Benny pihaknya belum menerima laporan. Kendati demikian, sejumlah upaya antisipasi berupa survey dan kesediaan disinfektan terus dilakukan.

Data di Dinas Kesehatan Kota Jogja menyebut pekan lalu seorang warga dinyatakan positif menderita leptospirosis. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Jogja Vita Yulia menjelaskan warga yang terjangkit penyakit tersebut tinggal di wilayah Ngadisuryan, Mantrijeron, Jogja. Namun sesuai laporan ke Dinas Kesehatan, warga yang terjangkit tersebut telah mendapatkan perawatan medis. “Di awal tahun ini, sudah ada satu kasus leptospirosis yang ditemukan. Pasien pun dinyatakan positif menderita penyakit tersebut, namun langsung mendapatkan perawatan medis,” katamnya.

Sesuai laporan kesehatan, indikasi terjangkitnya penyakit leptospira setelah korban melakukan pembersihan rumah. Menurut Vita, dimungkinkan, air kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira tersebut terbawa air hujan dan masuk ke rumah, sehingga warga pun terkena penyakit tersebut. “Penyakit Leptisporosis biasanya disebabkan oleh tikus yang hidup di sawah. Tetapi bisa juga disebabkan oleh tikus rumah karena sawah di kota pun sudah jarang,” imbuhnya.

Gejala akibat terjangkitnya penyakit leptospirosis tersebut hampir sama dengan penyakit flu, yaitu panas tinggi, mual, mata merah, sakit otot, nafsu makan berkurang dan salah satu tanda yang cukup spesifik adalah nyeri pada betis. Dinas Kesehatan, kata Vita, tidak menganjurkan dilakukan gropyokan tikus sebagai antisipasi penanggulangan penyakit ini. Karena dinilai dengan langkah tersebut justru bisa menyebarkan penyakit. Dia menyarankan untuk memasang perangkap tikus.

Sementara soal penyakit flu burung, kata Vita, masing masing puskesmas sudah tersedia obat tamiflu. Namun jika gejala tersebut sudah cukup berat, maka pasien akan dirujuk ke RS Dr Sardjito yang memiliki kemampuan menangani penyakit flu burung.

Dikonfirmasi Kepala Dinas Kesehatan Kota Jogja Tuty Setyowati mengatakan, saat musim hujan, masyarakat harus terus meningkatkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). “Yang paling utama ialah pola hidup bersih dan sehat. Jika ingin melakukan kegiatan bersih-bersih atau ada kontak dengan air, maka sangat dianjurkan untuk memakai alat pelindung diri seperti sepatu dan sarung tangan,” katanya.

JIBI/Harian Jogja/Rina Wijayanti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya