SOLOPOS.COM - Bendera Singapura yang digunakan hingga kini. (Freepik.com)

Solopos.com, JAKARTA -- Ekonomi Singapura terjerumus ke jurang resesi pada kuartal II/2020 atau April-Juni 2020. Resesi di Singapura merupakan dampak circuit breker atau pembatasan sosial terhadap bisnis dan pengeluaran ritel.

Dalam ekonomi makro, resesi atau kemerosotan ekonomi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun. Penjelasan lainnya, resesi terjadi jika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Kondisi ini sudah dialami Singapura.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa (14/7/2020), Departemen Perdagangan dan Industri Singapura melaporkan ekonomi Singapura yang tercermin dalam produksi domestik bruto (PDB) terkontraksi atau turun 41,2 persen pada kuartal II/2020. Koreksi tersebut dibandingkan dengan kuartal I/2020 atau Januari-Maret 2020.

Karanganyar Belum Aktifkan RS Darurat Covid-19, Ini Alasannya

Kondisi ekonomi Singapura itu pun lebih buruk dari median survei Bloomberg yang memperkirakan kontraksi 35,9 persen. Kontraksi kuartal II/2020 tersebut adalah kontraksi terbesar secara kuartalan dalam sejarah pencatatan.

Adapun, dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year), PDB Singapura pada kuartal II/2020 terkontraksi 12,6 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 itu juga lebih dalam dari median survei dengan kontraksi 10,5 persen.

“Rekor kemerosotan pada kuartal lalu terutama disebabkan oleh lockdown sebagian, dikenal sebagai circuit breaker di Singapura. Yang diterapkan mulai 7 April hingga 1 Juni untuk memperlambat penyebaran Covid-19,” ungkap pihak kementerian, seperti dilansir Bloomberg dan dikutip Bisnis.com.

Nekat Berjualan di Jalan Ir Soekarno, Puluhan Pedagang Pasar Harjodaksino Dihalau Satpol PP Sukoharjo

Pemerintah Singapura Menjanjikan Stimulus US$67 Miliar

Kemerosotan yang semakin dalam mencerminkan dampak yang dialami ekonomi Singapura di tengah pandemi Covid-19. Penurunan dalam perdagangan global telah memukul industri manufaktur di negara itu. Ekonomi Singapura memang bergantung pada ekspor. Sementara peritel mengalami rekor penurunan penjualan.

Kondisi ini juga memberi tekanan tambahan pada Partai Aksi Rakyat yang berkuasa. Pemerintah telah menjanjikan stimulus senilai sekitar S$93 miliar (US$67 miliar) untuk menopang bisnis dan rumah tangga yang bermasalah.

Gegara Pandemi Covid-19, Penjualan Hewan Kurban di Klaten Anjlok

Rilis kondisi ekonomi Singapura yang relatif awal ini memberi gambaran tentang seberapa dalam resesi yang akan dihadapi negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.

Proyeksi resmi Thailand tentang kontraksi 8,1 persen tahun ini adalah yang terburuk di kawasan tersebut. Sementara negara lain seperti India dan Indonesia menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang memperburuk dampak ekonomi.

Estimasi pendahuluan PDB atau ekonomi Singapura ini sebagian besar dihitung dari data dalam dua bulan pertama kuartal terkait. Data tersebut sering kali direvisi setelah data lengkap kuartal itu tersedia.

Sempat Hilang, Ular Pyton 3,5 Meter di Bendosari Sukoharjo Ditangkap

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2020. PDB diperkirakan turun 3,5 persen hingga 5,1 persen.

Sementara, Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Alexander Sugandi memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 minus 3,7 persen secara (year-on-year), namun bisa terkontraksi -4 hingga -6 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya