SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Rabu (12/6/2019). Esai ini karya Sapto J.P., guru Fisika di SMKN 2 Solo. Alamat e-mail penulis adalah saptojp@yahoo.com.

Solopos.com, SOLO — Ada titik lemah sekolah menengah kejuruan (SMK), terutama di program keahlian teknologi dan rekayasa, yaitu kurang bisa secara cepat merespons perubahan standardisasi  kebutuhan dunia industri yang pesat kemajuannya dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pelajaran Fisika di SMK sebagai salah satu program normatif adaptif harus selalu didorong dengan harapan mampu berkontribusi maksimal untuk memberikan solusi ataspermasalahan tersebut. Pembelajaran Fisika di SMK berbasis program produktif memberikan arahan terlaksananya pembelajaran siswa untuk aktif berkreasi dalam melaksanakan praktik, diskusi, maupun dalam memberikan solusi yang mencakup fisika teori (theoretical physics), fisika eksperimen  (experimental physics), fisika aplikasi (applied physics), sampai dengan fisika tehnik (engineering physics).

Struktur kurikulum SMK pada program normatif adaptif harus dapat menjadi dasar pijakan program produktif,  memuat muatan umum yang terdiri muatan nasional dan muatan kewilayahan yang dikembangkan sesuai kebutuhan wilayah dan muatan permintaan kejuruan yang terdiri dasar bidang keahlian, dasar program keahlian, dan kompetensi keahlian.

Pelajaran Fisika pada gilirannya diharapkan mampu mendukung dan menjadi fondasi pada kompetensi kejuruan dengan menerapkan konsep-konsep dan keterampilan berpikir fisika pada bidang teknologi dan meningkatkan daya adaptasi terhadap perkembangan dunia industri serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dilihat dari aspek kompetensi mata pelajaran atau mata pendidikan dan latihan,  fisika menekankan penguasaan konsep, kemampuan berpikir kritis, dan keterampilan memecahkan persoalan. Dilihat dari aspek materi yang dipelajari, ruang lingkup mata pelajaran Fisika di SMK meliputi aspek besaran, satuan, gerak,  gaya, usaha, energi, daya, impuls, momentum, kesetimbangan benda tegar, sifat mekanik bahan, fluida, getaran, gelombang, bunyi, bumi, atmosfer, suhu, kalor, termodinamika, listrik, medan elektromagnetik, optik, dan fisika modern.

Tempat dan Ruang untuk Sains

Konsistensi penerapan sistem pendidikan pada kurikulum menjadi sangat penting, bongkar pasang struktur kurikulum SMK dengan beragam formasi dan formulasi semestinya tetap berpegangan pada keberpihakan serta komitmen terhadap perkembangan dunia industri dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya harus tetap memberikan tempat dan ruang yang lebih kepada basic sains khususnya fisika.

Kalau dicermati pada struktur kurikulum terbaru edisi revisi, tempat dan ruang dalam mata pelajaran Fisika semakin sempit yang semula fisika di SMK diajarkan dikelas X, XI, XII, pada struktur  kurikulum terbaru edisi revisi justru mata pelajaran fisika hanya diajarkan di kelas X.

Hal ini membuktikan struktur kurikulum terbaru edisi revisi  ini tampaknya sudah bergeser atau kurang berpihak kepada semangat merespons perkembangan dunia industri dan  pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ironisnya lagi mata pelajaran Fisika yang hanya diajarkan di kelas X dipergunakan untuk ujian sekolah berstandar nasional (USBN) sebagai penentu kelulusan. Pada akhirnya muncul pertanyaan mungkinkah siswa mampu mengerjakan sola-soal Fisika pada USBN, sementara Fisika hanya diajarkan pada kelas X?

Belum lagi jika lulusan SMK ingin meneruskan pendidikan di perguruan tinggi dengan mengikuti ujian tulis berbasis komputer seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (UTBK SBMPTN). Bukankah luluasan SMK bisa kerja atau bisa kuliah? Oleh karena itu tentu menjadi lazim untuk ditinjau kembali kebijakan terkait struktur kurikulum terbaru edisi revisi.

Peninjauan kembali ini agar semangat untuk memajukan serta pemenuhan standardisasi kebutuhan dunia industri dan  pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di negeri ini pada umumnya, di SMK pada khususnya, tetap menyala dengan memberikan porsi yang proporsional terhadap basic sains khususnya fisika di semua jenjang ataupun kelas. Bukankah perkembangan teknologi adalah cermin kemajuan suatu bangsa dan dimulai dengan memberikan perhatian yang lebih terhadap basic sains sebagai penopangnya?

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya