SOLOPOS.COM - Sejumlah perajin janur mengikuti lomba kreasi penjor di Alun-alun Wates, Kulonprogo, Sabtu (22/8/2015). (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani I.N)

FKY 2015 di Kulonprogo dimeriahkan dengan kreasi penjor.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Tujuh kelompok perajin janur meramaikan lomba kreasi penjor di Alun-alun Wates, Kulonprogo, Sabtu (22/8/2015). Kegiatan tersebut menjadi salah satu bagian dari rangkaian Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) Kabupaten Kulonprogo yang digelar sejak Sabtu hingga Selasa (25/8/2015) mendatang.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga (Disbudparpora) Kabupaten Kulonprogo, Joko Mursito mengatakan, tujuh kelompok perajin yang berpartisipasi hari itu akan membuat puluhan penjor dengan kreasi masing-masing. “Kreasinya khusus penjor dekoratif, bukan untuk ritual,” ucap Joko kepada wartawan, Sabtu pagi.

Para peserta diminta membuat penjor yang menonjolkan unsur kemeriahan. Sebab, 20 penjor pilihan dari hasil karya mereka selanjutnya dijadikan pelengkap dekorasi pembukaan FKY Kulonprogo pada Sabtu malam. “Nanti juga akan kita pilih lima terbaik untuk mendapatkan hadian uang pembinaan,” ujar Joko.

Joko lalu menyadari, selama ini pemerintah kurang memperhatikan kesejahteraan para perajin janur. Padahal, jumlah perajin janur di Kulonprogo ternyata cukup banyak. Lomba kreasi penjor diharapkan bisa menjadi ruang berkreasi bagi perajin janur. “Kami juga beri subsidi Rp300.000 untuk setiap penjor. Biasanya, sebatang penjor itu butuh modal sekitar Rp150.000,” ungkapnya.

Joko Mawardi, salah satu perajin janur asal Dusun Siwalan, Sentolo, Kulonprogo mengaku belajar seni kerajinan janur sejak 2000 lalu. Dia kemudian sering mendapatkan pesanan pembuatan penjor, terutama untuk acara pernikahan. “Dulu awalnya ikut kursus cara membuat hiasan dari janur di Jogja,” katanya.

Pria berusia 42 tahun itu berencana membuat penjor setinggi enam meter. Meski demikian, dia merasa tidak perlu repot dengan banyak persiapan. Cukup membawa janur yang dia beli dari petani kelapa. Pola dan konsep penjor pun sudah menempel kuat di ingatannya. “Saya malah tidak punya pohon kelapa. Jadi janurnya harus beli,” ucap Mawardi sambil terus merangkai janur.

Perajin lainnya, Suparno, mengatakan, satu penjor dengan berbagai kreasi biasanya dihargai sekitar Rp250.000. Tinggi dan bentuknya tidak terlalu mempengaruhi harga. “Sama saja. Rata-rata segitu,” kata Suparno.

Suparno adalah teman satu tim Mawardi. Keduanya datang sekitar pukul 08.00 WIB dan mulai mengerjakan kerajinan penjor dari nol. “Ini masih memotong-motong biar janurnya berpola. Lalu yang merangkai adik saya, Suparno itu,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya