SOLOPOS.COM - Ilustrasi fitur gratis ongkir (Freepik).

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO  Perubahan pola perilaku masyarakat seiring dengan perkembangan teknologi membuat transaksi melalui e-commerce menjadi pilihan utama bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu sejalan dengan peningkatan jumlah pengguna internet dari tahun ke tahun. Berdasarkan catatan Solopos.com, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) melaporkan pengguna internet tumbuh dari tahun ke tahun. Saat ini, sekitar 77% penduduk Indonesia telah menggunakan internet.

“Pertumbuhan ini sangat fantastis. Sebelum pandemi angkanya hanya 175 juta, saat ini data terbaru APJII sekitar 220 juta. Tentunya efek pandemi ini sangat membawa dampak signifikan penggunaan internet di Indonesia,” kata Ketua Umum APJII, Muhammad Arif pada acara Indonesia Digital Outlook 2022 di Jakarta, Kamis (9/6/2022).

Peningkatan jumlah pengguna internet tersebut berdampak pada pola perilaku masyarakat, salah satunya dalam hal berbelanja. Salah satunya diungkapkan oleh pekerja asal Sleman, Yogyakarta, Firman Adhi Baskoro. Freelancer Graphic Design dan Web Developer ini mengatakan bahwa ia dalam sebulan atau dua bulan bisa menghabiskan Rp500.000 hingga Rp2 juta dalam sekali belanja online.

Sementara itu, untuk belanja offline biasanya dalam satu bulan ia hanya untuk kebutuhan pangan yang menghabiskan Rp300.000 hingga Rp500.000. Pria berusia 27 tahun ini paling banyak berbelanja kebutuhan di Tokopedia dan Shopee. Biasanya ia membeli kebutuhan skincare, kebutuhan rumah seperti seprai, dan paling sering ia membeli barang elektronik.

“Yang paling sering dibeli di online shop adalah elektronik, perlengkapan untuk vape, dan aksesoris elektronik seperti earphone, microphone, keyboard komputer,” terang Firman pada Solopos.com pada Selasa (24/1/2023). Selain itu, hampir semua produk fesyen yang ia gunakan ia beli dari e-commerce, karena lebih praktis memilih daripada harus datang langsung ke toko. Selain harganya lebih murah tentunya, ia menguraikan bahwa pilihan koleksi produk fesyen di e-commerce lebih variatif. Firman mengaku menyenangi belanja online sejak sebelum Pandemi Covid-19.

Ia lebih menyukai belanja online salah satunya karena fitur gratis ongkir yang sediakan, karena Firman merasa hal ini menjadikan produknya menjadi lebih murah. “Untuk barang di bawah Rp500.000, kalau ada gratis ongkir kan terasa lebih murah, tapi untuk harga barang di atas Rp5 juta, bisa dimaklumi kalau ada tambahan ongkir,” tambahnya.

Ia pernah membeli laptop seharga Rp8,5 juta di Tokopedia, ia merasa tidak waswas ditipu karena biasanya ia melakukan riset apakah benar ada toko yang ia pilih melalui Google Maps. Selain itu, ia mengecek akun Instagram milik toko tersebut. Ketika akun Instagram toko itu aktif dan sering membuat konten promosi, ia tidak ragu memilih toko tersebut.

Firman mengaku hanya membeli barang sesuai kebutuhan, ia tidak terlalu mengikuti promo event diskon seperti tanggal kembar dan flash sale, karena menurutnya ia cukup membeli apa yang menjadi sebatas kebutuhannya.

Ia mengaku juga menghindari paylater, karena ia tidak menyukai konsep kredit atau pinjaman. “Terasa terbebani saja, nabung better than credit,” ujar Firman.

Namun tidak semua barang ia beli melalui online-shopping, seperti kebutuhan pangan, contohnya beras. Karena menurutnya lebih banyak dibeli secara langsung, menurutnya beras dibeli dalam jumlah banyak akan rugi jika dibeli melalui e-commerce, karena ongkir dihitung per kilogram, sedangkan potongan ongkir dibatasi sebesar Rp20.000 tiap transaksi.

Senada, salah satu mahasiswa asal Klaten, Rico Satya, menguraikan ia meyenangi belanja online sejak sebelum pandemi Covid-19. Pria berusia 21 tahun ini lebih memilih memenuhi kebutuhan barang hobinya melalui online-shopping.

Ia paling banyak menggunakan Shopee sebagai tempat belanja online. Ia sendiri paling sering membeli spare part motor untuk modifikasi sepeda motornya. “Lebih suka belanja online, karena cari barang lebih mudah melihat katalog dari berbagai daerah dan jenis cukup lewat handphone,” terang Rico.

Selain itu ia paling sering membeli produk fesyen, seperti jaket, baju, dan lain-lainnya. Karena merasa lebih praktis daripada harus datang langsung ke toko. “Misalnya beli langsung, barang enggak ada, terus tidak jadi beli enggak enak sama penjual juga, beda kalau belanja online,”tambah Rico.

Untuk memilih toko yang tepat dalam e-commerce ia seringkali melihat foto pada ulasan yang diberikan oleh konsumen lain, ia juga melihat berapa banyak pembelian barang tersebut terjual. Menurutnya, foto ulasan yang diberikan konsumen lain, tidak bohong.

Namun, ia pernah mengalami ketika barang yang ia beli berbeda dengan ekspektasinya, karena ada defect manufacture, dan tidak berfungsi dengan baik. Jadi ia memilih mengembalikan barang tersebut ketika penjual memberikan fasilitas retur, ketika tidak maka ia memilih memberikan bintang I untuk penilaian produk.

Ia sendiri paling membeli barang paling murah adalah sticker motor, seharga Rp1.500 hingga Rp2.500. Sedangkan paling mahal adalah spare part motor seharga Rp300.000.

Mahasiswa lainnya, Ajeng Rizky, menguraikan ia mulai masif berbelanja online saat pandemi, karena pembatasan mobilitas orang yang mengakibatkan beberapa toko tutup membuatnya seringkali memilih berbelanja online. Kebiasaan belanja online tersebut berlangsung hingga sekarang, selain lebih praktis, ia juga mencari fitur gratis ongkir di e-commerce favoritnya.

Sebagai pemburu gratis ongkir ia mulai beralih ke TikTok Shop daripada Shopee. Menurutnya, saat ini fitur gratis di TikTok Shop lebih menguntung. Selain itu ia lebih memilih TikTok Shop karena bisa melihat live streaming dengan melihat review barang, sehingga ia lebih percaya keaslian barang.

Kedua mahasiswa ini lebih memilih menghindari penggunaan paylater, karena takut merasa terbebani utang. Mereka membeli barang sesuai kebutuhan dan lebih memilih menabung terlebih dahulu untuk membeli barang yang diinginkan.

Senada mahasiswa lainnya, Selvi, mengakui lebih menyenangi belanja online di TikTok Shop, karena fitur pada aplikasi berbasis video vertikal ini membuatnya lebih mudah melihat barang secara langsung. Ia hampir setiap bulan belanja online, di Shopee pada 2022 lalu ia berbelanja 68 kali denga total belanja sekitar Rp3 juta.

Selvi mengaku sering menggunakan fitur paylater karena seringkali ia merasa malas untuk pergi ke ATM untuk mengisi saldo e-wallet-nya. Karena untuk mendapatkan gratis ongkir tidak bisa digunakan untuk metode pembayaran cash on delivery (COD).

Ibu rumah tangga tak ketinggalan menggemari belanja online, Sinta Kurniawati, mengaku dengan berbelanja kebutuhan dengan online-shopping lebih murah dan praktis.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya