SOLOPOS.COM - Proses pemakaman korban meninggal dunia kecelakaan tunggal Minibus Panca Tunggal di Dusun Kepuh Kulon RT 002/RW 003, Desa Bumiharjo, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri pada Senin (21/11/2022). Enam korban dimakamkan hampir dalam waktu yang sama di TPU Geneng dan dua korban lainnya dimakamkan di TPU Gunung Cilik, Desa Kulurejo, Kecamaran Nguntoronadi, Selasa (22/11/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI–Sebelum Minibus Panca Tunggal mengalami kecelakaan tunggal di jalanan menanjak di Dusun Kepuh Kulon, Desa Bumiharjo, Kecamatan Nguntoronadi, Senin (21/11/2022), sejumlah penumpang telah memiliki firasat buruk.

Mereka memilih berjalan kaki dan baru akan menumpangi minibus jika sudah sampai di jalan raya. Sejumlah penumpang itu mengetahui kontur jalan berupa turunan dan tanjakan yang dapat memicu kecelakaan. Terlebih, jumlah penumpang minibus melebihi kapasitas muatan normal.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data yang dihimpun Solopos.com, penumpang minibus yang mengalami kecelakaan tunggal berjumlah 43 orang. Mayoritas dari mereka merupakan warga Dusun Bendungan, Desa Kulurejo, Kecamatan Nguntoronadi, yang menggelar acara tilik bayi di rumah salah seorang kerabatnya di Dusun Kepuh Kulon, Desa Bumiharjo, Kecamatan Nguntoronadi.

Kasatlantas Polres Wonogiri, AKP Maryono menyatakan minibus mengalami kecelakaan tunggal di jalan menanjak di Dusun Kepuh Kulon, menuju jalan raya ruas Gunung Pegat. Berdasar catatan kepolisian, jumlah penumpang saat minibus mengalami kecelakaan adalah 36 orang.

Menurut kesaksian salah seorang warga Dusun Kepuh Kulon, Jaimin, 60, sebanyak tujuh dari 43 penumpang memilih tak menaiki minibus terlebih dulu karena takut.

“Mereka memilih menunggu di jalan raya. Lokasi rumah warga yang dijenguk dari jalan raya sekitar 100 meter,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa (22/11/2022).

Kepala Desa (Kades) Kulurejo, Aris Hartanto, memberi kesaksian berbeda. Berdasar keterangan yang ia dapat dari salah seorang penumpang, ada 10 orang yang memilih tak menaiki minibus.

“Mereka memilih berjalan di samping dan belakang bus. Biar busnya tidak terlalu berat bawaannya kalau membawa 43 penumpang, karena jalannya menanjak,” ungkap Aris kepada Solopos.com, Rabu (23/11/2022).

Satu dari 10 orang yang disebut Aris adalah Musino, 75, warga Dusun Bendungan. Ia juga menyebut bahwa jumlah orang yang memilih tak naik minibus sekitar 10 orang. Kendati demikian, ia tak bisa memastikan jumlahnya lantaran kondisi jalan saat kejadian gelap. “Enggak ada lampu di kanan dan kiri jalan,” kata Musino, Rabu.

Lebih lanjut ia menyebut alasannya tak memilih naik minibus karena telah memiliki firasat buruk. Musino telah meminta sopir minibus agar tak memilih jalan turunan dan tanjakan di Dusun Kepuh Kulon.

“Saya bilang ke sopir, jangan lewat situ [jalan menanjak]. Jawabannya ‘oh nggih pak’, tapi setelah itu tetap nyetarter minibus melewati jalan turunan dan menanjak,” tuturnya.

Musino yang memilih berjalan kaki, di tengah jalan sebelum tanjakan, mengaku sempat diminta masuk ke minibus oleh sopir. Ia menolak dan memilih meneruskan berjalan kaki sampai di ujung pertigaan jalan raya.

“Di jalan menanjak sekitar satu meter sebelum jalan raya, mesin minibus mati. Mau jalan tapi malah ngglondor ke belakang akhirnya jatuh ke kolam,” kata Musino.

Firasat buruk Musino akhirnya terjadi. Minibus yang mengalami kecelakaan tunggal mengakibatkan delapan orang meninggal. Seluruh korban meninggal merupakan perempuan sekaligus warga Desa Kulurejo, Kecamatan Nguntoronadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya